040: Kedua Kalinya

204 32 40
                                    

Untuk kesekian kalinya Sera berada di titik rendah hidupnya. Setelah beberapa bulan lalu ditinggal pergi oleh sang ayah, kini ia harus kembali merasakan pahitnya kehidupan. Dion mengidap penyakit yang mengharuskan dirinya untuk berhenti menjalankan berbagai aktifitasnya. Melakukan prosedur bedahpun nampaknya belum menunjukkan peningkatan pada kesehatan Dion, dikarenakan sel kanker pada dirinya sudah menyebar ke kelenjar getah bening.

Memang kecil harapan bagi pengidap kanker stadium lanjut untuk sembuh. Dion pasrah. Lelaki itu belum siap jika Tuhan menakdirkannya untuk meninggalkan Sera selamanya. Sera baginya adalah pemberian Tuhan yang harus ia jaga baik-baik. Rasa takutnya akan Sera yang kerap dihubungi oleh sang mantan membuatnya stres. Merokok adalah salah satu jalannya untuk menenangkan segala perasaan takut atau hal lain yang mengganjal pikirannya. Kini Dion menyesal. Ia sangat membenci benda laknat tersebut.

Hal ini membuat performa kerja Sera terus menurun. Tiada hari tanpa caci maki dari atasannya. Serafina yang dikenal sebagai pekerja profesional itu kini menghilang. Hari ini, ia kembali dimaki oleh atasannya. Kalimat negatif yang dilontarkan atasannya seakan-akan tak mempengaruhinya untuk memperbaiki kesalahannya.

Sang atasan merasa bingung dan kasihan melihat Sera berubah 180 derajat. Ia melayangkan pertanyaan dengan intonasi yang tak lagi kasar. "Kamu ada masalah?"

Sera tak kuasa menahan tangisannya ketika sang atasan memberikan perhatian untuknya. Tentu saja pria tambun berkumis tebal itu terkejut melihat air mata membasahi wajah Sera. Dengan cepat ia mengambil tisu yang berada di sudut mejanya. "Kenapa nangis?"

Sera masih menangis terisak-isak sebelum akhirnya menceritakan masalahnya. Atasannya kini mengerti alasan dibalik hilangnya Serafina yang bisa diandalkan ini. Pria itu berusaha menenangkan Sera dengan berbagai nasihat yang ia berikan untuknya, hingga akhirnya beliau mempersilahkan Sera untuk pulang kerja lebih awal.

"Serafina," panggilnya kembali sembari melihat kalender yang menandakan tanggal 19 Juli 2019. "Kamu masih ada sisa cuti 7 hari. Mulai tanggal 22 Juli, saya keluarkan cuti kamu sebanyak 5 hari. Kamu butuh istirahat, kamu harus tenangkan pikiranmu. Jangan sampai pekerjaanmu jadi kacau karena masalah di luar." Pria itu berdiri dari kursinya, "saya doakan semoga pacar kamu sembuh." Lanjutnya memberikan senyuman irit kepada Sera, dibalas oleh derai air mata Sera yang turun kesekian kalinya.

Perempuan itu memilih untuk memanfaatkan hari pertama cutinya dengan berkencan bersama kamera analognya. Berjalan sendirian mengitari Bandung, memotret berbagai objek yang terekam oleh pandangannya. Kali ini ia tak menargetkan dirinya untuk melakukan satu atau dua jenis fotografi seperti biasanya.

Fotografi merupakan sebuah obat penenang baginya. Kesibukan lain seperti membaca buku disebuah kafe juga ia lakukan. Omong-omong, hubungannya dengan Dion tengah berada dalam situasi yang kurang baik. Sera tak mengunjungi atau sering menghubunginya dikarenakan lelaki itu melanggar kesepakatan yang mereka buat. Lama kelamaan Sera tak tenang terus berada disituasi seperti ini.

Dion butuh support, Ser.

Batinnya menggerakkan niat Sera meninggalkan kafe tersebut untuk menghampiri sang kekasih.

Kehadiran perempuan itu di rumah Dion disambut oleh asisten rumah tangganya. Wanita berumur 65 tahun itu nampak kebingungan melihat Sera yang biasanya masih bekerja pada pukul saat ini.

"Aku ambil cuti 5 hari, Bi." Sapa Sera pada wanita yang ia panggil dengan sebutan bibi itu.

Rumah besar tersebut hanya diisi oleh Dion dan bibi dikarenakan sang ibu sedang pergi mengurus pekerjaannya. Sera langsung melangkahkan kakinya menuju kamar Dion, mendapati sang kekasih tengah menggambar sesuatu di meja kerjanya.

"Dion," sapa Sera mengejutkan Dion.

Jelas lelaki itu terkejut, sudah sekian lama ia tak mendengar suara manis itu. Dion langsung menutup buku sketsanya dan menoleh ke pintu kamarnya. "Sera?"

SAUDADE || Cho Seungyoun ✅ Where stories live. Discover now