Chapter 8

22 8 0
                                    

8

'Menjauhlah sebisa mungkin karena sejatinya tidak ada babak kedua dalam kisah kita'

_______

"Non, ayo makan dulu...," teriak seorang wanita setengah baya dari dalam rumah

"iya bikkkkkk...," balas Ananta berteriak, ia lalu melirik cowok di samping dengan senyum jahil. "Ayo!"

"Apa?" tanya Raka mengernyit bingung

Ananta menarik tangan Raka hingga keposisi berdiri, lagi-lagi menyeret cowok itu mengikuti langkahnya.

"Lepasin gue!" sentaknya kesal

"Gue kan udah obatin lo, nah sebagai imbalannya lo harus nemenin gue makan," tutur Ananta polos

Raka menatapnya dingin, benar-benar tatapan yang tak pernah berubah sejak awal bertemu hingga sekarang.

"Bisa nggak sih, alis lo nggak usah di naikin? Turunin gini noh," Ananta mengulurkan kedua tangannya membuat gerakan seolah menurunkan alis Raka, cowok itu kembali menepisnya

"Suka-suka gue! Gue mau pulang."

Tidak semudah itu Ananta menyia-nyiakan kesempatannya, ia mencegal tangan Raka menarik cowok itu dengan kedua tangannya hingga kaki Raka kini sudah berada di depan pintu utama rumah itu.

"Eh pendek, gue nggak pernah nyuruh lo ngobatin gue. Jadi, gue nggak punya kewajiban buat nurutin kemauan lo," delik Raka

"Itu aturan lo bukan aturan gue!"

Gadis itu sangat berniat membawa Raka masuk, mengerahkan semua tenaganya untuk mendorong tubuh jenjang Raka. Hingga akhirnya Raka menyerah dan mau tidak mau menuruti kemaunan Ananta. Tampak seorang wanita setengah baya berdiri di dekat meja makan, tersenyum ramah. Penampilannya sederhana, memakai busana ala jawa kuno yang terdiri dari kebaya bermitof bunga dan kamben batik. Raka mengenal perempuan itu, tapi ia memilih diam.

Raka dan Ananta duduk berdampingan di meja makan panjang dengan berbagai macam masakan rumahan tersedia di depan mereka. Gadis itu tampak sangat bahagia, puas karena keinginannya sudah terpenuhi.

"Bik buatin Raka minuman ya?"

"Baik Non," dengan patuh Bik Inem - pembantu rumah tangga keluarganya yang sudah bekerja bertahun-tahun di rumah Ananta melaksanakan tugasnya.

Sementara menunggu Bik Inem, Ananta mengambil piring mengisinya dengan dua sendok nasi, sayur capcai, udang goreng dan opor ayam. Kemudian meletakan piring penuh kenikmatan itu di hadapan Raka. Tak cukup sampai di sana, Ananta juga meraih gelas panjang mengisinya dengan air putih lalu meletakannya di samping kiri Raka.

"Silakan di makan, harus habis." peringat Ananta mengedipkan sebelah matanya

Tak lama kemudian Bik Inem datang membawa minuman dingin meletakannya di depan Raka.

"Bik jangan minuman strawberry dong, Raka kan alergi strawberry. Nanti kalau dia kenapa-napa gimana? Ganti yang lain aja, pake rasa melon atau apa gitu," ujar Ananta marah

Ketika itu Raka takjub memandangi Ananta, ada apa dengan gadis itu? Ananta terlihat sangat marah saat Bik Inem membawakan minuman rasa strawberry itu dan gadis itu tidak salah, Raka memang memiliki sensitifitas terhadap segala olahan strawberry.

Bik Inem menunduk patuh, " maaf Non, Bibik ganti yang baru."

"Kenapa lo semarah itu?" tanya Raka tanpa mengalihkan pandangannya pada gadis di sampingnya

Ananta RakaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant