6. Don't Worry

1.4K 265 48
                                    

"Kau yakin, Yoon?" Yoongi mengangguk kecil. Anak itu melempar tatapan menenangkan beserta senyum tipisnya, pada sang Kakak yang menatap khawatir.

"Yoongi-ya, tidak perlu memaksa jika memang belum sanggup," sang Ibu menambahi, diangguki oleh Ayah yang sedari tadi hanya mengamati.

"Yoongi bisa kok, Ibu." Maniknya bergulir, kini menatap Seokjin yang nampak khawatir. "Tolong antar Yoongi ya, Hyung?" pintanya dengan senyum tipis.

.
.
.
.

"Yoon, kau yakin?" Yoongi mendengus jengah. Sudah kali keberapa Kakaknya ini menanyakan hal yang sama.

"Iya, Hyung," anak itu menjawab tegas, tak mau dibantah. Seokjin menarik napas panjang, dan menjalankan mobil dengan perlahan menuju laut.

"Seokjin Hyung! Antar aku ke laut sore nanti, ya?"

Semua yang ada di meja makan dibuat terkejut oleh ucapan tiba-tiba si bungsu. Ayah, Ibu, dan Seokjin hanya diam. Tidak mampu menjawab ataupun melarang.

"Kenapa semuanya diam?" Yoongi kembali buka mulut. Anak itu menggulirkan manik, menatap satu-persatu kepala yang menunduk.

"Kau yakin, Yoon?" Seokjin mengangkat kepalanya, menatap yang lebih muda sarat akan khawatir. Ibu juga memberinya tatapan sendu, berbeda dengan Ayah yang memilih diam untuk menjadi pendengar yang baik.

"Yoongi-ya, tidak perlu memaksa jika memang belum sanggup," Ibu menambahi, diangguki oleh Ayah yang sedari tadi hanya mengamati. 

"Ibumu benar," Won Sik berujar sembari mengelus surai sang putra.

Yoongi menunduk ketika mendapat elusan lembut pada rambut. Ia juga takut, sebenarnya. Yoongi ragu. Ia juga merasa belum sanggup. Tapi, Yoongi pikir, tidak akan baik jika dirinya berdiam diri dan terus mengindari laut. Seburuk apapun pengalaman, Yoongi tidak ingin membenci lautan.

"Yoongi bisa, kok, Ibu ...," ucapnya disertai dengan sorot yakin pada mata. Walau jika ditatap lekat, ragu dan takut masih terselip di sana.

Tak ada sahutan dari Ibu ataupun Seokjin. Kali ini Yoongi menatap sang Ayah. "Ayah, boleh, ya?" pintanya memohon. Kim Won Sik terdiam sesaat. Menggunakan waktu untuk menatap lekat wajah si bungsu, sebelum mengangguk pelan. Menerbitkan senyum lebar di wajah sang putra.

Masih dengan senyumnya, Yoongi menatap Seokjin. "Tolong antar Yoongi, ya, Hyung?"  ia berucap dengan senyum dan binar mata, yang jelas membuat Seokjin tidak tega untuk berucap 'tidak'.

.
.
.
.

"Sore ini, teman-teman akan melarung kapal kertas. Aku juga ingin ikut." Yoongi tertawa kecil begitu selesai dengan kalimatnya. Teman-temannya memang akan melarung kapal kertas, bunga, dan akan berdoa bersama. Yoongi mendengarnya ketika mereka membuat burung kertas di sekolah minggu lalu.

"Apa teman-teman tahu kalau kau akan datang?" tanya Seokjin. Yoongi menggeleng pelan. "Tidak," jawabnya, "aku sengaja tidak memberitahu."

Seokjin menghentikan mobilnya, sesaat setelah sampai pada tujuan. Ia turun terlebih dahulu dan membuka pintu untuk sang Adik. 

"Tidak dibawa, Yoon?" Seokjin bertanya sembari menunjuk kruk di bangku belakang. 

Yoongi menggeleng. "Aku ingin berjalan sendiri, Hyung," tuturnya.

Seokjin mengangguk paham. "Baiklah ...." 

Lantas, lelaki itu berjalan di belakang Yoongi. Memilih untuk mengamati dalam diamnya, bagaimana yang lebih muda berusaha untuk terlihat baik. Langkah Seokjin turut berhenti saat Yoongi menghentikan langkah. Ia segera mendekat ketika melihat bahu yang lebih muda bergetar kecil.

"Yoon?" 

Dari mata Yoongi, Seokjin bisa melihat takut terpancar jelas di sana. Membuatnya tidak tega untuk membawa Yoongi lebih dekat dengan lautan.

"Kau baik? Kita bisa pulang kalau--" "Tolong bantu aku berjalan ya, Hyung? Kakiku ... sedikit manja." Yoongi tertawa kecil, lain dengan Seokjin yang menatap sendu. Meski begitu, ia menyanggupi permintaan sang Adik. Mengalungkan tangan Yoongi pada lehernya, dan berjalan mendekat pada laut untuk bergabung dengan sekelompok siswa-siswi di sana.

"Eh? Itu Yoongi! Yoongi datang!!" 

Yoongi melepas kalungan tangan pada leher sang Kakak ketika beberapa dari temannya datang mendekat. Senyum kecil ia suguhkan. 

"Hai," sapanya.

"Kami kira kau tidak akan datang!" Hwageum berseru. Yoongi tertawa kecil. "Apa kalian sudah selesai?" tanyanya yang mendapat gelengan kompak.

"Kami baru akan mulai," ungkap Jeonghwa.

"Aku ingin ikut, apa boleh?" Dong Joon tergelak. Mengulurkan tangan untuk mengajak Yoongi lebih dekat dengan laut. "Tentu! Tentu saja kau boleh ikut. Ayo kita bergabung bersama yang lain!"

Namun, Yoongi terdiam di tempatnya. Anak itu menunduk, menghentikan langkah Dong Joon yang hendak membawanya bergabung bersama yang lain. 

"A-aku hanya akan melihat dari sini .... Kalian bergabunglah bersama yang lain." 

Seokjin tertegun. Paham apa yang terjadi, lelaki itu menepuk pelan bahu Dong Joon. "Hyung akan menemani Yoongi di sini," ujarnya lembut.

"Yoongi kenapa, Hyung?" Pertanyaan Dong Joon dibalas dengan senyum tipis. 

"Tidak apa. Bergabunglah bersama yang lain," balas Seokjin. 

Walau masih tak mengerti, Dong Joon tetap mengangguk paham. Menyempatkan untuk mengusap bahu Yoongi sebelum bergabung bersama teman-teman.

Sepeninggal  Dong Joon, Seokjin memeluk erat Adiknya. Tangis Yoongi pecah saat itu juga. Kepalanya ia benamkan pada bahu Seokjin, sementara tangannya balas memeluk erat sang Kakak.

"Tidak bisa, Hyung ... Y-yoongi tidak bisa mendekat ...."

Seokjin mengangguk paham. Lelaki itu membawa Yoongi menjauh dari laut dan membiarkan sang Adik meraung dalam pelukannya. "Kau aman, Yoon .... Hyung ada di sini."

Lama Seokjin memeluk Yoongi. Hingga saat tangis anak itu berangsur reda, baru ia melepas pelukan. Sekadar melonggarkannya untuk menghapus air mata sang Adik.

"Kau aman. Hyung ada di sini," Seokjin berujar lembut. Jemarinya terulur untuk menyibak poni Yoongi yang menutupi mata. 

Seokjin tahu kemungkinan seperti ini akan terjadi. Karena itulah, ada rasa bimbang juga tidak setuju, saat Yoongi memohon pada Ayah dan Ibu agar diperbolehkan untuk pergi ke laut.

Lelaki itu melayangkan pandang pada teman-teman Yoongi yang berjalan mendekat.

"Kalian sudah selesai?" tanya Seokjin ketika Jeonghwa dan yang lain mendekat pada mereka berdua. Anggukan dari Jeonghwa ia dapat sebagai balasan.

"Yoongi kenapa, Hyung?" Pertanyaan Jeonghwa dibalas dengan gelengan oleh Seokjin. "Tidak apa. Tidak perlu khawatir," lirihnya.

"Maaf, ya. Sepertinya kami harus pulang terlebih dahulu." Seokjin tersenyum canggung pada Jeonghwa juga yang lain. Dan setelah anggukan ia dapat, lelaki itu segera membawa Yoongi memasuki mobil untuk pulang, menjauh dari laut.

"Yoongi terlihat sangat ketakutan. Ia benar-benar kacau." Yang lain membenarkan ucapan Hwageum, sementara Jeonghwa hanya bisa terdiam. Menatap kepergian Yoongi dengan sorot bersalah yang amat pada maniknya.





TBC

Paper Bird | Brothership ✔Where stories live. Discover now