: F A C T

13.4K 4.2K 1.2K
                                    

Foto sebelumnya itu editan ya ges wkwk, mian ( ˘ ³˘)




Jay berlari secepat yang ia bisa walau kepalanya terasa pusing. Berkali-kali ia jatuh, berkali-kali pula ia bangkit. Darah di pelipis kanannya ia abaikan, tak peduli darahnya terus keluar membasahi pakaiannya.

Dia harus segera menjauh dari asrama, dia harus berlari mencari bantuan. Rasa takutnya ia buang jauh-jauh, keselamatannya jauh lebih penting.

Badannya sakit, terasa remuk karena jatuh dari balkon. Sungguh, bahkan sekarang rasanya lebih sakit dari saat ia terbangun karena dipaksakan untuk lari.

"Shh, gue harus pergi kemana?"

Jay bingung, dia takut dirinya akan semakin jauh masuk ke dalam hutan, lalu tersesat di dalamnya sampai waktu yang tak dapat ditentukan.

Sejenak dia berhenti, berpegangan ke pohon mengistirahatkan diri. Pikirannya melayang kemana-mana, dia memikirkan Sunghoon.

Kira-kira, Sunghoon baik-baik saja tidak ya? Dia khawatir, merasa bersalah telah meninggalkannya. Tapi apa boleh buat, kalau dibangunkan nanti dia dibunuh.

Duh, jadi bingung...

"Jay?"

"Siapa itu?!"

Sontak saja dia memasang posisi waspada dengan tangan terkepal, bersiap memukul jika orang yang memanggilnya barusan adalah orang yang tidak diinginkan.

Tapi, ternyata dia salah.

"Loh, kalian?!"

Senyum Jay merekah melihat Heeseung datang bersama Geonu, membawa satu senter sebagai penerangan. Tak disangka mereka masih hidup sampai sekarang, dia pikir mereka sudah tiada dibunuh Kyungmin atau Taeyong.

"Jay, lo kenapa?!" Tanya Heeseung khawatir begitu melihat keadaan Jay.

"Jatuh dari balkon, ditarik Sunghoon," jawab Jay, terlihat cuek karena dia terlalu cemas dengan kedua temannya. "Kalian beneran gak apa-apa, kan?"

Geonu mengangguk. "Untuk saat ini, iya. Yang lain kemana?"

Jay menggeleng tanda tak tahu. Semoga saja mereka masih hidup, karena di asrama ada Sunoo dan Youngbin.

"Kita harus cari jalan keluar dari sini, secepatnya," lanjut Geonu penuh tekad. "Hutan ini deket perbatasan Distrik 7, tempat tinggalnya Heeseung. Kalau kita keluar, kita pasti bakal dapet pertolongan dari warga sana, karena Heeseung menang di Survival Games."

"Iya sih... tapi nasib warga disana gimana?" Tanya Heeseung tampak tak setuju. "Kita disuruh nginap karena kita ada di tahap bertahan hidup yang sebenarnya, pemerintah bohongin kita dan pingin kita semua mati untuk mengurangi populasi warga. Kalau kita berhasil kabur, warga yang lain pasti kena akibatnya."

"Lo serius?" Tanya Jay tak percaya mendengar penjelasan Heeseung. "Lo tau dari mana? Terus kenapa kita gak dibunuh sekalian di Survival Games?"

"Karena Heeseung minta kita semua untuk hidup, Jay," jawab Geonu. "Pak Toto setuju, tapi yang lain enggak. Karena itu para petinggi itu sengaja suruh kita nginap dan cuci otak beberapa orang di antara kita untuk bunuh kita semua, tanpa terkecuali walaupun Heeseung pemenangnya."

"L-loh..."

"Dan Pak Toto udah meninggal, dibunuh entah sama siapa. Kita gak sengaja nemu mayatnya beberapa menit yang lalu, dan kita berdua tau semuanya dari kertas yang ada di saku jasnya."

"Berarti Sunghoon, Sunoo, Kak Youngbin, Kyungmin, sama Taeyong..."

"Iya, mereka berlima kena cuci otak. Kalau mereka berlima sadar, gue takut mereka merasa bersalah dan ganggu psikis mereka. Karena itu kita harus ke Distrik 7 atau Distrik 9, karena pemimpin kedua distrik itu yang punya kekuasaan paling tinggi, dan mereka sebenernya sama sekali gak suka sama Survival Games. Tapi Survival Games tetap dijalanin, entah apa alasannya."

Kepala Jay yang sejak tadi pusing jadi tambah pusing, kenapa semuanya rumit sekali? Bahkan lebih rumit dari hidupnya.

"Jay, Jungwon gak ditinggal di asrama, kan?" Tanya Heeseung tiba-tiba.

"Oh iya! Gue sampe lupa kalau Jungwon masih hidup, terus gimana dong?!"

"Firasat gue mengatakan kalau Jungwon berhasil kabur bareng yang lain," kata Geonu.

"Kok gitu?"

Geonu mengedikkan pundaknya. "Entah, selama ini firasat gue selalu benar, keturunan dari orang tua."

"Mungkin gak sih..." Heeseung menggantung ucapannya, menggigit bibir bawahnya gusar. Jay mengernyitkan keningnya, penasaran apa yang akan dikatakan oleh Heeseung selanjutnya.

"Apa? Kenapa?"

"Sebenernya gak cuma Geonu aja sih... tapi Jake, Jungwon, gue, bahkan lo sendiri, mungkin? Dan entah siapa lagi."

"Ngomong yang jelas napa, gue kepo nih!"

"Geonu punya firasat yang kuat, peka keadaan juga. Jake bisa baca pikiran, walaupun gak semuanya bisa. Jungwon, gue sempet lihat Jungwon duduk diam tapi sendok di depannya bergerak. Gue... luka di kaki gue karena kena meja tadi pelan-pelan sembuh. Dan lo, Jay. Lo bisa lari sampai sini, dalam gelap, sendirian."

"Gue akui, di mata gue hutan ini gelap tapi letak semuanya keliatan," ucap Jay jujur, sedikit santai sekarang.

"Gue nangkep maksud lo apa, Seung!" Seru Geonu menepuk pundak pemuda yang lebih tinggi darinya itu.

Heeseung mengangguk singkat. "Kalian sempet kepikiran, gak? Mungkin gak sih... kekuatan orang-orang terdahulu, seperti di cerita IERE, masih ada sampai sekarang dan kita termasuk pemilik kekuatan itu dari sebagian kecil orang-orang yang ada? Atau bahkan sisanya?"

Bloody Dorm | I-LAND ✓Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu