19

1.4K 232 22
                                    

"Kau sudah tidur?"

Terdengar helaan nafas pelan milik Sehun sebelum pria itu menjawab.

"Kenapa?"

"Tidak. Lupakan."

"Ada apa?"

"Istrimu.."

Sooyoung menggantung sejenak kalimatnya, sementara Sehun berbalik begitu mendengar ucapan gadis itu. Dilihatnya Sooyoung terduduk sembari menyandarkan tubuhnya pada bahu ranjang.

"Ia orang yang seperti apa?"

"Mengapa kau menanyakannya?"

"Aku tak pernah melihat fotonya dan mendengar cerita apapun tentangnya darimu. Yang kudengar dari cerita Soojung, kau sangat mempedulikannya."

Sehun mengalihkan pandangan menatap langit-langit kamarnya. Tatapannya berkelana entah kemana. Kembali mengingat momen-momen kebersamaannya dengan mendiang sang istri.

"Sejeong adalah wanita yang lembut dan perhatian. Kehadirannya membawa warna baru di rumah kami yang begitu membosankan. Ia ceria dan selalu membawa kebahagiaan bagi siapapun yang berada di sekitarnya."

"Begitu."

Sooyoung tersenyum tipis mendengar cerita Sehun. Hanya dengan mendengar kalimat singkat pria itu, ia dapat menyimpulkan betapa Sehun masih sangat mencintai mendiang istrinya. Gadis itu pun bangkit membuat Sehun kembali menatapnya.

"Kau mau kemana?"

"Aku tak bisa tidur. Aku ingin mencari udara segar. Kau tidur saja."

Ujar gadis itu dan berlalu, mengabaikan panggilan Sehun.

Dan disinilah Sooyoung berada. Di pinggir taman yang hanya mendapat minim pencahayaan karena beberapa lampu penerangan memang sengaja dipadamkan karena jam telah menunjukkan pukul 12 tengah malam.

"Ini sudah malam. Apa yang kau lakukan sendiri disini?"

"Mengapa kau menyusulku?"

"Aku juga tak bisa tidur."

Sahut Sehun sembari menyodorkan seimut tebal yang ia bawa.

"Setidaknya pakailah selimut."

"Bagaimana denganmu?"

"Aku tak kedinginan."

Melihat sikap manis pria itu membuat Sooyoung tak mampu menyembunyikan senyumnya.

"Bagaimana jika kita duduk disana?"

"Apa?"

"Kakiku pegal jika berdiri terus."

Ucap Sooyoung seraya mendorong kursi roda Sehun. Setibanya di bangku yang terletak di pinggir taman, Sooyoung membantu pria itu untuk duduk kemudian menyelimuti tubuh keduanya dengan selimut yang Sehun berikan.

 Setibanya di bangku yang terletak di pinggir taman, Sooyoung membantu pria itu untuk duduk kemudian menyelimuti tubuh keduanya dengan selimut yang Sehun berikan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Cr : Pinterest)

"Mengapa kau tak bisa tidur?"

"Kau sendiri mengapa tak tidur?"

Tanya balik Sooyoung kembali menatap Sehun membuat pria itu menghela nafas pelan.

"Aku selalu begini. Aku akan tidur lebih awal dan terbangun tengah malam dan setelahnya tak akan tertidur hingga pagi."

"Jadi apakah aku tadi mengganggu tidurmu?"

"Bisa dibilang begitu."

"Maaf. Aku tak bermaksud."

Ucap gadis itu tampak menyesal.

"Bagaimana acara tadi?"

"Hm?"

"Sepertinya kau sudah akrab dengan kak Joohyun."

"Kak Joohyun orang yang baik. Kami berbicara banyak hal tadi."

"Benarkah?"

"Em. Dia juga berjanji akan mengajariku memasak. Kami bahkan membuat janji untuk pergi berbelanja nanti."

Dan seperti itulah mereka mengakhiri hari yang melelahkan. Dengan Sehun mendengarkan segala cerita yang Sooyoung alami hari ini. Tak menyadari jika sesekali pria itu turut tertawa mendengar cerita lucu yang Sooyoung lontarkan.

-

"Apakah kau pernah memaafkan kesalahan seseorang?"

Tanya pria itu setibanya mereka di kamar. Sooyoung yang hendak merebahkan diri pun mengurungkan niatnya. Menatap Sehun yang terduduk membelakanginya.

"Tidak pernah."

Mendengar jawaban gadis itu membuat Sehun berbalik menatapnya. Sooyoung kembali tersenyum.

"Karena aku tak pernah berpikir jika aku harus mendapatkan permohonan maaf."

"Mengapa begitu?"

"Tersakiti? Itu hal yang lumrah terjadi. Dikhianati? Itu hal yang wajar. Menurutku dari pada menunggu seseorang untuk meminta maaf, mengapa kita tidak belajar untuk menjadi bahagia terlebih dahulu?"

Mendengar jawaban Sooyoung membuat pria itu memutar tubuhnya hingga kini menghadap sang istri.

"Percayalah, orang bisa mudah memaafkan lebih dari yang kau bayangkan. Tetapi mereka lebih susah mengucapkan kata maaf."

"Park Sooyoung.."

"Hm?"

"Kau yakin usiamu baru 23 tahun?"

"Apa?"

"Mengapa aku merasa kau lebih dewasa dari pada aku?"

"Benarkah? Aku dewasa? Wah ini pertama kalinya aku mendengar pujian seperti ini. Sungguh suatu kehormatan."

Sahut gadis itu membuat Sehun turut tersenyum.

"Satu hal yang pasti."

"Apa?"

"Aku tak pernah memaafkan seseorang yang tak meminta maaf padaku. Itu juga berlaku padamu."

Ucap gadis itu seraya tertawa membuat Sehun turut tertawa bersamanya.

"Wah tampannya.."

"Hm?"

"Suamiku menjadi sangat tampan ketika ia tertawa."

Ujar Sooyoung spontan yang tak lama setelahnya membuat ia menyesali ucapannya begitu melihat senyum di bibir Sehun perlahan memudar.

"I..ini sudah malam. Sebaiknya kau tidur."

Ucap gadis itu seraya merebahkan diri dan terburu-buru menyelimuti tubuhnya.

"Malam apanya? Ini sudah jam lima pagi. Mengapa kau mau tidur sepagi ini? Kau tak ingat jika ada jadwal jam delapan nanti?"

Sehun menarik selimut yang menutupi wajah gadis itu namun Sooyoung kembali menariknya.

"Se..setidaknya beri aku waktu satu jam untuk tidur. Salahmu yang membuat kita mengobrol sepanjang malam di taman. Aku kan jadi tidak punya banyak waktu untuk tidur."

Gerutu gadis itu dibalik selimut. Mendengar ocehan Sooyoung membuat Sehun kembali tersenyum karenanya.

~~~

Limitless [END]Where stories live. Discover now