12. Apakah Aku Tiada?

54 8 1
                                    


Yang masih pusing, jadi Kyra itu Queen. Mereka satu orang, ok. Kyra nyamar jadi Queen—gadis nerd.

Ok. Happy reading!
Tekan tombol bintang dan ramaikan kolom komentar.

Bismillah. Jadikan Al-Quran sebagia bacaan utama :)

Semua orang berhak menangis. Namun, tak semua orang berani menunjukan lukanya. Bukan apa, hanya saja luka itu akan semakin terbuka. Mengingat betapa sakitnya ia.

•Timeline•

•••

"Astagfirullah, gimana ceritanya kamu bisa nabrak orang?"

Seorang ibu paruh baya baru saja datang dan langsung mengitrogasi putranya yang menyebabkan kecelakaan.

"Bukan, Bun."

"Bukan apanya, hah? Udah Bunda bilang, jangan mainan motor mulu. Bunda gak mau kalo—"

Anaknya itu memotong kepanikan bundanya dengan menuntunnya untuk duduk dahulu.

"Tenang dulu, Bun. Kenzie nggak nabrak dia ko. Korbannya aja yang tiba-tiba pingsan di depan motor Ken." Jelasnya jujur.

"Serius, Bun." Pria itu menautkan jari telunjuk dan jari tengahnya ketika bundanya menorehkan tak percaya.

"Ya udah, siapa nama korban itu?"

"Dia temen sesekolah Ken, namanya,"
Jeda sekian detik untuk mengingat siapa nama gadis itu, "Queen, iya namanya itu."

"Permisi, apa kalian keluarga dari pasien Queen?"

Seorang suster keluar dari kamar inap. Ken maupun Ayudia— Bunda Ken menoleh ke arah suara.

"Ah, iya."

"Sodari Queen sudah sadar. Kalian bisa menemuinya, untuk kondisinya cukup lemah. Mungkin ada beberapa troma yang ia alami. Permisi," jelas suster dengan ramah lalu izin untuk pergi.

Ken dan Ayudia masuk untuk menengok Queen. Sebenarnya, Ken tidak menabrak gadis itu karena untungnya Ken langsung mengeremnya, namun, Queen tiba-tiba saja jatuh pingsan dengan keadaan memar di sekujur tubuhnya. Jadilah, Ken langsung membawa Queen ke rumah sakit. Dan Ken langsung menghubungi bundanya sebab takut terjadi masalah. Juga, dirinya tak enak jika harus menjaga Queen seorang diri sebab mereka bukan muhrim.

Sorot mata sayu terpancar dari Queen. Dengan segala sakit yang ia alami, Queen tetap tersenyum. Ia tak mau orang lain melihat lukanya.

"Hallo, Queen. Bagaimana keadaanmu, Nak?" tanya Ayudia seraya mengusap puncak kepala Queen.

"Baik, ko, Tan." Jawab Queen dengan senyuman. Padahal kaset ketika Gevan mencabuknya masih tertayang jelas dalam benaknya. Entahlah, Queen sulit sekali melupakannya. Kejadian itu juga membuat Queen troma. Namun, gadis itu masih bisa menyembunyikannya.

"Maafkan anak tante, yah. Wajah cantik kamu jadi banyak memarnya kaya gini." Ucapnya nanar seraya melotot pada arah Ken.

Jelas-jelas bukan gue yang nabrak, elah si bunda.

TimeLineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang