1. The Ship

3.8K 446 132
                                    

Pohon apel besar di halaman rumah ini, dulunya merupakan tempat favorit sang adik. Tempat di mana Yoongi duduk bersandar pada batang yang kokoh setiap sore, sembari memakan buah apel dengan tampang nakalnya.

Kadang juga, adiknya itu memanjat pohon, memetik beberapa buah apel, lalu melompat turun. Membawanya ke hadapan Seokjin, dan dengan tampang polosnya berkata, "Dengar-dengar, apel yang seperti ini bisa dibuat menjadi makanan 'kan, Hyung? Apa Hyungie juga bisa?"

Lalu, dari sore hingga malam, Seokjin akan menghabiskan waktu bersama adiknya untuk membuat pai apel dan memakannya bersama dengan segelas susu masing-masing.

"Makan dagingnya, Yoon ... jangan makan bijinya!"

"Kenapa?"

"Nanti tumbuh di dalam perutmu. Mau?"

"Oh, tidak!!"

Dan setelahnya, Seokjin akan tertawa lepas hanya dengan melihat bagaimana wajah ketakutan Yoongi saat itu.

Semua yang menyenangkan saat itu, mendadak terasa menyedihkan hanya untuk diingat. Hal-hal kecil yang ia lakukan bersama sang adik, semua terus berputar dalam kepalanya. Berdatangan, saling berebut meminta untuk diingat kembali, yang justru, membuat Seokjin semakin merasa sakit.

"Aku akan naik kapal, Hyung!"

Seruan semangat sang adik, senyum manisnya, Seokjin tidak akan pernah bisa melupakannya.

"Aku akan membawa banyak makanan dari Jeju! Hyung tunggu saja di rumah bersama Ayah dan Ibu, dan lihat semua foto yang kukirim. Yoongi berangkat, Hyung! Ayo bertemu beberapa hari lagi!"

Seokjin bahkan tersenyum ketika Yoongi mengirim beberapa foto yang memperlihatkan dirinya ada di kapal. Berfoto bersama temannya, bahkan potret laut lepas, Seokjin menatapnya dengan senyuman.

"Hyung! Kapalnya akan segera berangkat!"

Seokjin masih ingat betul bunyi rekaman suara yang dikirim oleh Yoongi. Tapi, hanya beberapa jam hingga dirinya melihat berita di layar televisi yang memberitakan jika kapal yang dinaiki Yoongi tenggelam.

Jantungnya berpacu, jarinya bergetar hebat. Secepat mungkin Seokjin membuka ponselnya.

Enam panggilan tak terjawab, dan beberapa pesan dari sang Adik. Ada beberapa dari Ayah dan Ibu, namun Seokjin memilih untuk mengabaikannya untuk saat ini.

"Hyung, kapalnya akan tenggelam."

"Wah ... aku tidak bisa berdiri tegak sekarang ini, Hyung. Kapalnya mulai tenggelam."

| Hyung, airnya mulai masuk ke dalam. Yang lain mulai menangis. Aku harus bagaimana?

| Hyung, kenapa tidak menjawab telepon?

"H-hyung, kru kapal menyuruh kami untuk tenang. Tapi airnya mulai masuk! A-apa yang harus kulakukan?!"

Hyung, jawab teleponku!

"Seokjin Hyung, aku takut!"

"Maaf, Hyung .... A-aku rasa kita tidak bisa bertemu lagi dalam beberapa hari ke depan. Kapalnya bahkan belum sampai di Jeju. Yoongi juga belum membeli buah tangan untuk dibawa pulang, haha ...."

"Um, yah .... Aku menyayangimu, Seokjin Hyung .... Katakan pada Ayah dan Ibu juga, kalau aku menyayangi mereka," bunyi pesan suara yang membuat Seokjin dihantam sesak.

Tidak perlu buah tangan, Seokjin tidak memerlukannya lagi. Buang jauh-jauh pemikiran itu! Seokjin tidak menginginkannya lagi!

Ia hanya ingin adiknya pulang. Seokjin hanya ingin Yoongi pulang.

"Kumohon, Yoon ...."

Sepanjang perjalanan ketika Seokjin menuju dermaga di mana evakuasi dilakukan, jantungnya terus berpacu tak menentu. Lelaki itu berusaha untuk menata diri agar tak hilang kendali saat menyetir.

"Aku menyayangimu, Seokjin Hyung ...."

Begitu sampai, Seokjin bisa melihat kapal besar yang hampir tenggelam sepenuhnya di tengah laut sana.

Air matanya jatuh. Di tengah rasa takut, ia mencari Yoongi di antara siswa-siswi yang berhasil sampai di daratan.

Tidak ada.

Tidak ada Yoongi-nya.

Berkali-kali ia bertanya pada siswa-siswi lain, dan yang menjadi jawaban hanyalah gelengan pelan. Mereka tidak tahu. Yang terpikir ketika kapal mulai tenggelam hanyalah diri mereka sendiri. Tentang bagaimana mereka harus selamat, tentang bagaimana mereka yang belum ingin mati.

Seokjin mengacak kasar rambutnya.

Bagaimana dengan Yoongi? Adiknya pasti juga ketakutan.

Hari itu, Seokjin melihat sendiri bagaimana kapal di tengah laut tenggelam. Ia mendengar dengan jelas, raungan keras dari para murid juga orangtua yang memiliki nasib sama sepertinya.

Dan hari itu juga, Seokjin pulang tanpa Yoongi.

Menatap pedih bangku samping kemudi yang seharusnya ditempati oleh sang Adik, kini kosong tak berpenghuni.





TBC

Paper Bird | Brothership ✔Where stories live. Discover now