Hari Pertama Janjian

818 116 32
                                    

"Viny, kamu udah beresin semua barang-barang kamu kan?" Tanya Mama Viny ketika Viny sedang menuruni tangga.

"Gak sempet. Aku mau pergi." Balas Viny cuek dan hendak melewati Mamanya begitu saja. Namun sebelum itu, sang Mama berhasil menahan tangan Viny, "Vin, kamu beneran gak mau nurut sama Mama?"

Dengan rasa malasnya, Viny memutar tubuhnya menghadap ke arah Mamanya, "Maa, aku ada urusan yang lebih penting. Lagian aku gak mau pindah. Mama tau itu."

"Kalo kamu mau tetep kuliah di sini, kamu harus tinggal di rumah Tante Vera. Karna papa kamu udah jual rumah ini."

Sontak Viny terkejut mendengar itu, "Apa?? Jual?? Kenapa harus dijual sih Maah?? Aku udah suka sama rumah ini dan aku udah nyaman di sinii. Kenapa sihh??"

"Papa kamu yang minta. Mama cuma bisa nurutin kemauan papa."

"Hhhh.. kalo gitu aku bakal tinggal di kost biar gak ngerepotin orang lain."

"Viny! Kamu bisa gak sih nurut sama Mama?! Mama bakal kena marah papa kamu kalo kamu ngebantah terus, ngerti?!" Emosi Mama Viny memuncak.

Sebenarnya dia juga tidak tega menyuruh Viny tinggal dengan orang lain, dia ingin Viny ikut dengannya ke Singapore. Namun benar saja, Viny sangat kekeh untuk tetap tinggal di Jakarta.

"Mama udah cerita semuanya ke tante Vera tenang hal ini. Dan dia nyuruh kamu buat tinggal di sana sampe kamu lulus kuliah nanti. Setelah itu kamu bisa nyusul ke Singapore. Mama yakin, dia gak akan keberatan ada kamu. Karena dia juga kangen sama kamu, Vin. Kamu gak mau kan Mama dimarahin sama Papa?" Lanjutnya dengan nada beratnya.

Papa Viny termasuk orang yang lumayan keras. Apapun yang dia perintahkan semua harus menuruti kemauannya. Dia kurang mengerti perasaan anak-anaknya.

Itu alasan Viny tidak mau tinggal dengan Papanya di Singapore. Dia memilih tinggal bersama Neneknya di Jakarta. Namun 3 tahun yang lalu, nenek kesayangannya telah meninggal, dan hal itu membuat Viny sangat terpukul bahkan butuh waktu lama untuk dia bisa ikhlas.

"Mama mohon, Vin. Mama yang bakal beresin barang-barang kamu ya?" Ujar Mama Viny terus memohon dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Hal itu membuat Viny menghela nafasnya kasar, "Oke terserah Mama. Viny pergi dulu."

Akhirnya dengan berat hati, Viny harus menuruti permintaan sang Mama. Kemudian dia berjalan keluar rumah.

•••

"Kak Viny mana deh? Masa dia ngerjain aku?" Gumamnya sembari melihat kesana kemari mencari keberadaan Viny.

"Shani, maaf ya aku tadi ada urusan bentar. Udah lama banget ya?" Akhirnya Viny pun datang dengan nafas yang agak terengah-engah karena berlari dari parkiran.

Dia merasa sangat tidak enak pada Shani karena menunggunya terlalu lama. Apalagi dia yang mengajaknya ke cafe ini.

Shani tersenyum lega, "Gapapa kok, Kak. Baru bentar di sini."

"Yaudah pesen dulu yuk. Kamu mau apa?"

"Aku Waffle Ice Cream sama Machiato Latte aja deh."

"Kamu suka kopi juga ya ternyata? Pas aku liat di kantin juga pesennya kopi."

"Hehe dikit doang kok. Gak terlalu. Kak Viny suka banget sama kopi?"

"Iya aku suka banget sama kamu." Shani membelalakan matanya, "Ah, ituu, maksudnya kopi."

Shani langsung tersipu malu sambil tertawa. Darah buaya Viny mulai muncul.

"Eh, Shan. Kamu bawa kamera?" Tanyanya dengan cepat mengalihkan pembicaraan akrena dia terlanjur malu.

Takeuchi Senpai (VINSHAN)Where stories live. Discover now