: T H E T H I R D V I C T I M

13.2K 4.2K 1.9K
                                    

"SIAPAPUN TOLONG AMBIL AIR HANGAT DAN BIKIN BUBUR, CEPETAN!"

Perintah keras Heeseung sontak saja membuat Jay dan Euijoo berlarian ke ruang tengah, tempat dimana Heeseung berteriak.

Yang di lantai dua juga langsung turun, alangkah terkejutnya mereka melihat Heeseung menggendong Jungwon dengan panik yang luar biasa dan membaringkannya di atas sofa.

Jungwon pucat sekali, pipinya tirus, badannya juga semakin kurus, banyak darah di tubuhnya.

Namun, ada juga yang kesal karena Jungwon berhasil ditemukan. Harusnya kan lebih lama lagi supaya saat ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa.

Tali di tangan dan kakinya dilepas, dilempar asal. Jake datang tergesa-gesa membawa handuk, tak melupakan susu kotaknya.

"Ada yang bisa bikin cairan yang biasa dipake buat infus?" Tanya Heeseung, mereka semua menggeleng tanda tak tahu.

"Gue bisa, tapi gak sama," jawab Nicholas dari tangga, turun dari lantai atas.

"Kak, kayaknya lo di kamar aja deh. Mana perbannya mau copot," saran Taeyong geleng-geleng kepala.

"Gak ah, gue males dengerin orang drama," balas Nicholas santai, kemudian duduk di samping Jungwon, memeriksa darah-darah yang ada.

"Drama? Ada yang drama?"

"Gak kok, bercanda."

Jujur, jawaban Nicholas tidak meyakinkan. Tapi tidak ada yang bertanya siapa yang dimaksud Nicholas, karena mereka semua fokus ke Jungwon.

Tidak makan dan minum berhari-hari, disekap di dalam lemari berukuran kecil dari tubuhnya, diikat dan posisinya meringkuk, kasihan sekali dia.

Tapi syukurlah dia selamat, setidaknya ia masih bernafas.

"Mana buburnya?!"

"Sabar, Euijoo belum selesai."

"Air hangatnya mana?!"

"Jay masih isi baskom di kamar mandi belakang."

"Terus yang lain kemana?!"

"Kak Heeseung berisik ih," kesal Sunoo dengan skinker yang tidak rata di mukanya. Ya iyalah, lagi enak-enak skinkeran eh ada yang teriak.

"Oh ya, Nicholas," panggil Jake tiba-tiba. "Waktu itu lo dipukul siapa?"

Oh iya, mereka sampai lupa masalah itu.

"Gak tau, gue gak liat. Gue mau turun, taunya dipukul dari belakang. Rasanya kayak jadi ironmen."

"Woi, jangan bercanda dong!"

"Gue serius njing, gue gak liat siapa orangnya."

"Terus si Daniel?"

"Dia di kamar."

"Gak menutup kemungkinan dia pelakunya, kan?"

"Nuduh orang mulu lo!"

"Terus siapa lagi?!"

"Aduh, kok malah berantem sih," geram Taeyong memisahkan keduanya agar tidak baku hantam.

"Si Jay sama Euijoo kok lama banget, ya," gumam Heeseung. Dia bangkit dari duduknya, berniat menyusul mereka. "Tolong jaga Jungwon, gue susul mereka sebentar."

"Iya, jangan lama," balas Jake ogah-ogahan.

Sunghoon menatap Jake datar, terkesan tak suka. "Tolong jaga sikap."

"Dih."
































































"Kak Kei, kita gak masuk dulu nih?" Tanya Niki, perasaannya tidak beres. "Gue ngerasa ada sesuatu di dalem, apalagi Kak Heeseung teriak-teriak begitu."

"Nanti dulu, tunggu," balas Kei tak menoleh, sibuk berjongkok memperhatikan rumput.

Kyungmin ikut berjongkok, memperhatikan rumput-rumput itu. Aneh, rumputnya seperti ditempel, tapi tidak terlihat garisnya. Tapi, masa iya ada orang seniat itu menempel rumput? Kurang kerjaan sekali.

"Di samping gak ada yang mencurigakan."

Youngbin datang bersama Seon setelah berkeliling mengitari asrama, sekaligus menemui orang-orang yang memeriksa bagian belakang asrama.

Niki mengerang, dia ingin masuk. Dan... kalau tidak salah dia melihat seseorang mengendap-ngendap mengawasi mereka, tapi tidak terlihat jelas siapa dia.

Dia kan takut, apa orang itu pelakunya?

"Niki, jangan bengong."

"Iya... oh ya, tadi ada yang-"

"ARGHHH!"

"WOI, SIAPA ITU?!"

"GEONU, KEJAR ORANGNYA!"

"Loh, mereka kenapa?!"




















































"Ada apa?!" Tanya Jay dengan sebaskom air hangat di tangannya, panik dan langsung meluncur ke halaman belakang.

"Jay, lo kan yang bikin Sungchul begini?! Iya kan?!" Tuduh Jaeho mencengkram kuat kerah baju Jay, sebelum melayangkan pukulan keras ke wajahnya.

"Jaeho! Tahan amarah lo!" Teriak Jimin terpancing emosi.

"Wah, lo jangan asal nuduh dong!" Seru Jay membalas pukulan Jaeho.

"WOI, UDAH DONG UDAH!" Lerai Jaebeom berdiri di antara keduanya, mendorong mereka mundur.

"Maksud lo nuduh gue apa hah?!" Teriak Jay dengan wajah memerah, melangkah maju namun langsung ditahan Hanbin.

"Hoodie abu-abu, celana jogger hitam, lo yang lempar kapak itu ke Sungchul sebelum lari ke dalam, kan?!" Tuduh Jaeho lagi, menunjuk Jay dengan marah.

"Udah woi! Gak baik berantem di depan mayat temen sendiri!" Seru Jimin emosi juga karena kedua orang itu tidak mau mendengar.

"Lo pikir cuma gue yang pake, hah?! Banyak yang pake!" Bantah Jay berapi-api.

"Kalau bukan lo, terus siapa?! Emang lo liat?!"

"Gue aja gak tau, harusnya kalian waspada dong! Udah tau ada pembunuh berkeliaran, masih aja santai!"

Hanbin menarik pundak Jay, memaksanya menghadapnya. "Jay, ulangi perkataan lo barusan."

"Ada pembunuh berkeliaran disini, kenapa kalian gak hati-hati, sih?!"

"Jay, lo tau sesuatu?"

"Iya!"

Mereka semua menatap tajam Jay, sementara Jay sendiri diam membeku. Sial, dia keceplosan.

"Apa yang lo tau?" Tanya Jaeho kembali menuding Jay.

"G-gue gak tau!"

"Jujur! Lo mau ada korban lagi?!"

"Gue gak tau! Gue cuma liat orang pake topi sama masker hitam campurin sesuatu ke nasi tadi pagi, karena itu gue suruh kalian semua bikin mie!"

"L-loh, berarti yang lagi bikin bubur..."

Hanbin menggantung ucapannya, berlari sekencang mungkin masuk ke dalam.











PRANG!








"Sunghoon, lo ngapain hah?!"

Bloody Dorm | I-LAND ✓Where stories live. Discover now