La

1.7K 226 16
                                    

Si perempuan bersweter kuning melangkahkan kakinya ringan, tangannya masih sibuk memainkan ponsel. Sedangkan si perempuan berhelai panjang yang sejak tadi bersamanya, sudah menghilang entah kemana.

"Alula!" Si perempuan bersweater kuning- Alula mencari sumber suara yang meneriakinya.

"Mau kemana? Temanin ke perpustakaan dong."

"Maaf Kak, tapi gue udah beli tiket nonton." Alula berhadapan dengan Joya, senior yang berada di program studi yang sama.

"Nonton sendiri lagi?" Tebakan Joya tepat sasaran karena mendapat anggukan Alula.

"Lo tuh ya, punya cowok itu dipergunakan dengan benar!" Joya sudah berdiri disamping Alula.

"Ayo." Joya memimpin jalan, Alula malah melihatnya heran.

"Bukannya Kakak mau ke perpustakaan? Kok malah ayo?" Walau melemparkan tanya, Alula tetap mengikuti Joya, mensejajarkan langkahnya. Untung saat ini Alula memakai sneaker, jadi tingginya tak terlalu jauh dengan Joya yang menjulang disampingnya.

"Jadi ngga minat, lo nonton apa?"

"Ad Astra Kak."

"Kenapa ngga IT aja si? Yang jam 11.30 atau jam 1 La?

"Gue kan ngga terlalu suka horor Kak. Pillih yang jam 1."

"Bukan ngga suka, tapi Lo takut!" Alula memperlihatkan giginya, cengiran lebar namun lucu terpatri diwajahnya yang kecil.

"Bangku lo apa? Semoga sebelahnya masih kosong."

"E-7 ka."

"Alhamdulillah masih ada." Joya terlihat sibuk dengan ponsel ditangannya, telinjuknya dengan lincah bermesraan dengan layar.

"Kita pesen ojol Kak? Mobil atau motor?" Alula ikut membuka kunci ponselnya.

"Gue bawa mobil Kok. Lo tadi kekampus naik apa emang? Di jemput? Atau Lo bawa motor?"

"Naik ojol Kak."

"Kayaknya gue harus ngajarin lo deh." Alula masih mengikuti langkah Joya yang mengarah ke parkiran mahasiswa. "Ajarin apa?" Nada bertanya Alula memelan bingung.

"Cara memanfaatkan kekasih garis miring pacar!"

Bunyi alarm mobil mengisi sunyi parkiran, Joya memperhatikan sekitarnya sebelum masuk ke mobil.

"Tumben ya Kak sepi?" Alula menarik seatbeltnya, setelah bunyi klik dirinya langsung menyamankan posisi duduk.

"Gue juga binggung, biasanya parkiran ngga pernah sepi. Jam 10 malampun masih rame." Joya memundurkan mobilnya, mengarahkan mobil keluar dari parkiran.

"Kak Rene kemana La? Tumben lo ngga berduaan sama dia." Rene yang dimaksud Joya ialah Rasyta, mereka punya panggilan yang berbeda.

"Katanya si mau ketemu bang Fajar."

"Kok lo suka banget nonton sendiri si La? Kan ada Rion. Emang dia ngga mau nemenin lo?" Pandangan Joya masih berfokus pada jalanan di depan. Menjelang makan siang, jalanan sudah lumayan ramai. Ya, Alula mempunyai kelas pagi hari ini dan berakhir pukul 10. Hanya ada 3 sks untuk hari selasa.

"Gue belum bilang dia." Jawab Alula acuh. "Lo berantem?" Joya menoleh dan dengan cepat mengalihkan kembali pandangannya ke depan.

"Ngga berantem Kak. Ya karena gue tau, dia kalau gue ajak nonton mau-mau-ngga-ngga."

"Ko gitu La? Dia ngga mau nemenin Lo?"

"Mau Kak. Cuma guenya jadi sebel, terus sekarang emang lagi ada jarak si."

"Tuhkan bener, lo pasti lagi ribut!"

"Ih sok tau banget lo Kak." Alula mengerahkan telunjuknya ke depan wajah si senior yang masih sibuk dengan kemudinya.

"Nih ya, lo itu kalau lagi ribut pasti pergi nonton. Ada masalah apapun lo pasti larinya ke bioskop." Alula menurunkan telunjuknya, matanya memandang bingung karena mendengar jawaban Joya.

"Guekan emang suka nonton Kak." Alula masih tetap pada pendiriannya. "Iya- iya lo suka banget nonton, tapikan di rumah juga bisa. Ngga mesti ke bioskop."

"Kan lebih enak ke bioskop, tinggal duduk manis aja. Minuman dan makanannya pun ada." elak Alula.

"Lebih enak dirumah La, bisa mepet-mepet ayang."

"Emang ya umur ngga bisa berkhianat, pikirannya udah jauh banget." Ledek Alula.

"Sialan lo. Tapikan emang bener, lo lebih gila kalau peluk-pelukan di kursi bioskop. Di grebek baru tau rasa." Tutur Joya

"Gue pengen nyari lipstick nanti. Mampir dulu ya, mulainya jam 1 kan?" Joya mengganti topik bahasan. Alula mengangguk menyetujui. "Lo laper ngga Kak?" Tanya yang lebih kecil.

"Laper, makan dulu ya. Kalau emang nanti ngga keburu nyari lipsticknya habis nonton aja. Lo freekan?" Lagi, Alula mengangguk.

"Hp lo bukan si La yang geter-geter? Gue dari tadi denger kaya nggg ngggg ngeteran gitu." Mata Joya mengarah pada tas di pangkuan Alula.

"Iya, biarin aja Kak."

"Angkat dulu. La, berantem itu ngga mesti hilang tanpa kabar."

"Gue bukan hilang tanpa kabar ya Kak. Gue males nanti di recokin." Joya mendecakkan lidahnya gemas.

"Nah ini nih, cewek sering curhat 'kenapa si cowok gue ngga peka' atau 'padahal gue ngga ngasih kabar biar dicariin' tapi giliran dicariin jual mahal."

Alula hanya tertawa kencang, dirinya meresa heran kenapa dikelilingi orang-orang bermulut besar serta vocal kalau menyampaikan pendapat atau sindiran.

"Dasar gila! Malah ketawa." Tak terasa mobil Joya sudah masuk ke lingkungan Mall. Kemudinya mengikuti mobil lain yang juga baru masuk didepannya.

"Parkir disini atau naikan lagi La?"

"Naik lagi aja Kak, terus deket pintu ya biar jalannya ngga jauh."

"Tuan puteri emang." Ledek Joya, tapi tak juga menolak karena yang diucapkan Alula seratus persen benar.


* * * * *


Pemeran

Ijonya Tengku Imran - 23 tahun / Jurusan Manajemen / semester 6

Ijonya Tengku Imran - 23 tahun / Jurusan Manajemen / semester 6

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
end | short story about timeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang