Chapter 2

186 14 0
                                    

'Sayonara Ichi-nii'

Saburo menutup matanya berharap ular itu tidak akan menyakitinya walau harapan nya mustahil. Saburo bisa mendengar ular itu sudah berada di depan nya dan Saburo sudah pasrah tuk melarikan diri. Tetapi, tiba tiba ada suara langkah kaki mendekat dan semakin mendekat.

"Ternyata kau disini toh" ucap seseorang dengan suara berat

Karena Saburo kepo dia pun membuka matanya dan melihat seseorang memegang ular tersebut. Orang itu memakai baju tentara, tinggi, berambut oranye, mukanya dihiasi mata biru laut, wajah datar, dan...tampan?. Saburo hanya bisa melihatnya karena sebenarnya dia masih ketakutan. Bagaimana seseorang sangat santai memegang ular cobra dengan tangan nya? Memangnya di Panji?.

"Kau kenapa?" Tanya orang tersebut sembari berjongkok menghadap Saburo

Saburo yang ditanya pun hanya bisa diam. Dia tidak tau ingin berkata apa. Orang tersebut pun bingung orang yang ditanya nya tidak menyaut dia pikir 'Apakah dia tuli atau bisu?'. Saat orang tersebut kebingungan Saburo pun menangis.

"A-aku ter *hiks* sesat *hiks*" ucap Saburo sambil menangis

"Ah jadi kau tersesat aku bisa menunjukan jalan keluar tetapi kau harus menenangkan dirimu dulu" ucap orang tersebut dengan senyuman

"Ba-bagaimana? *hiks*" Tanya Saburo masih menangis

"Ikut aku" ucap orang tersebut sembari mengulurkan tanganya ke Saburo

Saburo pun hanya menerimanya saja karena dia tidak ada waktu berpikir padahal Ichiro selalu berkata padanya jangan ikut orang asing.

"Dice kau juga ayo ikut" ucap orang tersebut

Ular yang dipanggil 'Dice' itu seperti mengerti apa yang orang tersebut katakan dan pergi ke sekumpulan semak semak.

'Ular itu... mengerti bahasa manusia?' Batin Saburo syok

"Hm? Kenapa kau diam saja?" Tanya orang tersebut yang sudah duluan berdiri

Saburo pun menyaut dan ikut berdiri. Mereka pun berjalan ke dalam hutan sambil bergandeng tangan. Disana sepi dan gelap. Saburo pun takut dan menyesal ikut orang itu. Bagaimana jika dia diapa apakan? Tetapi karena Saburo sudah terlanjur ikut dia hanya bisa meyimpan energi nya untuk melawan orang tersebut nanti jika dia ingin diapa apakan walaupun secara segi fisik orang tersebut pasti yang menang.

Orang itu pun berhenti untuk mengangkat dedaunan yang menghalangi dan berjalan kembali. Dibalik dedaunan tersebut ada sebuah kamp.

'Orang ini sedang kamping?' Pikir Saburo

"Kau bisa duduk di sana kubuatkan minuman dulu" ucap orang tersebut seraya menunjuk sebuah batang kayu yang dijadikan tempat duduk.

Saburo hanya mengangguk kecil dan duduk di batang kayu tersebut. Saburo pun melihat sekitar kamp nya sangat simpel tetapi hutan nya yang tidak simpel karena hutan nya yang sepertinya luas dan memungkinkan untuk tersesat.

'Bagaimana orang itu kamping disini?' Pikir Saburo heran

'Ah tetapi yang lebih penting aku harus cepat keluar dari sini aku tidak ingin Ichi-nii sampai menelpon polisi, ah tapi kopi yang dipesan kuda siluman tokek itu tertinggal ah sudahlah tidak peduli toh dia yang membuatku seperti ini'

'Sebenarnya aku akan cepat keluar dari sini sih jika saja aku tadi tidak menangis lagipula kenapa aku menangis? Apakah karena orang itu yang mukanya serem? Atau karena aku masih menyadari fakta bahwa aku tersesat?' Pikir Saburo heran.

Pasalnya Saburo tidak pernah menangis tentang sesuatu bahkan saat lahir ayahnya memberi tau dia tidak pernah menangis, dia juga tidak menangis saat ayahnya di makamkan malah dia (sedikit) mengejek seperti "Bapak ngapain bundir sama istri orang dah ya? Bukan sama istri sendiri? Mana tu istri keluarga kerajaan lagi jadi kan bundir nya berkelas sebelah mana bapak kek bencong lagi idiw"// "Untung kamu masih kecil nak:)" - Almarhum Bapak Pumai 2020

RioxSaburo | Will you be my Survival Princess?Donde viven las historias. Descúbrelo ahora