17. Perkara Lomba

84 72 78
                                    

Fajar mengetuk - ngetukkan jarinya dipapan tulis menandakan meminta perhatian teman sekelasnya. Disamping Fajar terdapat Nirmala dengan spidol sekertaris andalannya.

Seisi kelas kembali memperhatikan mereka berdua yang berada di depan papan tulis. Deni yang duduk di meja guru menggelengkan kepala, pertanda tidak setuju. "Gimana kalau perwakilan Story Telling Nazwa aja?"

"Dia ikut olimpiade kebumian, gabisa ikut dulu kata Bu Tarmiyah." jelas Fajar.

"Fero olimpiade fisika tetep kita pake buat lomba komik."

"Itu karena emang cuma dia satu - satunya yang bisa buat komik, Den." jelas Nirmala.

"Kita punya Sevin yang bisa diandalkan. Iya kan, Pin?"

"Ha apaan? Kagak woi gue mo joget balon aja sama Rani, ya kan Ran?" Tanya Sevin seraya mengedipkan sebelah matanya yang di sambut dengan jitakan kecil di dahinya.

"Yakin Gio aja? Kita gak mengandalkan yang lainnya? Wawan misalnya."

Wawan yang namanya disebut pun menggelengkan kepala pertanda tak setuju. "Gue mending karikatur cuy, beneran dah."

Nazwa mengetukkan bolpoinnya di meja, menatap satu persatu teman - temannya. "Disini yang namanya belum ditulis dipapan tulis siapa?"

Tak ada yang mengacungkan jari, semua menatap ponselnya masing - masing. Nazwa menghela napas panjang lalu kembali berbicara. "Story Telling tulis Gio sama Kinara, Mal."

Nirmala mengangguk lalu menulis nama yang tadi disebutkan Nazwa. Kinara yang namanya tersebut menghela napas panjang lalu menatap Gio dengan tatapan menelas. "Mohon bimbingannya, oppa!"

Gio bergidik ngeri, menatap Kinara dengan tatapan jengah. "Panggil gue sense, jangan oppa!" jelasnya yang langsung ditertawai satu kelas.

"Jadi dengerin baik - baik ya anak - anak saya....." Fajar menatap papan tulis lalu melanjutkan. "Futsal Putra Deni, Rino, Gempa, Viko, gue. Joget balon Rani, Queenara dan Sevin. Komik Fero, Olimpiade Nazwa, Ayla dan Fero lagi. Singing Mentari dan Aisah. Futsal Putri Febri, Widi, Angel, Lutfiatus dan juga Kadek. Story Telling Gio dan Kinara. Karikatur Wawan dan........Sinta?"

Sinta menggeleng menatap satu kelas pertanda tak terima. "Lo semua tau kan isi kepala gue apa, mau gue buat karikatur hantu?"

Febri tertawa lalu ikut bersuara. "Itu malah bagus, Sin. Lo tau kan yang limited edition itu yang dicari." katanya.

Sinta ingin kembali menyangga tetapi terpotong dengan suara Wawan. "Gue coba ngimbangin, lo gambar karikatur hantu sedangkan gue gambar karikatur anime. Kita punya kaitan, Sin. Percaya diri aja, gue ada disamping lo kok." jelasnya panjang lebar.

Satu kelas ricuh mendengarnya. Men-cie-cie-kan mereka berdua. Wawan sendiri tak sadar saat mengatakkannya tadi. Sinta menatap Wawan dengan tatapan yang sulit diartikan lalu menyentil dahi Wawan. "Bangun njir, gak usah ngalus sama gue. Gak mempan!"

"Iya njir, lo siap saingan sama hantu cowok ganteng yang sering ngikutin Sinta itu?" Tanya Viko yang sedari tadi diam tak bersuara.

Wawan menggelang antusias. Menatap Sinta dan juga bangku kosong di belakangnya karena Angel gak masuk. Berjaga - jaga siapa tahu hantu cowok ganteng itu duduk disitu. "Ogah anjir! Gue kan tadi cuma nenangin doang..."

Satu kelas tertawa melihat kelakuan Wawan. Sementara Gempa hanya menatap Wawan dan Sinta dengan datar. "Gue...siap kok bersaing sama hantu yang katanya ganteng itu..."

Sinta menoleh ke arah Gempa menatapnya kesal. "Jangan ngalus sama gue, gak mempan!" Lalu kembali melanjutkan rapat yang tadi sempat tertunda. Gempa disana memperhatikan gerak - gerik Sinta, entah kenapa ia merasa tertarik dengan gadis itu.

"Jadi ini udah semua kan kebagian? Gue gak mau tau, kalian semua ikut dan patuhin apa peraturannya. Masalah menang atau tidaknya, itu belakangan." Kata Fajar dengan lantang dan jelas tanpa candaan.

Satu kelas mengangguk, meng'iya'kan pertanda setuju.

Nazwa mulai membuka buku, disusul dengan Ayla-teman sebangkunya untuk persiapan olimpiade tingkat kabupaten bulan depan. Sedangkan Fero hanya membuka buku dan membacanya sekilas lalu kembali menonton anime episode minggu ini disusul dengan Nirmala disampingnya, meminta film Live Action Jepang.

Mentari mulai membaur dengan Aisah-partner singing minggu depan, berdebat beberapa kali karena nada yang tak sama. Mentari dengan nada ketinggian sedangkan Aisah dengan nada kerendahan, begitu juga sebaliknya.

Sevin sibuk menggombali Rani dengan gombalan mautnya, beberapa kali Rani memutar bola matanya pertanda garing atau bahkan tertawa dengan geram mencubit lengan Sevin. Sedangkan Queenara, sibuk melihat mereka berdua.

Angel dan Lutfiatus pergi keluar kelas entah dari kapan. Widi sibuk membolak balik buku kas dan mencatat siapa saja yang belum membayar dan akan menagihnya sebelum istirahat berbunyi. Febri dan Kadek ntah dari kapan asik bercerita panjang lebar, membuat kedua manusia itu terlihat sangat akrab.

Gio menatap Kinara gemas, gadis itu lagi-lagi tak memahami jalan bermain cepat dalam Story Telling tersebut. Beberapa kali Kinara memperlihatkan giginya karena kehabisan kata-kata, sedangkan Gio berniat memarahi namun urung karena Kinara terlihat menggemaskan.

Sialan.

Deni membuat bola kecil dari gumpalan kertas yang diremasnya lalu melemparkan kepada Viko, mereka bermain  lempar-lempar bola kertas. Gempa asik mengganggu Rino yang berniat ingin melanjutkan tidurnya, menarik-narik rambutnya satu persatu hingga membuat Rino marah-marah sedangkan Gempa asik tertawa. Fajar memperhatikan semua itu dengan hembusan nafas panjang, teman-temannya ini benar-benar susah diatur.

***

#A/N

Hai guys akhirnya update lagi huhuhuhu. Siapa yang nungguin nih?

Aku kadang bingung gimana caranya agar bisa tidur lebih cepat hiks, karena aku begadang mulu klo mikir alur cerita paling enak emang malem:(

Jangan lupa tekan bintang ya, dukung karya aku supaya banyak yang baca dan tertarik dengan isinya^^

Kadek [✓✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang