"Chapter 4 - Forbidden feeling"

644 86 65
                                    



Pada akhirnya saudara kembar itu tidur seranjang. Xiao Zhan menekan luka di bibir Sean dengan lembut tetapi ekspresi wajahnya dingin seolah enggan dibantah. Awalnya Sean berencana akan tidur di kamar lain tapi ia tak dapat memungkiri rasa sakit di pipi akibat pukulan dari Wang Daren. Sehingga begitu Xiao Zhan tiba, Sean langsung mengeluh dan mengatakan kalau tubuhnya sakit semua. Berharap mendapat rasa kasian dari Xiao Zhan, sebaliknya, sejak tadi kakaknya itu malah diam seribu bahasa. Alhasil, Seanlah yang akhirnya mengalah.

"Gege, kenapa kau diam saja? Itu akan membuat lukaku bertambah sakit, tahu?"

Xiao Zhan tak bergeming sedikit pun. Dia masih fokus menekan luka di bibir Sean.

"Ach, pelan-pelan," keluh Sean. Posisinya yang sedang duduk di pinggiran ranjang sementara Xiao Zhan yang berdiri membuatnya menengadah demi bisa melihat wajah tampan kakaknya. "Zhan-Ge, bicara padaku," katanya lembut. "Ini sakit tahu?"

"Siapa yang tadi mengatakan tak ingin bicara padaku?" jawab Xiao Zhan datar. Dia telah selesai mengobati Sean dan hendak beranjak tetapi tarikan di lengan menahannya. Xiao Zhan langsung menoleh. "Ada apa?"

"Jangan begitu." Bibir Sean mengerucut. "Maafkan aku, Zhan-Ge..."

Xiao Zhan menghela napas, dia meletakkan kotak P3K itu di atas nakas lalu mengambil duduk di samping Sean. Xiao Zhan sengaja mengambil jarak agar ia bisa lebih leluasa menatap Sean.

"Aku tidak suka kau berkelahi. Sudah berapa kali aku mengatakannya?" kata Xiao Zhan.

"Tapi dia yang berengsek!" tanpa sadar nada bicara Sean naik beberapa oktaf, membuat Xiao Zhan kembali menghela napas panjang. "Maaf, maaf..."

Xiao Zhan enggan berdebat. Dia selalu tahu kalau adiknya itu tidak akan mengalah jika hal itu menyangkut kecemburuan. Daripada bertengkar yang pasti tidak akan ada habisnya, akhirnya Xiao Zhan mengalah.

"Lebih baik kita tidur. Tubuhmu sakit semua bukan?" kata Xiao Zhan akhirnya.

Sean mengangguk dan mereka pun langsung bergerak naik ke atas ranjang setelah Xiao Zhan mematikan lampu utama.

Sean menahan lengan Xiao Zhan ketika kakaknya itu akan menarik selimut dan hendak merebahkan diri.

"Ada apa?" tanya Xiao Zhan akhirnya.

"Kenapa awal sekali, Zhan-Ge? Besok kita libur. Jadi kita bisa terjaga sampai malam," katanya. Melihat Xiao Zhan yang mengernyit, Sean pun buru-buru mengoreksi ucapannya. "Maksudku, kita bisa menonton film horror.. mungkin," elaknya. Ya Tuhan, andai kakaknya itu tahu kalau Sean ingin dipeluk sepanjang malam. Pasti rasa sakit ditubuhnya langsung menghilang.

Xiao Zhan tersenyum geli. "Tapi sepertinya hatimu berkata lain," bisiknya, lalu beringsut mendekat. Satu tangannya menelusup ke pinggang Sean, membelainya dengan gerakan sensual, sengaja ingin menggoda.

Aksinya tersebut didukung oleh hawa dingin di malam musim panas juga pencahayaan yang redup dari lampu tidur mereka. Suasana menjadi sunyi, romantis dan menegangkan.

"Kau kenapa, Sean?" bisik Xiao Zhan. Dia hendak menarik tangannya kembali karena mendapati respon kaku Sean tapi segera ditahan oleh sang adik.

"Jangan berhenti!" seru Sean.

Xiao Zhan terkekeh. "Baiklah, malam ini milikmu. Aku akan melakukan apa pun untukmu."

Bah! Pikiran Sean langsung terbang ke mana-mana. Sangking senangnya, dia tak dapat menahan diri untuk langsung mengungkung Xiao Zhan di bawahnya. "Apa itu termasuk Zhan-Ge akan menerima cintaku?"

Xiao Zhan mengernyit, Sean pun langsung sadar kalau mereka tak akan mungkin bersatu. Sehingga ia buru-buru beranjak dari tubuh Xiao Zhan. "Maaf, Zhan-Ge. Maafkan aku," ucapnya akhirnya.

HEARTBEAT [Repub]Where stories live. Discover now