: D I S U N I T Y

12.9K 4.1K 1.1K
                                    

Menurut kalian, siapa pelakunya?





Tak ada lagi rasa saling percaya, mereka semua terpecah. Ada yang memihak pada Sunoo, ada yang memihak pada Jay, dan lain-lain.

Ni-ki bingung harus ikut siapa, tidak ada yang dia kenal dekat disini selain Taki. Tapi kan Taki sudah...

Sejak tadi dia melamun, sesekali memperhatikan Youngbin dan Jaebeom mengangkat mayat Euijoo untuk dipindahkan.

Euijoo ada di ruang tengah, posisinya menghadap lantai, dan tangan kanannya terjulur ke depan seperti ingin menggapai sesuatu.

Mulutnya penuh darah dan busa, matanya melotot lebar. Dia keracunan.

Tapi, lama-lama bosan juga berdiam diri di ruang tengah menjaga Sunghoon dan Jungwon. Mumpung ada Nicholas disini, dia jalan-jalan saja deh.

"Kak Nichol, gue keliling sebentar, ya."

"Jangan lama-lama, nanti curigain Jay."

"Iya..."

Ni-ki mengangguk singkat, tanda menyetujui. Emosi Jay sedang tidak stabil, karena itu tidak ada yang mau cari masalah sama dia, dan tidak ada yang mau dekat-dekat dengannya untuk saat ini.

Kecuali Jimin, Jaeho, dan Kyungmin tentunya, karena mereka mengerti perasaan Jay.

"Asrama sebesar ini, gak disangka bakal bawa kenangan buruk buat ke depannya," gumamnya lesu, memperhatikan kanan dan kirinya selagi berjalan.

"Mana gue belum makan, tapi kan Pak Toto belum kirim beras lagi... masa iya makan mie lagi?"

Perutnya bunyi sesaat kemudian. Dia meringis, ingin makan tapi stok mie juga tidak banyak. Mau tak mau harus berhemat sampai Pak Toto datang membawa makanan untuk mereka.

"Loh, kok ada darah?!" Pekiknya selanjutnya, mengangkat kaki kanannya yang basah akibat menginjak genangan merah lengket tersebut.

Dia menoleh kaku ke arah gudang, pintunya terbuka lebar. Dia terkejut, kenapa ada mayat Sungchul dan Seon di depan sana?!

Dia terkejut lagi melihat Heeseung dan Geonu terbaring tak sadarkan diri di dalam gudang. Mereka kenapa?!

"Kak Heeseung, Kak Geonu, bangun!" Teriaknya panik menggoyang-goyangkan tubuh keduanya.

Ni-ki tak berhenti, dia tepuk pipi keduanya, sampai akhirnya Heeseung membuka mata, menatap Ni-ki dengan linglung.

"Ni-ki?"

"Kalian kenapa bisa pingsan disini?! Dan kenapa ada mayat di depan gudang?! Kalian kenapa?! Siapa yang lakuin ini?! Jawab kak, gue panik sumpah!"

Heeseung bangun, duduk pelan-pelan seraya memegang kepalanya yang terasa pusing. Sejenak dia menatap Geonu yang belum bangun, mengingat-ingat apa yang terjadi sebelumnya.

"Gue... gue sama Geonu berusaha untuk buka pintu, tapi... ada asap dari ventilasi... habis itu rasanya ngantuk dan gelap," jelas Heeseung, agak tidak jelas karena tak bisa mengingat dengan jelas.

"Yang bunuh Kak Seon, kalian liat gak?"

Heeseung menggeleng. "Kita kekunci disini, dikurung orang... tapi gak tau siapa."

Ni-ki garuk-garuk kepala, kalau begini ceritanya bagaimana dia bisa tahu siapa yang menyebabkan semua ini? Dan sampai kapan ini akan berjalan? Dia mau hidup!

"Ni-ki..."

"Apa, kak?"

Heeseung menatap Ni-ki lekat-lekat, memegang kedua pundaknya. "Siapa yang lo curigai?"

Ni-ki tersentak. "Kok tiba-tiba tanya itu?"

"Gue mau lo jujur, sekarang."

Tangan Heeseung di pundaknya berubah menjadi cengkraman kuat, Ni-ki sampai meringis.

"I-iya, lepas dulu tangannya."

"Hmm, oke."

Ni-ki balas menatap Heeseung lekat-lekat, lalu mendekatkan mulutnya ke telinga pemuda yang lebih tua darinya itu.

"Gue curiga ke Kak Jaebeom, Kak Kei, Kak Jay, Daniel, dan-tiiiit."

Di sensor ya awokawok.



























































"Fyuh, capek juga pindahin mayat dan bersihin darah terus," keluh Youngbin mengusap peluh di keningnya.

Dia menyalakan keran, mencuci tangannya sampai bersih. Air berubah merah, darah yang ada di tangannya perlahan luntur.

Jaebeom sibuk memperhatikan piring di atas meja, piring yang sebelumnya digunakan untuk memukul kepala Sunghoon.

Andaikan ada alat untuk mendeteksi sidik jari, pasti pelakunya sudah ketahuan.

"Jaebeom, lo takut gak, sih?"

"Takut sih iya, tapi kita gak bisa pergi kemanapun. Kita gak tau apa yang ada di hutan kalau kita keluar dari sini. Hutan itu luas, lebih berbahaya dari asrama."

"Bener, karena itu sebisa mungkin gue bertahan hidup disini. Ya, walaupun gue tau kalau hidup gue gak lama lagi."

"Hush, jangan ngomong sembarangan."

Youngbin mengedikkan pundaknya. "Gimana ya, gue gak bisa jamin gue ataupun kita semua bakal hidup sampai waktu menginap habis. Karena itu gue akan berusaha sebaik mungkin dan gak akan bikin masalah disini."

"Tapi Bin... kita bisa berusaha untuk cari pelakunya sama-sama..."

Youngbin tersenyum simpul. "Gue tau, tapi apa lo gak liat? Gak ada yang percaya sama kita, kita semua kepecah. Jay, Kyungmin, Jimin, Jaeho. Kak Kei, Kak Hanbin, Sunoo, Taeyong, Ni-ki. Jake dan Nicholas sendiri, Heeseung dan Geonu entah ada dimana sekarang."

"Tapi kita bisa bikin mereka semua-"

"Susah, Beom. Udah ya, gue gak mau ngomongin itu lagi. Karena gue mau introgasi seseorang."

Jaebeom melongo. "Hah? Siapa?"

"Nicholas. Kayaknya, dia tau sesuatu, kan sayang kalau gak berbagi info," jawab Youngbin dengan senyuman yang sulit diartikan.

Bloody Dorm | I-LAND ✓Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz