Part 16|| Antropologi💫

2.6K 548 35
                                    


"Diamku bukanlah ketidakpedulian."

Einstein

"Bagaimana perubahan Shanz?"

Alexa hanya menggelengkan kepala nya, "masih sama, Om."

Xeno memijat pelipisnya sambil mengerutkan kening nya. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi mendidik putri satu-satunya. Meskipun sudah di sekolahkan di sekolah terbaik, ternyata Shanz belum juga ada perubahan. Xeno yakin, peraturan di EHS sudah cukup tegas pada murid nya. Termasuk pada Shanz.

"Om, perubahan Shanz sebaiknya tidak perlu di paksakan. Jika bukan karena keinginan sendiri, sepertinya dia akan terus menentang. Mungkin hanya butuh waktu saja," ucap Alexa.

"Butuh waktu seberapa lama lagi Lexa? Tidak mungkin bukan? jika warisan E'Corp di pimpin oleh orang bodoh. Tapi Om yakin, sebenarnya Shanz itu tidak bodoh. Dia hanya malas," ucap Xeno.

"Semenjak kejadian itu ia menjadi malas belajar. Menjadi cerdas bukanlah keinginannya lagi, Shanz sudah trauma ketika di paksa untuk mengikuti olimpiade Nasional di sekolahnya saat SMP. Sebenarnya ia bisa saja mengerjakan itu, tapi jika bukan atas dasar keinginannya pemaksaan bukanlah hal yang baik."

"Nah dari situ juga harusnya Om Xeno udah paham. Kalau Shanz gak suka di paksa-paksa, biarkan saja seinginya Om. Menurut Lexa sih gitu," sergah Alexa dengan cepat.

"Kamu benar, sebaiknya dia tidak usah di paksa. Sebenarnya Om kecewa dia masuk kelas Pluto. Selain itu, dia juga mendapatkan nilai terburuk dari sepuluh ribu pendaftar dari berbagai penjuru dunia. Padahal Mr Ziland adalah rekan baik Om tap-"

"Gak-pa-pa Om, Shanz sudah termasuk siswi beruntung karena di terima di EHS. Sekitar sembilan ribu murid lainya terpaksa harus di pulangkan karena tidak diterima. Apa Om tahu? Nilai Examen Shanz memang dibawah rata-rata, tapi dia bisa diterima karena skor tes IQ nya cukup besar."

"Benarkah? Bagaimana kau tahu?"

"Para Einstein memang sering membantu pendataan siswa setiap tahun. Jadi Lexa tahu," jawab Alexa.


Xeno tersenyum lega, Shanz mempunyai sedikit peluang untuk sekolah di EHS sampai lulus. Setidaknya ia masih bertahan, meskipun harus di kelas Pluto.

***

Lagi-lagi, mading utama Einstein High School di kerumuni oleh murid dari berbagai kelas. Uranus dan Neptunus di antaranya adalah kelas paling heboh ketika membaca berita tersebut. Tim Jurnalistik EHS sudah kembali menerbitkan berita terbaru pagi-pagi sekali.

"Oh tidak. Dia lagi."

"Seleb sekolah dengan berita negative nya kali ini."

"Btw, apa yang dia perbuat hingga Leo mengundurkan diri menjadi ketua kelas?"

"Katanya sih dia memaki Leo dengan kata-kata tidak pantas."

"Yang benar saja? Aku tidak percaya jika putri Eliosia begitu."

"Percaya aja sih, gak selamanya orang yang kita pandang baik ternyata bisa berbuat kayak gitu."

Shanz menerobos ratusan murid di hadapannya, tak peduli murid itu mengaduh karena bahu nya tertubruk atau memakinya karena sepatu mahal nya terinjak. Ia tetap berjalan dengan wajah datar tanpa sedikitpun mengalihkan pandanganya. Masa bodoh. Siapapun yang saat ini tengah memperhatikannya, ia tidak peduli.

Einstein Student (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang