Aku Alvianita Maya sering disapa Maya, pekerjaanku jadi pelayan kafe di puncak ini,hidupku hanya berdua bersama ibuku,karna ayahku sudah meninggal sejak aku kecil.Hidupku hampir hancur karna kekasihku ingin menjualku ke tempat lebih gelap dan rumit,untung ada pria tampan menolongku,dia sangat manis saat menatap wajahnya bersinar tanpa ada noda dan jerawat di wajahnya yang sangat putih seperti orang Arab.
Aku menyukai pria itu, langsung aku peluk sangat nyaman tapi dia berusaha melepaskan pelukannya padahal aku gak ingin ngelepasnya begitu saja.
Senyumanku langsung pudar saat dia mengatakan di samping itu istrinya,aku pikir dia adek atau sepupunya,tapi aku wanita pantang menyerah untuk merebut pria itu dari istrinya,kalau menolak bisa menjadikan aku istri kedua.
Hari ini aku ingin mengunjungi pria itu ke tempat tinggalnya,mumpung masih ada disini sebelum dia pergi dari puncak.
"Maya kamu mau kemana sudah rapih gitu? Itu lagi bawa rantang segala buat siapa?" Tanya ibuku menatapku curiga.
"Hmm,ini buat tamu di villa sebelah Bu." Jawabku sambil memalingkan muka.
"Jangan bohong Maya,untuk siapa. mana mungkin kamu kenal orang sini.atau jangan-jangan kamu ingin merebut seseorang dari orang lain?" Tanyanya membuatku tercekat dan diam.
"Ibu..apa aku salah ingin mengucapkan terima kasih pada pria yang sudah menolongku,Maya cuma ingin berterima kasih padanya Bu,makanya Maya ingin bawa makanan ini untuk beliau!" Aku menjelaskan pada ibuku agar tidak curiga dan menyatakan satu kebohongan.
"Apa dia sudah beristri,jangan mencoba mendekati pria sudah beristri ibu tidak suka kamu ingin mendekati pria sudah berkeluarga!" Peringat ibu padaku.
"Enggak Bu,dia masih single," jawabku bohong.
"Maya pergi dulu ya Bu, Assalamualaikum?" Ucapku mencium punggung tangan ibuku.
"Waalaikumsalam." Aku mendengar ibu menjawab salamku.
***
Sekarang aku sudah sampai di tempat laki-laki itu,melihat pria itu sepertinya sopir rumah ini pikirku.
"Permisi pak?" Tanyaku pada pria itu.
"Eh,iya Bu ada bisa saya bantu?"
"Alinya ada,pak..." tanyaku
"Tuan sama nyo..." Maya langsung masuk tanpa mendengar penjelasan pria itu,pak Juna sangat kesal karna wanita itu langsung masuk tanpa mengucapkan salam.
"Ada ya,manusia gak punya adab." Gumam pak Juna mengelengkan kepala merasa aneh pada penampilan wanita tadi.
Di Dalam rumah
Ali menatap istrinya bingung karna mencegah Maya untuk pergi,tapi ia diam biar Prilly yang bicara karena tidak ingin ada pertengkaran.
"Kenapa mbak?" Tanya Maya tersenyum manis.
"Lain kali kalau datang kesini,berpakaian sopanlah karna pakaian anda bisa mengundang sy*hw*t laki-laki!" Tegur Prilly ramah.
"Maksud mbak apa,pakaian saya sudah simpel dari mananya kurang bahan,atau mbak pernah berpakaian minim?" Prilly terdiam,niat menegur malah baik tanya membuatnya skakmat.
"Wah jadi bener mbak pernah berpakaian layaknya j*l*ng, jadi untuk apa mbak menasehatiku kalau mbak juga pernah berpakaian kurang bahan!" Maya menyindir Prilly karna keterdiaman wanita itu juga pernah punya salah,Maya bisa lihat dari matanya berkaca-kaca dan kadang menunduk menahan tangis.
"Dasar cengeng." Batin Maya sinis.
"Cukup jangan pernah merendahkan istri saya,saya tidak suka menilai orang hanya dari penampilan istriku,silakan kamu pergi,saya ingin sarapan pagi bersama istri saya!" Sahut Ali tegas dan memalingkan muka ke arah lain tanpa menatap lawan bicaranya.
"Baik saya akan pergi, tapi boleh kah minta satu hal,izinkan saya jadi istri kedua, Mas Ali?"
Degh
Hati Prilly merasa nyeri dengan ucapan Maya begitu menyakitkan,wanita itu sudah pergi setelah mengucapkan hal itu,Prilly Langsung beranjak dari meja makan sambil menahan tangis,Ali yang mendengar suara kursi bergeser panik karna Prilly berlari ke arah kamar dan menguncinya dari dalam.
Tok..tok..tok..
"Sayang buka pintunya,jangan kaya gini tolong jangan dengerin omongan Maya,aku mohon buka pintunya, sayang!" Ali berusaha mengetuk pintu belum ada tanda pintu terbuka.
"Pril..buka pintunya sampai kapan pun aku gak akan menikah lagi,cukup satu istri buatku bahagia bersama kamu,please.buka pintunya kita harus bicara!"
"Tuan ada apa?" Tanya pak Juna tiba-tiba muncul karna mendengar suara teriakan dan gedoran pintu dari dalam.
"Enggak apa-apa,pak Juna ini hanya salah paham,karna perempuan tadi minta hal konyol untuk menjadi istri keduaku padahal saya gak ada niat menikah lagi,satu aja belum saya didik dengan benar!" Jelas Ali gelisah.
"Astagfirullah,yang sabar ya tuan,mungkin nyonya masih labil belum berpikiran dewasa?" Saran pak Juna merasa kasian pada tuannya.
"Lebih baik tuan sarapan pagi sendiri dulu,baru membujuk nyonya lagi!" Sarannya diangguki oleh Ali.
"Terima kasih pak."
"Iya tuan."
Ali kembali ke meja makan dan memakan sarapan miliknya yang tertunda,setelah selesai makan ia kembali ke arah kamar dengan membawa nampan sarapan untuk istrinya.
"Sayang buka pintunya..."
Clek
Pintu terbuka,wajah sembab dan rambut acak-acakan karna melempar semua yang melekat di tubuhnya dengan kesal,mengabaikan ketokan pintu sekarang ia buka melihat Ali sedang membawa nampan.
Ali menyusul Prilly masuk kedalam kamar sangat berantakan semua hancur meja rias dan koper mereka juga di banting ke ujung arah,Ali hanya istighfar dalam hati karna tidak ingin membuat Prilly semakin sedih.
"Sekarang sarapan pagi dulu ya,tadi kamu gak jadi makan,A'a aku suapin!" Titah Ali menyodorkan sendok ke arah mulut istrinya.
"Gue gak mau makan,sana keluar biarin gue mati aja,gak usah sok peduli sana..bela si Maya itu buat jadiin istri kedua loe, dan lepasin gue!" Prilly berteriak keras saat bicara tanpa menahan emosi.
"AstagfirullahAldzim,sayang dengerin aku. Semuanya gak kaya gitu aku sayang dan peduli sama kamu, karna kamu istriku." Balas Ali lembut sambil mengusap kedua pipi lembab istrinya.
Hiks...hiks...hiks...
"Sudah ya,jangan nangis lagi sekarang makan sarapannya setelah itu kita jalan-jalan lagi ya!" Ucap Ali merapihkan rambut Prilly dan langsung mengambil nampan kembali sambil menyuapi Prilly makan yang masih terdengar sesenggukan.
Ali selesai menyuapi istrinya dan membersihkan kamar itu bersama karna ulah dirinya ikut andil membersihkan kamar kembali.
"Kamu kenapa berlari tadi, seharusnya jangan lari kaya gitu lagi ya, bisa di bicarakan baik-baik kan!" Ucap Ali setelah selesai membersihkan kamar kedua kalinya.
"Aku bukan pencemburu, tapi milik Aku ya milik Aku. Aku tidak mau berbagai, apalagi terbagi." Jawab Prilly lirih dan memalingkan muka ke arah lain.
"Aku tau kamu marah dan kesal,usahakan untuk mengendalikan emosimu,jangan terpancing sama omongan orang lain,percayalah Allah maha melindungi dan melihat apa yang kita dengar dan lihat belum tentu dia merusak keluarga kita!" Jelas Ali Tersenyum,Prilly menundukan kepalanya lagi-lagi merasa bersalah dan tidak bisa mengeluarkan kata karna takut bicara kasar lagi.
"Maaf?" Lirihnya.
