20. Menutupi Perasaan

78 60 83
                                    

Setelah acara makan bersama dengan Andi membuat perasaan Kadek sedikit lebih tenang. Setidaknya gadis itu menyadari bahwa sebenarnya ia memiliki perasaan dengan Andi yang menjadi kakak kelasnya sekitar dua tahun yang lalu.

Ah jangan lupakan jika dulu Andi mengajaknya berkenalan dengan cara yang aneh dan sempat Kadek abaikan. Tidak bisa dibayangkan jika Andi tak pernah mengajaknya berkenalan seperti itu mungkin sampai saat ini ia dan juga Andi tak akan pernah dekat seperti sekarang walaupun hanya sebatas 'adik-kakak'.

Dan disinilah mereka berada pada sebuah bangunan sekolah tepat disamping kost tempat Kadek tinggal. Sangat sengaja sekali jika Andi menghentikkan motornya didepan sekolah membuat Kadek mengerucutkan bibir kesal.

"Maju dikit Kak..."

"Gakmau, lo aja yang jalan kedepan."

"Kok gitu?"

"Karena gak gini."

Helaan didalam diri Kadek terdengar. Gadis itu turun dari motor yang mereka kendarai. "Yaudah gue ngalah," putusnya.

Andi terkekeh pelan. "Ih kok ngamuk?" katanya dengan intonasi yang sedang viral diaplikasi tiktok.

"Yang ngamuk siapa?" tanya Kadek heran, pasalnya gadis itu tidak memiliki aplikasi tiktok dan juga sangat jarang sekali membuka instagram. Ia hanya sering membuka whatsapp dan juga youtube.

Gadis introvert yang memiliki followers sebatas teman sekelasnya atau yang dikenalnya saja dan tak lupa privasi akun tersebut. Berbeda terbalik dengan Andi yang memiliki segudang followers dan juga sering sekali mempost foto didalam akun instagramnya.

Andi tersenyum simpul lalu mengulurkan tangan untuk mengacak puncak kepala Kadek. "Lo gak ada berubah - berubahnya."

Kadek hanya menanggapi dengan dehaman dan seketika ponselnya berbunyi. Ah gadis itu hampir lupa jika kehabisan kuota internet yang ketika sampai dikost akan tersambung secara otomatis dengan wifi kost.

Tangannya terulur mengambil ponsel didalam tas. Membuka salah satu aplikasi whatsapp yanh meresahkan dengan sebuah pesan singkat masuk.

Delbaran
-Kadek?
-How r u?

Jantung Kadek seketika berhenti berdetak. Merasa sangat terkejut dengan pesan singkat tersebut. Ah Kadek lupa bercerita jika ia pernah menaksir kakak kelasnya bernama Delba yang juga ditaksir oleh teman sekelasnya bernama Rani. Karena merasa sudah pasti kalah saing, Kadek mundur perlahan yang sebenarnya memang tak pernah ternotice oleh Delba. Bahkan berbicara secara langsung berdua saja tak pernah, Kadek hanya mengagumi dari kejauhan.

Dan alhasil gadis itu malah dekat dengan Andi yang notabene sahabat Delba. Terkadang dunia selucu itu, yang ditaksir siapa dan yang dekat siapa, memang aneh.

Perubahan ekpresi Kadek membuat Andi langsung bertanya. "Lo kenapa?"

Tak ada sautan dari Kadek.

"Kadek?" panggil Andi.

Gadis itu tersadar dan refleks menatap Andi. "Ah gue gakpapa, Kak."

"Beneran?"

"Hmm iya..."

Andi menganggukkan kepalanya dan mulai berbicara kembali. " Untuk tiga hari yang lalu gue minta maaf."

"Yang mana?" tanya Kadek yang sudah fokus sepenuhnya.

"Tentang yang gue gagal ngajak lo makan seblak itu, gue minta maaf."

"Iya gakpapa."

Andi menipiskan bibirnya dan kembali berbicara. "Lo gak tanya gue kenapa batalin gitu aja?"

"Ah ya, kenapa?"

"Gue ngajak Citra kerumah waktu itu."

Setelah mendengar itu membuat Kadek menghela napas panjang. "Ah iya gakpapa."

Mungkin memang benar, Andi hanya menganggapnya sebatas seorang adik saja dan tak lebih, sebaiknya Kadek harus membuang jauh-jauh perasaan ini agar tidak semakin berharap yang mengakibatkan semakin parah.

Andi kembali menipiskan bibir melihat ekspresi Kadek didepannya ini, sangat merasa bersalah membuat Andi bingung harus berbuat seperti apa. Disatu sisi pria itu menyukai Citra karena gadis itu primadona dijurusan, tetapi dilain sisi pria itu juga tak menginginkan Kadek pergi menjauh darinya seperti beberapa hari yang lalu.

"Lo gak apa-apa?"

Kadek mendongak menatap kedua bola mata Andi dengan seksama. "Kalo gue bilang ada apa-apa, gimana?" tanya Kadek dengan tatapan kosong.

Andi berdiam beberapa menit seakan kelu dengan apa yang akan ia ucapkan. Pikirannya terus dihantui dengan pertanyaan apakah Kadek menyukainya? Ah ralat , sepertinya lebih cocok apakah Kadek juga menyukainya? Pasalnya Andi menyukai gadis didepannya ini sejak gadis ini masuk SMA Kartikatama.

Saat Andi ingin berbalik untuk bertanya, langsung dipotong dengan ujaran Kadek. "Serius amat? Enggaklah, gue gak masalah kok."

Mendengar kalimat tersebut membuat Andi merasa kecewa dengan pikirannya sendiri. Bagaimana bisa seorang Kadek juga menyukai dirinya? Itu tidak akan masuk akal.

Senyum dibibir Kadek tampak hingga kedua bola matanya menyipit. "Kalo gitu gue masuk duluan ya? Besok gue harus sekolah, dan lo harus kuliah."

Setelah mengatakkan itu Kadek pergi meninggalkan Andi yang menatap punggung gadis itu dari belakang. Hingga dirasa Kadek masuk kedalam kost, barulah Andi menyalakkan mesin motornya dan meninggalkan area tersebut dengan perasaan kecewa.

Lagi-lagi pria itu harus meyakinkan diri bahwa Kadek tak pernah menganggap dirinya sebagai seorang laki-laki, melainkan hanya sebagai seorang kakak saja.



***

#A/N

Siapa yang kangen KADEK? Guys maaf banget ngaret gini sampe tengah malem baru up, karena diRL lagi sibuk kuliah huhuhu.

Jangan lupa tekan vote dan comment jika menyukai part ini🙏

Aku yakin setiap cerita pasti memiliki readers kok, jangan lupa ajak temen-temen kalian buat support cerita ini sebelum aku unpublish😭👍

Selamat menunggu part selanjutnya, aku syg readers❤️

Kadek [✓✓]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt