35

1.5K 219 35
                                    

Sooyoung memperhatikan kesepuluh jarinya sejak tadi. Melipatnya satu per satu kemudian ia buka kembali. Melakukannya berulang kali dengan kening yang berkerut. Membuat Sehun yang tengah menikmati makan malamnya menatap gadis itu sesekali.

"Apa yang kau lakukan?"

Tanya pria itu pada akhirnya sembari meneguk habis segelas kopi miliknya.

"Hm? Ah tidak ada. Kau sudah selesai makan?"

"Hm."

Gadis itu bangkit dan berjalan menuju wastafel dengan membawa piring dan gelas kotor bekas mereka pakai.

"Ada pelayan yang akan mencucinya."

"Ini sudah malam. Sudah saatnya bagi mereka untuk beristirahat. Tidak apa, lagipula cuciannya tidak banyak."

Sahut Sooyoung yang kini mulai menghidupkan keran air.

"Kau belum memberitahuku."

"Soal?"

"Alasan kau marah sebulan yang lalu."

Pergerakan tangan gadis itu terhenti begitu mendengar kalimat yang terlontar dari bibir Sehun.

"Apa kau tak mau memberitahuku?"

"Mengapa kau begitu ingin mengetahuinya?"

Sooyoung kini berbalik dan tersenyum menatap wajah sang suami. Gadis itu berjalan mendekat, sedikit berjongkok dan menyamakan posisi wajahnya dengan Sehun.

"Jika kau tak ingin mengatakannya-"

"Sebenarnya aku cemburu."

"Hm?"

"Saat itu, kau memintaku untuk mengambilkan bulpoin. Tapi aku salah membuka laci."

"La..lu?"

"Aku tak sengaja melihat fotonya. Dia sangat cantik."

Lanjut gadis itu kembali tersenyum dan tertunduk. Beda halnya dengan raut wajah Sehun yang kini berubah canggung.

"Maafkan aku. Bukan maksudku untuk melihat-lihat barangmu tanpa izin. Dan maafkan aku karena merasa kurang nyaman begitu melihat foto itu."

"Sooyoung.."

"Aku tau tak sepantasnya bagiku untuk cemburu dengannya. Dia tak akan pernah bisa tergantikan dengan apapun. Karena itu..karena itu.."

Diam. Gadis itu tak mampu lagi melanjutkan kalimatnya. Terlalu sakit baginya hingga ia tak sanggup lagi berucap. Sebuah tepukan lembut mendarat di puncak kepala gadis itu membuat Sooyoung kembali mendongak. Dilihatnya Sehun tengah tersenyum dan menatapnya teduh.

"Mengapa kau harus minta maaf? Dasar bodoh."

Ucap pria itu dengan nada dingin namun mampu menghangatkan kembali hati Sooyoung. Gadis itu pun turut tersenyum dan terkekeh pelan.

Tanpa aba-aba, Sehun meraih tangannya membuat Sooyoung terbelalak.

"Tidak usah cuci piring. Ayo kita tidur. Aku sudah mengantuk."

"Em."

Sahutnya mengangguk pelan dan mulai bangkit. Mendorong kursi roda sang suami menuju kamar mereka.

"Bolehkah aku memelukmu?"

Tanya Sehun saat keduanya telah berada diatas ranjang dan bersiap untuk tidur.

"Mimpi itu tak pernah datang saat kau memelukku."

"Tentu."

Sahut Sooyoung yang kini tersenyum sembari merentangkan kedua tangannya. Bersiap menerima pelukan sang suami. Dengan senyum yang merekah, pria itu pun mempersempit jarak diantara mereka dan melingkarkan lengannya di bahu mungil istrinya.

"Apa kau tidak enak badan?"

"Hm? Kenapa?"

"Badanmu sedikit panas."

Ucap pria itu sembari membelai lembut rambut Sooyoung. Gadis itu pun menggeleng pelan dan menenggelamkan wajahnya ke dada bidang sang suami.

"Mungkin hanya sedikit kelelahan. Jadwalku cukup penuh selama tiga hari ini."

"Aku akan mengosongkan jadwalmu besok. Beristirahatlah dan minum vitamin."

"Em."

Sahut gadis itu yang kini mulai memejamkan mata.

-

"Dimana Sehun?"

"Beliau ada rapat mendadak di Mokpo dan telah berangkat pukul lima dini hari."

"Ah selalu saja tak membangunkanku."

Gumam gadis itu yang kini terduduk di meja makan.

"Saya akan menyiapkan sarapan untuk anda."

"Tidak usah bibi Kim. Tolong potongkan saja apel dan buatkan susu putih."

"Baik nyonya."

Sahut wanita paruh baya itu dan bergegas melakulan yang Sooyoung minta.

"Nyonya, apakah anda baik-baik saja?"

Tanya Soojung khawatir begitu melihat Sooyoung yang memegangi perutnya dan meringis kesakitan.

"Sejak kemarin perutku tak nyaman. Badanku juga rasanya meriang."

"Wajah anda tampak pucat."

"Tolong hubungi dokter Choi dan minta ia datang ke rumah."

"Baik nyonya."

Sahut Soojung sembari memencet layar ponselnya.

"Terima kasih bi."

Ucap Sooyoung begitu pelayannya itu datang membawa beberapa potong buah apel dan segelas susu. Namun baru satu kali tegukan, gadis itu meletakkan kembali gelasnya dan sedikit berlari menuju wastafel. Berusaha memuntahkan isi perutnya yang hanya mengeluarkan cairan bening.

"Nyonya, anda baik-baik saja?"

Tanya wanita itu sembari memberi tepukan-tepukan ringan pada pundak atasannya itu.

"Jika boleh saya bertanya, kapan terakhir kali periode menstruasi anda?"

"Bulan ini aku belum mendapatkannya. Ah benar, ini sudah lebih dua minggu. Kenapa?"

Tanya Sooyoung menoleh pada Soojung yang kembali terdiam. Wanita itu terlihat ragu-ragu.

"Dari pada memanggil dokter Choi, mengapa anda tidak mencobanya terlebih dahulu?"

"Apa?"

"Testpack."

Sepasang mata gadis itu membulat begitu mendengar ucapan Soojung. Wanita itu berjalan mendahului Sooyoung. Memasuki kamarnya dan kembali setelah beberapa saat. Memberikan sebuah benda kecil berbentuk memanjang.

"Setelah anda mencobanya, barulah kita bisa memastikan apakah akan memanggil dokter Choi, atau dokter Bae."

Ujar wanita itu berusaha meyakinkan.

-

Sooyoung menatap lekat sebuah cairan dalam sebuah wadah dihadapannya. Baru beberapa detik lalu ia mencelupkan benda memanjang tersebut ke dalam cairan itu. Sesekali ia menghela nafas kasar dan menggigit bibir bawahnya. Begitu gelisah dan khawatir dengan hasil yang akan ia dapatkan.

Setelah menunggu cukup lama, Sooyoung memberanikan diri meraih benda tersebut dan mulai melihat hasilnya yang kembali membuatnya menghela nafas gusar.

Setelah menunggu cukup lama, Sooyoung memberanikan diri meraih benda tersebut dan mulai melihat hasilnya yang kembali membuatnya menghela nafas gusar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

~~~

Limitless [END]Where stories live. Discover now