1. Si Kembar

3.9K 168 3
                                    

Malam begitu dingin, seorang gadis duduk di dekat jendela, mendengarkan suara lantunan biola yang dimainkan pelayannya.

"Nona, tuan datang."

"Masuk."

Semua pelayan yang berada di tempat itu segera keluar, datanglah seorang lelaki menghampiri gadis itu.

"Ariella, kamu belum tidur, kenapa?" Tanya pria itu, si gadis yang bernama Ariella hanya terdiam menunduk mendengarkan kata-kata pria yang lebih tua darinya tersebut.

"Sudahlah, sekarang tidurlah, aku temani." Sekejap, wajah murung Ariella langsung berubah menjadi senang, ia segera berlari ke ranjang ukuran king size-nya.

"Selamat malam, Aidan."

"Selamat malam, Ariella."

.

.

.

.

Matahari masuk ke celah-celah jendela besar yang berada di kamar Ariella, membangunkan gadis kecil itu, matanya terbuka perlahan, berat.

Ariella menatap ke sekitar, hanya ada dirinya, dan kamar yang serba putih miliknya. Ia tertegun sejenak, mencoba untuk sadar sepenuhnya dari kantuknya.

Dengan sangat perlahan, ia berjalan ke sebuah cermin di samping meja rias, yang tidak jauh dari tempatnya berada. Ia menatap dirinya sendiri, rambutnya acak-acakan, wajah imut yang menatap kosong, dan baju tidur yang pastinya berantakan.

Dengan cepat, ia segera ke kamar mandi yang berada di dalam kamar itu juga, Ariella segera membasuh tubuh mungilnya.

Selang beberapa lama, Ariella sudah siap dengan baju yang tertata rapi, rambut yang sudah tersisir sendiri, dan sebuah mata, yang masih menampakkan sebuah kekosongan. Namun itu tidak terlalu terlihat karena bajunya yang membuatnya seperti gadis muda yang sangat ceria.

Di sisi lain, rambut blonde itu tampak menari di kepala seorang pria yang juga masih muda, muka yang juga menampakkan kekosongan menatap beberapa bunga di taman belakang Mansion yang ditinggalinya.

Ia lalu menatap langit biru, dan tetap menatap langit itu, ia lalu menatap sendu, dengan sebuah gumaman, "mama."

"Aidan?" Seseorang memecah kesunyian di taman bunga itu, pria yang ternyata Aidan hanya menatap ke arah suara itu berasal.

"Kenapa kau kemari, Abshari?" Aidan kembali fokus pada kerjaan awalnya, menyiram tanaman.

"Aku mengunjugi teman, memang tidak boleh?" Abshari menatap Aidan dan tersenyum kecil, lalu merangkulnya.

Aidan hanya terdiam sambil terus menyirami bunga, dan Abshari bermain dengan menghalangi air yang ditujukan untuk bunga-bunga itu.

"Kau kenapa kesini? Hubungan kami dengan mu tidak sedekat itu bukan?" Tiba-tiba, Ariella datang dari belakang, dari arah Mansion lebih tepatnya.

"Haha..., Begini, aku diminta untuk menyuruh kalian--"

"Iya kami akan datang, sekarang pergi." Ariella segera menjawab, dan dengan kesal, Abshari pergi dengan muka cemberut.

"Aku meminta pelayan membuat kue ringan, kalau mau, bawalah itu sebagai oleh-oleh karena datang kemari." Aidan membuka mulut, Abshari mengangguk cepat dan pergi memasuki Mansion yang diberi nama Andra tersebut.

Mansion itu dulunya milik keluarga mereka yang diberikan secara turun-temurun, dan pernah terbakar, dan sekarang berdiri kokoh. Karena sejarah panjangnya, Mansion itu diberi nama Andra, yang artinya kuat.

"Hah... Ayo masuk, aku lapar, belum sarapan." Ariella.

"Ya, ayo sarapan." Aidan.

Mereka berdua berjalan perlahan ke arah Mansion dan masuk ke ruang makan. Jam di menara Mansion itu menunjukkan sudah pukul 10 pagi. Aidan segera berdiri dari tempatnya yang sedang membaca buku.

"Ariella, sudah saatnya pergi rapat dewan."

"Oke..."

.
.
.
.

Jangan lupa baca karya lain dari author ya.

Vote dan komen

Author - 2020

TwinsOnde histórias criam vida. Descubra agora