18. Setelah Kecelakaan

281 31 4
                                    

Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun telah berlalu, namun perasaan sedih dan terluka itu tidak bisa di hilangkan, semakin hari malah semakin sedih, semakin sakit dan lebih menyakitkan, membuat lubang kian semakin membesar di hati.

Kini, Aidan adalah Duke yang sudah terkenal, tidak ada seorang pun di kerajaan yang tidak mengenalnya, banyak yang mengidolakannya. Namun tidak ada yang tahu, dulu ada seorang gadis yang selalu berjalan di sisi nya dan membuatnya tersenyum dan tertawa, yang kini terkulai di kamarnya(Aidan).

Kini, Aidan sudah berusia 17 tahun, ia sangat tinggi bagi anak-anak yang seusia dirinya, jelas saja, ia sudah 183 cm. Selain karena tingginya, ia pun dikenal karena ketampanannya, kesopanannya, kepintarannya, dan betapa kuatnya ia seolah dialah manusia paling sempurna yang diciptakan tuhan.

Aidan sedang menghadiri rapat di kerajaan hingga jam 10.00 pagi di temani Andrew yang masih setia melayani tuannya.

Selesai mengadakan rapat dengan lancar, Aidan segera bergegas kembali ke Mansion dimana adiknya dan Andreana berada.

Andreana memang disuruh menjaga Mansion karena sebelah mata kirinya tidak bisa melihat lagi, tak jauh berbeda dengan Andreana, mata kanan Aidan pun di tutup dengan penutup mata ber lukis lambang Duke berwarna hitam, meski pun di tutup, namun masih bisa melihat, hanya saja ada sebuah luka yang di tutupinya.

Bagaimana dengan Ariella? Ia sudah sangat cantik dan semakin manis, perban yang dulunya melilit tubuhnya sudah tidak terlihat, ia kembali menjadi manusia tanpa kecacatan sedikitpun di tubuhnya.

Jadi, hanya luka di mata Aidan dan sebelah mata Andreana saja yang mengingatkan mereka mengenai kejadian itu.

Bagaimana dengan bangsawan bernama Sage dan Daisy? Mereka masih bisa tersenyum dan tertawa, namun balas dendam dari Aidan akan segera mendatangi suami-istri itu.

Ia pernah berjanji dengan Ariella kala Ariella masih terlelap, ia berjanji, bangsawan itu akan menerima bayaran berkali-lipat dari yang Ariella dan Aidan alami, yaitu kematian.

Tapi kenapa selama 4 tahun ini Aidan belum melakukan pembalasan apapun?

Itu karena ia sedang membuat rencana, ia akan mengembangkan nama nya dulu hingga semua akan berpikir,

"Bagaimana mungkin, Aidan melakukan pembunuhan? Tidak akan pernah, ia orang yang sangat baik dan mudah memaafkan!"

Oh, Aidan adalah kebalikannya, ia akan membunuh siapapun yang membuat Ariella semakin dalam bahaya, jadi katakan saja, jika orang melukai mereka, maka mereka akan membalas dengan kematian, namun jika tidak melukai mereka, mereka akan memberikan bantuan dan senyuman.

Aidan kini adalah pria yang tidak seperti dulu, polos. Kini, ia menutup diri, kecuali ada sesuatu yang bisa membuat namanya semakin terkenal dan berdampak positif.

[Ngerti ga? Jadi kalau tidak ada dampak positif bagi nya, maka ia akan diam menutup diri, dan itu berkebalikan jika ada kegiatan yang berdampak positif bagi nama dan kehidupannya]

Aidan memasuki kamarnya, tempat dimana adiknya terlelap, tirai ia buka, membiarkan sinar mentari memasuki kamar yang gelap itu, sementara Ariella tidak terusik dan tetap enggan membuka mata.

"Ariella, Ariella. Sebentar lagi, aku akan membalas apa yang mereka lakukan pada mu, pada Andreana, pada Andrew dan padaku, kamu tunggu saja, ya?"

Aidan mengelus surai pirang itu dan membiarkan adiknya beristirahat dengan tenang.

Aidan mengambil kue keju dan menatap ke luar melalui dinding jendela besar yang berada di kamarnya, jika ia melihat ke bawah, ada sungai kecil yang tenang mengalir di belakang Mansion itu.

Selesai dengan kue keju nya, ia meminum teh nya sambil membaca buku, sesekali menatap ke langit yang biru.

"Baguslah, tidak hujan."

Entah kenapa, langit tampak tersenyum pada Aidan, seolah menghiburnya dari kesakitan yang dialami nya 4 tahun lalu.

Namun, seolah hiburan dari langit tidak dilihatnya, ia hanya tersenyum kecut dan kembali membaca buku nya, yang kemudian ia menuliskan beberapa kalimat dalam buku itu kemudian menutupnya dan membuka buku lainnya, juga melakukan hal yang sama, membacanya, kemudian menuliskan beberapa kalimat dan menutupnya, lalu menaruh buku itu di samping buku yang sebelumnya, yang bertuliskan,

"Kehidupan Aidan."

Dan satu buku lagi yang baru ia simpan bertuliskan,

"Kehidupan Ariella."

Kemudian menyimpannya di laci dalam meja yang berada di depannya itu, dan menindih dua buku sebelumnya lagi.

"Kehidupan Arden." Dan satu buku lagi yang pasti sudah di ketahui judulnya,

"Kehidupan Aretha."

Di dalam semua buku itu, terdapat kisah-kisah dari pemilik nama yang berada di judul buku itu, mulai dari kelahirannya hingga kematiannya. Bagai sebuah buku cerita yang benar-benar terjadi di kehidupan ini.

Aidan menutup laci itu dan pulpen (sebenernya bulu ama tinta gitu, tapi kubilang pulpen saja) yang dipakai nya ia simpan di dekat jendela itu, Aidan merasakan sepoi angin dan menutup mata.

Ia melihat dirinya waktu masih bayi, berada dalam pelukan ayahnya dan adik nya yang berada dalam pelukan sang ibu, serta Andrew dan Andreana yang tersenyum pada nya.

Lalu berganti ketika ia masih kanak-kanak, masih dalam posisi yang sama, mereka melihat ke arah Aidan dengan sebuah senyuman manis.

kemudian ia dan adiknya terlihat berpegangan tangan di depan makam orang tua nya sendiri sambil menangis, dengan Andrew dan Andreana yang dengan sigap menundukkan wajah mereka yang menangis, sambil memegang payung karena saat itu hujan.

Lalu kemudian ia melihat ia yang berdiri di samping kasurnya sendiri menangis menghadap Ariella yang terlelap, dimana Andrew dan Andreana menunduk ikut menangis.

Sekilas, itu lah kehidupan yang dialami oleh Aidan, yang kini sedang terduduk merasakan sepoi angin.

"Tuan, Ratu datang ingin menemui anda."

Andreana menunduk hormat, sejenak, Aidan membuka mata nya dan mengangguk, lalu berdiri dan menatap ke arah cangkir dan teko teh yang sudah habis.

"Simpan kebelakang, lalu siapkan teh untuk Ratu."

"Baik tuan, Ratu menunggu anda di ruang tamu."

Aidan kembali mengangguk dan pergi ke ruang tamu, melihat tangga yang menuju ke lantai dasar, Aidan menghela napas pelan, lalu menuruni anak tangga satu demi satu dan menuju ke ruang tamu.

Pintu terbuka, memperlihatkan Andreana yang sudah menyiapkan teh untuk Ratu dan Ratu yang duduk meminum teh nya.

Aidan duduk di hadapan Ratu, lalu menatapnya dalam diam sambil kembali meminum teh yang berbeda rasa dari yang sebelumnya ia minum.

"Kenapa Ratu datang?" Aidan menaruh teh nya dan menatap Ratu, menunggu jawabannya.

"Aku datang bukan sebagai Ratu, tapi sebagai bibi Adelina mu, Aidan." Ratu tersenyum, Aidan tampak tidak terkejut sama sekali, karena Ratu memang menjadi sering datang ke Mansion sejak kecelakaan itu.

"Aidan, kapan kau akan memulai rencana itu? Rencana merubuhkan Sage dan istrinya?"

"Bibi tenang saja, aku akan memberi tahu bibi jika sudah saatnya."

"Aidan, ingatlah ini, pada dasarnya, keluarga kita adalah seorang pembunuh yang ulung, jangan tinggalkan jejak apapun dan lakukan dengan lembut, ya?"

"Aku akan selalu mengingatnya, Bibi."

.
.
.
.

... Ga tau mau note apaan.

Author - 2020

TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang