Chapter 30

509 29 4
                                    

Fahri ngapain ya kok ngelamun gitu?

Fahri ngapain ya kok ngelamun gitu?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Happy reading guys💛

***

"Jauhi laki-laki itu!"

Teriakan menggema di seluruh penjuru rumah. Amarahnya memuncak menghadapi anaknya yang selalu ingin membantahnya.

"Tapi pa, kak Fahri itu baik," tukas Bia.

Entah kenapa mendengar papanya menjelek-jelekkan temannya itu membuatnya tidak rela. Fahri bukan seburuk yang papanya fikirkan. Karena nyatanya selama ini yang suka membantu dia selain Kana ialah Fahri.

"Bia, sudahlah dengarkan apa kata papamu. Itu yang terbaik, lelaki itu memang tidak baik buat kamu. Kemarin dia sempet membentak mama saat mama sedang ngobrol sama lelaki itu." Sorot mata Tesya menjadi sedih. Lebih tepatnya pura-pura sedih.

Ini peluangnya untuk menghancurkan gadis yang selalu menyusahkan. Mengingat dendamnya ia belum kesampaian sampai sekarang membuatnya semakin benci.

Bia memejamkan mata kala tangan mamanya mengusap kepalanya. Berusaha menahan emosi dengan berhadapan papanya. Nanti akan memperburuk pandangan papa terhadap Fahri.

"Ma, kak Fahri itu orang baik. Dia yang selalu bantu aku disekolah," adunya pada Tesya.

Berharap punya perlindungan dari mamanya. Dibela mamanya. Dan dikuatkan mamanya.

Tesya memberikan gelengan kepala, "sudah, lupakan saja laki-laki itu. Kamu berhak mendapatkan yang lebih baik. Fahri itu nggak sebaik yang kamu pikirkan, nak."

"Sudah-sudah, intinya papa nggak mau lihat kamu berinteraksi sama cowok nggak jelas itu. Jika sampai ketahuan kamu akan papa kirim ke pesantren," final Ravi.

Lelaki tua itu pergi dari hadapan Bia dan Tesya. Meninggalkan Bia yang semakin bercucuran air mata.

Tesya tersenyum ke arah Bia. Merasa mendapat kekuatan Bia membalas senyuman itu.

"Kamu terlalu bodoh jadi orang, dengan kamu seperti ini sebentar lagi akan saya pastikan jika kamu akan benar-benar dibuang ke pesantren."

Senyum sinis jelas terukir di bibirnya. Tawa bahagia menggema di dadanya. Dirinya tidak perlu bersusah payah menciptakan masalah karena anak tirinya itu sudah pandai mencari masalah. Tinggal dirinya membantu memperbesar masalah dan menunggu gadis dibuang dari keluarga.

Tak kuasa menahan tangisnya, Bia menumpahkan segala kesedihannya saat itu juga saat Tesya sudah meninggalkannya. Dia sendirian. Dadanya semakin sesak, dirinya seperti dihadapkan antara dua pilihan. Antara papanya dan Fahri.

Keduanya sangat penting bagi Bia. Mereka punya tempat masing-masing. Fahri, cowok yang selama ini mampu membuat dirinya merasa ada setitik cahaya yang meneranginya. Cowok yang selalu siaga dengan kesusahannya. Dan cowok yang selalu bisa membuatnya tersenyum.

Segenggam Luka (COMPLETED)Where stories live. Discover now