Part 2

81 35 25
                                    


Sayup-sayup Garessa mendengar suara sang mama. "GARESSA NASI GORENG ITU YA NASINYA DIGORENG," Teriak sang mama dari ruang makan.

"TERSERAH MA! TERSERAH."

                                   _-_-_

Garessa melangkahkan kakinya keluar dari rumah, ia sungguh tak tahan dengan keadaan yang menimpa keluarganya. Setelah sampai di depan rumah Garessa melangkahkan kakinya ke arah mobil berwarna merah muda. Memang norak bagi semua orang tapi menurut Garessa mobil berwarna merah muda sangatlah keren.

Garessa membuka pintu mobilnya dan mendaratkan bokongnya di kursi pengemudi. Ia mulai melajukan Mobilnya menuju sekolah.

06:45

"Ahk sialan umpat Garessa," lima belas menit lagi bel masuk sekolah akan berbunyi dan Garessa sekarang tengah berada di kemacetan yang membuatnya muak.

"Gimana nih! Udah mau terlambat lagi, gak bisa pamer lagi gue kalau terlambat kaya gini."

Sepertinya hari ini bukanlah hari keberuntungan seorang Garessa.

Kriuk!

Kriuk!

Astaga, perut Garessa sangat lapar. Apakah Garessa akan mati kelaparan di tengah kemacetan? Tidak itu hal yang sangat konyol. Garessa menggelengkan kepalanya mengenyahkan segala pikiran buruknya.

Seandainya ia memakan nasi goreng hambar buatan mamanya, pasti ia tak akan sengenes ini.

Garessa menyandarkan tubuhnya ke kursi pengemudi, sepertinya dalam satu bulan kemudian ia tak akan lagi memakai mobil mewah dan beralih naik angkot tiap hari, sungguh miris nasib seorang Garessa.

Tin!

Tin!

Suara klakson mobil yang saling bersahutan membuyarkan lamunan Garessa. Ia kembali duduk tegap di kursi pengemudi.

Tok!

Tok!

Garessa melihat kearah samping jendela mobilnya, disana ada seorang anak perempuan penjual koran dan kue dengan pakaian usangnya.

Anak kecil itu seolah sedang menawarkan barangnya kepada Garessa, melihat itu Garessa menurunkan kaca jendela mobilnya.

"Kak, mau beli koran sama kue ku nggak? Ini enak loh, ibu ku yang buat terjamin enak dan bersihnya," ucap anak itu dengan riang, ia menunjukkan beberapa kue yang telah dibalut plastik bening. Garessa menatap datar anak kecil itu.

"Berapa kuenya?" tanya Garessa, melihat kue itu membuat perut Garessa meronta-ronta kelaparan.

"Spesial buat kakak, aku kasih tiga lima ribu," mendegar ucapan anak itu Garessa segera merogoh saku bajunya.

"Ahk sial!" gumam Garessa ketika mengetahui tak ada uang sama sekali yang ia bawa hari ini, sebentar! Dia masih punya kartu ATM! Tapi apa mungkin kartu ATM akan berfungsi di keadaan ini? Ahk ya sudahlah, sepertinya Garessa harus menahan lapar seharian.

Anak kecil itu masih memperhatikan Garessa, berharap ia akan membeli kue buatan ibunya.

Garessa melirik anak kecil itu, ahk tidak! Ini sangat memalukan, dia tidak boleh berkata bahwa ia tak mempunyai sepeser uang pun sekarang.

"ehem," Garessa berdehem kecil, tatapan anak kecil itu mampu membuat Garessa salah tingkah.

"Sorry ya, kue kampungan itu gak level dimakan sama gue, tu kue cocoknya dibuang ke tong sampah!" ucapan menyakitkan itu membuag si anak kecil tersenyum tulus.

GARESSAWhere stories live. Discover now