16

1.4K 229 11
                                    

"Park..Sooyoung?"

Sebuah suara yang memanggilnya membuat langkah gadis itu terhenti. Ia berbalik dan seketika tubuhnya mematung begitu mendapati kehadiran seseorang dihadapannya. Begitu juga dengan Jong In yang sama terkejutnya.

"Kang Seulgi.."

Pandangan Sooyoung beralih pada salah satu tangan Seulgi yang terlihat memegangi perutnya yang membesar. Sontak gadis itu mengalihkan pandangannya pada Jong In yang tak kalah terkejut darinya.

"Apa..yang kalian lakukan disini?"

Tanya Seulgi membuat Sooyoung kembali menatap padanya. Gadis itu berusaha menetralisir keterkejutannya.

"Memangnya ada hal lain yang dilakukan orang saat ke dokter kandungan?"

Sahut Sooyoung sembari menyentuh perutnya.

"Ah.. apa kalian kembali bersama?"

Mendengar pertanyaan mantan sahabatnya itu membuat Sooyoung sontak kembali menatap Jong In yang mengalihkan pandangannya. Ia pun kembali menatap Seulgi yang terlihat kembali mengusap lembut perutnya.

"Aku harus segera pergi. Aku cukup sibuk hari ini."

Ucapnya dan berlalu meninggalkan keduanya yang kini saling bertukar pandang.

"Bagaimana kabarmu?"

Tanya Jong In berdehem pelan sementara Seulgi membalasnya dengan senyum tipis.

"Aku rasa kita tak sedang dalam hubungan yang bisa saling bertukar kabar. Jaga dirimu."

Ucap gadis itu sebelum berbalik meninggalkan Jong In yang hanya bisa terdiam di tempat.

-

"Jadi hubungan kalian telah berakhir?"

Tanya Sooyoung setelah keheningan menyelimuti mereka saat berada di mobil. Jong In memberanikan diri menatap Sooyoung melalui kaca depan mobil.

"Setelah mengkhianatiku seperti itu, pada akhirnya kalian berpisah? Sungguh konyol."

"Sesuatu telah terjadi dan kami memutuskan untuk berpisah."

Ujar pria itu pada akhirnya membuat Sooyoung kembali menoleh.

"Apa..yang terjadi?"

"Saya pikir anda cukup tertarik dengan kehidupan saya, nyonya?"

"Kau pikir aku melakukannya karena tertarik? Aku hanya ingin menertawakanmu. Itu saja."

Sahut Sooyoung dan lebih memilih fokus pada kondisi jalanan. Membuat suasana kembali hening.

-

Begitu tiba di kediaman, langkah Sooyoung terhenti begitu menyadari keberadaan Sehun yang duduk termenung di taman yang tak jauh darinya. Pria itu menatap kosong pada hamparan bunga krisan dihadapannya.

"Nyonya.. anda sudah datang?"

Saat Sooyoung hendak mendekat, sebuah suara membuat langkahnya terhenti. Gadis itu menoleh dan mendapati sang sekertaris yang berjalan mendekat dan membungkuk memberi hormat. Sooyoung pun membalas sapaannya dengan senyuman sebelum kembali memperhatikan sang suami. Pandangan wanita itu mengikuti arah pandangan Sooyoung dan membuatnya tersenyum simpul.

"Apa ia begitu menyukai bunga krisan?"

"Tidak. Beliau tak tertarik dengan segala jenis tumbuhan."

"Lalu siapa yang menyukai bunga krisan? Hampir seluruh bagian di beberapa taman memiliki bunga krisan yang tumbuh."

"Mendiang nyonya Sejeong.. sangat menyukai bunga krisan."

Mendengar jawaban Soojung, Sooyoung hanya mengangguk mengerti.

"Mengapa anda tidak menghampirinya?"

"Hm?"

"Bukankah kalian sudah semakin dekat?"

"Kami?"

Tanya Sooyoung menatap bingung pada Soojung sebelum akhirnya kembali menatap Sehun.

"Kami hanya berusaha membiasakan diri dengan kehadiran masing-masing. Itu saja."

Sahutnya dan dianguki mengerti oleh sang sekertaris. Cukup lama mereka memperhatikan Sehun hingga Sooyoung kembali bersuara.

"Apa..kakinya tidak bisa disembuhkan? Apa ia akan selamanya menggunakan alat bantu?"

"Sebenarnya sangat besar kemungkinan beliau untuk sembuh dan bisa berjalan seperti sedia kala dengan melakukan terapi tulang dan otot. Tapi tuan besar tak melakukannya."

"Mengapa ia tak menjalani terapi?"

"Karena rasa bersalah dan tanggung jawab yang begitu besar."

"Hm?"

"Kecelakaan yang menewaskan nyonya Sejeong dan bayi yang ada dalam kandungannya terjadi karena mobil yang dikendarai tuan."

Soojung menjeda sejenak kalimatnya. Tatapan wanita itu berubah menjadi sendu, seolah ia turut larut dalam kesedihan yang dirasakan oleh Sehun.

"Beliau tak melakukan terapi karena ingin menghukum dirinya sendiri. Karena kecerobohanku, istri dan anakku harus meregang nyawa. Aku tak berhak untuk hidup dengan normal setelah apa yang terjadi dengan mereka. Begitulah yang ada dalam benak tuan hingga membuat beliau menolak pengobatan apapun. Ketua Kim bahkan mendatangkan dokter ahli dari Amerika. Namun tuan menolaknya."

Ujar Soojung kembali melanjutkan ceritanya. Mendengar penuturan sang sekertaris membuat Sooyoung kembali memandang Sehun. Tatapan sendu yang tergambar dari sepasang surai kecoklatan gadis itu.

"Rupanya pria dingin itu pernah menjadi pria hangat yang menyayangi keluarganya."

"Anda benar."

Sahut Soojung menyetujui ucapan gadis itu.

"Ia..pasti sangat menyayangi mereka."

Sooyoung tersenyum dan menarik nafas panjang. Dengan sedikit berlari, gadis itu menghampiri Sehun dan menepuk pelan pundak pria itu membuatnya tersadar dari lamunannya. Sementara itu Soojung memperhatikan keduanya dengan senyuman penuh makna.

~~~

Limitless [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang