Sudah 2 tahun setelah kejadian dimana Alicia dan Aksa harus berpisah. Semenjak itu juga, sikap Alicia sangat berubah drastis. Terlebih pada laki laki.
Sikap ceria dan murah senyumnya seketika hilang, dan sekarang hanya ada Alicia yang pendiam, dingi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
9. Terungkap
♡♡♡♡
"Alicia!"
Alicia masih terdiam, matanya masih memandang kosong taman kampus di hadapannya.
"Dor!"
Alicia terperanjat, karena Dodi tiba tiba ada di hadapannya dengan wajah yang menyebalkan.
Pak!
Alicia refleks memukul wajah Dodi mengunakan buku yang tengah di pegang olehnya.
"Dodi! Lo ngapain disini?!" Pekik Alicia.
Dodi meringis seraya mengusap wajahnya yang di pukul oleh Alicia. "Padahal Aa Dodi cuma mau nemenin neng Alicia aja, eh malah di gebuk"
"Lagian siapa suruh" Alicia membereskan peralatannya, kemudian berniat berlalu dari sana.
Namun Dodi tiba tiba mencekal tangannya. "Apa lagi sih?!" Ujar Alicia kesal.
Alicia menepis tangan Dodi yang memegang tangannya.
"Aa Dodi baru dateng loh neng, masa mau di tinggal gitu aja?"
Alicia berdecak kesal. "Bodo amat!" Ia langsung berlalu dan tak memperdulikan ucapan Dodi.
Alicia mendengus kesal, ia menoleh ke belakang. Alicia menghela napas lega karena Dodi tak mengikutinya.
Ia kemudian memasuki perpustakaan, sebenarnya sekarang sudah waktunya ia pulang karena jam kuliahnya sudah selesai.
Tapi entah kenapa Alicia sangat malas pulang, lagipula ia memang berniat untuk ke perpus. Ia ingin membaca sebuah novel yang kemarin tak sempat ia baca.
Alicia berjalan menelusuri rak rak buku di perpustakaan, keningnya mengernyit heran karena novel yang ingin ia baca tidak ada disana.
Alicia berdecak kecil, padahal ia sangat ingin membaca novel itu. Terlebih lagi novel itu hanya ada satu di perpustakaan kampusnya.
Alicia hendak berlalu dari perpus, namun ia mengangkat kedua alisnya karena menemukan novel yang ia cari tengah tergeletak manis di meja perpus.
Alicia menghampiri meja itu, berniat ingin membaca novel itu. Alicia duduk di kursi kemudian membuka novel itu, namun ia menghentikan kegiatannya kala mendengar deheman seseorang.
Alicia mendongak, ia tertegun dengan orang yang ada di hadapannya.
"Novelnya lagi gue baca" suara berat laki laki di hadapannya itu menyeruak ke telinga Alicia, membuat Alicia mengerjapkan matanya tersadar.
"M...ma..maaf" Alicia bangkit, ia mempersilahkan laki laki di hadapannya itu duduk.
"Kalo mau baca, baca aja. Gue udah selesai baca" laki laki itu tiba tiba pergi begitu saja, membuat Alicia menatapnya bingung.
Cerita yang dipromosikan
Kamu akan menyukai ini
"Tadi katanya lagi di baca, gimana sih?" Alicia kembali duduk, namun baru saja ia duduk. Tiba tiba ia teringat akan suatu hal.
"Tunggu, itukan...laki laki yang di mall, yang pasangan cowoknya datar itu. Pantesan gue agak familiar sama mukanya, jadi dia mahasiswa disini juga"
✔✔✔
"Semua persiapan pernikahannya sudah selesai, besok tinggal melangsungkan acaranya. Tapi...bagaimana dengan Alicia?"
Darren menghela napas berat. Ia tahu, keinginannya untuk menjodohkan Alicia pasti akan membuat Alicia marah. Terlebih Alicia tidak tahu menahu soal ini semua, bahkan saat besok acara pernikahan akan dimulai, Alicia masih belum di beritahu tentang semuanya.
"Masalah itu...aku juga bingung may, aku..."
"Om harus tegas, om harus secepatnya ngasih tau ke Alicia kalau aku sama Alicia akan menikah"
"Apa?!"
Darren, May, dan Vero yang tengah berbincang di ruang tamu tiba tiba menoleh ke arah pintu yang sudah terbuka dan terdapat Alicia yang tengah berdiri menatap mereka.
Alicia perlahan menghampiri mereka dan menatap papahnya penuh tanya.
"Apa maksudnya pah?"
"Alicia...papah minta maaf, tapi__"
"aku nanya apa maksudnya pah?! Apa maksud perkataan Vero tadi?!" Alicia menatap papahnya dengan amarah yang memuncak.
Darren perlahan mendongak, ia menatap putrinya lirih. "Papah ngelakuin itu, karena papah ingin sikap kamu berubah Alicia"
Alicia tertawa sumbang, tak sadar air matanya perlahan turun.
"Papah tau kan, gimana histerisnya aku pas di tinggalin Aksa? Papah tau kan gimana hancurnya aku pas Aksa ninggalin aku?"
Darren menganggukkan kepalanya, ia menatap putrinya dalam. "Papah tau, papah nggak mau kamu terus menerus larut dalam kesedihan Alicia"
"Nggak gini pah caranya! Aku bisa bahagia tanpa harus ngorbanin perasaan aku" Alicia berlalu begitu saja, ia tak memperdulikan panggilan papahnya.
Alicia menutup pintu kamarnya dengan cukup kencang, ia menaruh tasnya asal. Kemudian ia berbaring di kasur dan menumpahkan tangisannya disana.
Apa apaan tadi itu? Papahnya berniat menjodohkannya dengan Vero, teman masa kecilnya. Alicia memang sayang pada Vero, tapi hanya sebatas sahabat. Alicia tak mempunyai perasaan lebih pada Vero.
Pantas saja papahnya itu akhir akhir ini berusaha untuk membuatnya dekat dengan Vero. Ternyata ada rencana lain di baliknya.
"Sa..hiks..aku nggak bisa..aku nggak mau di jodohin..hiks...hati aku cuma milik kamu sa"
Tiba tiba Alicia berhenti menangis, entah kenapa pikirannya saat ini beralih pada Aksa. Ia dapat melihat Aksa yang tengah tersenyum padanya disana.
"Apa aku harus ikut kamu, biar aku bisa bahagia"
✔✔✔
"Alicia? Sudah waktunya makan malam, kamu harus makan sayang." Darren terus mengetuk pintu kamar Alicia, namun tidak ada jawaban dari dalam.
Ia khawatir karena dari tadi siang, Alicia belum sempat makan sama sekali. Ia terus mengurung dirinya di kamar.
Darren mendengus jengah, karena Alicia tak juga menyahut. Ia kemudian mencoba untuk memutar gagang pintu kamar Alicia.
Darren menghela napas lega, karena Alicia tak mengunci kamarnya. Namun ia tertegun dengan pemandangan di hadapannya.
Kamar Alicia sangat berantakan, bahkan kini Alicia tengah terlelap di kasurnya.
Darren langsung menaruh nampan berisi makanan di nakas Alicia, ia mencoba mengecek kondisi Alicia.
Ia takut anaknya itu berbuat yang tidak tidak. "Alicia?" Darren menepuk kecil pipi Alicia.
Ia menghela napas lega, karena Alicia langsung tersadar. Wajah Alicia sangat pucat, karena ia belum makan dari siang.
Alicia terbangun, ia langsung duduk dan menatap Darren datar.
"Kamu harus makan sayang, papah yakin kalau kamu laper." Darren mengambil nampan berisi makanan yang ada di nakas dan berniat untuk menyuapi Alicia.
Namun Alicia menolak. "Aku bisa sendiri" Alicia mengambil piring berisi makanan dan mulai memakan makanannya.
Darren tersenyum kecil. Walaupun Alicia marah padanya, tapi setidaknya putrinya itu harus makan dan ia tak mau Alicia kenapa napa.
"Yasudah kalau kamu bisa sendiri, papah pergi dulu" Darren menaruh nampan di nakas Alicia.
Kemudian ia beranjak untuk pergi, tetapi langkahnya terhenti karena ucapan Alicia.
"Masalah perjodohan itu, Alicia terima. Tapi dalam jangka waktu 3 bulan kalau sampai aku masih nggak bisa nerima Vero, aku nggak bisa ngelanjutin pernikahan itu."