Part 1

84 39 24
                                    


"PAPA SAMA MAMA BANGKRUT RES!" 

Mata Garessa membulat sempurna, apa papa bangkrut? Tidak Garessa ingin mati rasanya!

Bruk!

Garessa pingsan tak sadarkan diri mengetahu hal yang paling ia takutkan dalam hidupnya, matanya perlahan menutup sehingga yang tampak hanyalah kegelapan dan suara samar-samar memanggil namanya.

Satu jam berlalu …

Garessa membuka matanya, kepalanya sedikit pusing dan mata berkunang-kunang. "Aww." Garessa meringis kesakitan ketika kepalanya yang pusing dijitak oleh seseorang.

"Garessa!" Seseorang memeluk dirinya dari samping, Garessa masih mengenali tempat ia berada. Sekarang ia terduduk di kasur queen size dengan seprai berwarna merah muda dengan motif buang tulip, Ah garess sedang berada di kamar tidurnya yang serba berwarna merah muda.

"Garessa, kak Aru gak kuat hidup miskin kaya gini." Garessa menyadari bahwa ia tengah dipeluk seseorang yaitu kakaknya Arunika Pramodya Sakina.

Seketika Garessa ingat sesuatu bahwa keluarganya tengah mengalami kebangkrutan. Air matanya menetes mengingat ia akan segera meninggalkan segala kemewahan ini.

Rasanya Garessa sungguh tak sanggup dengan takdir yang tengah ia rasakan saat ini, sungguh ia belum siap jika harus meninggalkan segala kemewaha ini.

"Garessa, Arunika?" seorang Wanita paruh baya masuk ke dalam kamar Garessa, ia duduk di tepi ranjang, raut wajahnya sangat kentara bahwa ia sekarang sedang mengalami masalah yang sangat besar. Laras Ayuning Pramodya, Ibu dari Garessa dan Arunika, Parasnya masih sangat cantik diumurnya yang berkepala lima, senyumannya seolah menghilang saat mendengar kabar kebangrutan suaminya, matanya sembab mengingat ia harus meninggalkan kemewahan ini.

Arunika melepas pelukannya dengan Garessa dan langsung memeluk sang mama yang terlihat sangat sedih. "Mama benar-benar sedih Res, Aru," isak tangis kembali keluar saat Garessa juga memeluk mama-nya. "Aru sama Ressa juga sedih banget ma,iyakan res?" tanya Arunika yang dibalas anggukan kecil dari Ressa.

  "Ressa bingung ma, apa bisa kita hidup tanpa kemewahan? Rasanya Ressa mau mati aja-"

  "Bodoh kamu Res! Masa cuma hidup tanpa kemewahan kalian berdua udah mewek-mewek gini! Jangan cemen nak! Kita harus Seterong!" Ucap Laras berapi-rapi. Garessa dan Arunika terbengong melihat sang mama menjadi bar-bar seperti ini, padahal laras adalah seorang mama yang kalem dan anggun.

  "Ma? Mama kenapa?" Tanya Garessa.

  "Nggak! Nggak Mungkin! Aku belum sanggup kalau mama jadi stress karena papa bangkrut!" Arunika berteriak histeris, rasanya dunia akan kiamat jika dia tak hidup dengan mewah lagi.

   "Apa kata pacar aku ma! Kalau aku jatuh miskin!" Arunika kembali berteriak histeris, air matanya telah sepenuhnya jatuh menetes di wajah putih mulusnya.

   "Hihihihi," Laras mulai tertawa cekikikan bak kuntilanak duduk di atas pohon mangga, sekarang Garessa benar-benar bingung dengan keadaan yang ia hadapi sekarang, Laras sibuk cekikikan sembari menyisir rambutnya dengan jari-jemarinya, sedangkan Arunika sibuk dengan berteriak histeris disertai umpatan.

   Ahk ini benar-benar situasi yang membingungkan. Di satu sisi, Garessa tak mau hidup miskin dan di sisi lainnya ia tak mau jika kakak dan mama-nya menjadi gila.

  "CUKUP!"

   Teriakan seorang pria paruh baya mampu membuat Laras, Garessa, dan Arunika terdiam.

   "Kalian bertiga ini kenapa sih? Santai saja! Dalam sebulan ini kita harus siap-siap untuk pulang ke rumah di desa Nenek kalian. Arunika, papa minta maaf, kamu berhenti kuliah dulu ya. Garessa, kamu pindah sekolah negri dulu ya nak, dan ma, papa harap kamu jangan terlalu boros untuk sebulan ini. Jadi setelah kita pindah, papa bakal buat usaha di desa. Kalian bertiga paham kan?" Penjelasan dari Rudi Agung Parmodya a.k.a papa Garessa dan Arunika, mampu membuat Garessa menitikkan air mata.

   Padahal, rasanya baru kemarin Garessa hidup dalam kemewahan, dan semua itu dalam sekejap mata hilang hampir tak bersisa.

  Apa ini karma? Karma dari setiap keangkuhan Garessa? Benar, sepertinya ini Karma.

  Air mata kembali membasaha pipi mulus Garessa, ia tak menyangka secepat ini semua yang dia miliki hilang dalam sekejap.

 Rudi melihat istri dan kedua anak gadis nya melamun hanya menghembuskan nafas. Sebenarnya ia juga tak mau keluarga-nya hidup miskin, tapi bagaimana lagi semuanya sudah ditakdirkan seperti ini.

   "Papa keluar dulua ya," pamit Rudi meninggalkan istri dan kedua anak gadisnya yang masih meratapi nasib.

  "Tunggu pa, mama juga mau ikut. Kalian berdua gak usah terlalu dipikirkan. Hidup miskin ataupun kaya itu sama saja, yang penting kita sekeluarga tetap selalu bersama."

                                 _-_-_

  Pagi ini Garessa telah memakai seragam lengkap dan tak lupa Handphone bermata tiga, make up tipis, sepatu sneaker ,tas bermerek  hermes yang merupakan hal terpenting yang harus ia bawa dan pakai untuk ke sekolah.

 Garessa mematut penampilannya di kaca rias, sungguh penampilannya sangat memukau dan mengagumkan. Tapi semua ini akan hilang setelah satu bulan. 

  "Huft … jadi sedih lagi gue," guman Garessa ia beranjak dari kaca rias, melangkahkan kakinya keluar dari kamar mewah serba merah mudah dan melngkahkan kakinya menuruni satu persatu anak tangga.

  Setelah turun dari tangga, Garessa menuju ruang makan, sesampainya di ruang makan mewah ini Garessa melihat Arunika, Rudi, dan Laras tengah menikmati makanannya dengan hikmat.

 "Pagi Ma, Pa, kak," Sapa Garessa, ia menarik satu kursi yang berhadapan dengan Arunika. Garessa mendaratkan bokongnya duduk di kursi meja makan.

 Setelah duduk di meja makan, Garessa mengamati hidangan yang ada di meja makan. Ha? Apa-apaan ini! Di meja makan hanya ada nasi goreng sederhana tanpa campuran apapun!

"Ma, kayaknya kita harus pecat Luzi, masak nasi goreng aja dia gak becus!" Garessa menyalahkan Luzi, biasanya Luzi selalu membuat nasi goreng dengan campuran yang mewah dan berpenampilan lezat, tapi kali ini nasi goreng di depannya sangat hambar tanpa campuran apapun.

"Papa sama mama udah pecat Luzi dan yang lainnya res."

"Apa? Gak mungkin! Jadi siapa yang bakal beres-beres rumah? Masak?" tanya Garessa.

"Beres-beres rumah mah gampang, kan mama punya dua anak gadis ye kan pa?" ucap Laras bersemangat dan diangguki Rudia. Hari ini Laras tampil beda, biasanya ia akan mengenakan dress mewah walaupun hanya di rumah, tapi kali ini Laras memakai dress bermotif batik dengan rambut dicepol asal.

"Ma, Pa, Aru pergi kuliah dulu ya, Fizan dah nunggu di depan rumah," Pamit Aru, ia menyalami Laras dan Rudi kemudian melangkahkan kakinya keluar dari ruang makan. Hari ini Arunika juga memakai pakaian yang sederhana, sepertinya hanya Garessa yang masih belum menerima kenyataan.

Garessa mengambil sepiring nasi goreng yang berada dihadapannya, ia menyendokkan nasi goreng ke dalam mulutnya.

"Huek! Apa-apaan ini ma! Nasi goreng macam apa ini! Rasa asin aja gak ada!" Garessa memuntahkan nasi goteng hambar buatan laras.

"Yah namanya juga nasi goreng res, jadi nasinya mama goreng," ucap laras santai sembari menyendokkan nasi soreng kedalam mulutnya.

"Ma! Nasi goreng bukan nasinya mama goreng ma! Boro-boro hidup miskin, masak nasi goreng aja mama gak bisa!" Garessa berdiri dari duduknya, Mama-nya ini benar-benar membuat emosi seorang Garessa meluap.

Garessa menyambar tasnya yang berada disampingnya dan pergi meninggalkan mama dan papanya yang sibuk memakan nasi goreng hambar.

Sayup-sayup Garessa mendengar suara sang mama. "GARESSA NASI GORENG ITU YA NASINYA DIGORENG," Teriak sang mama dari ruang makan.

"TERSERAH MA! TERSERAH."

-
-
-

Halo🙌
Lanjut gak nih???😊

          


GARESSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang