ada yang berbeda

1.7K 109 1
                                    

Happy Reading!!!!

Hanya suara denting sendok yang mengisi kesunyian dapur sore ini.

"Mata kamu kenapa?" tanya Bumi saat melihat mata Raina membengkak.

"Baca novel" jawab Raina singkat padahal jantungnya serasa ingin copot.

"Bener?" tanya Bumi dengan mata memicing.

Raina hanya mengangguk sebagai tanggapan. Setelah itu keheningan kembali menyelimuti keduanya.

"Biar saya aja" cegah Bumi sambil memegang lengan Raina yang akan beranjak untuk membereskan bekas makan keduanya.

Raina hanya mengangguk sebagai jawaban, setelah itu ia beranjak menaiki tangga dengan menyangga punggungnya yang terasa pegal. Usia kehamilan yang semakin tua membuatnya merasa cepat lelah saat melakukan banyak hal.

Sementar itu, Bumi yang melihat Raina berjalan dengan sangat pelan hanya menghela napas pasrah.

****
Membaca novel yang genrenya saat ia sukai adalah cara membahagiakan diri paling sederhana. Dengan posisi menyandar pada kasur dan kaki yang diluruskan menambah moodnya sedikit demi sedikit membaik.

Suara pintu terbuka mengalihkan pandangannya. Suaminya tersenyum manis kearahnya.

Bumi beranjak keatas kasur dan membaringkan tubuhnya dengan kepalanya yang ada dipangkuan Raina. Ia mengamati wajah istrinya dari bawah. Cantik. Ia tak menyangka seseorang yang dulu ia kenal sebagai teman sekelas kekasihnya kini menjadi istrinya. Ia melirik jam weker yang ada diatas nakas, pukul 11 malam.

"Gak ngantuk?" tanya Bumi sambil mengelus sesekali menciumi perut Raina.

Raina hanya menggeleng, setelah itu memusatkan kembali perhatiannya pada novel yang ada digenggamannya.

"Pengen sesuatu?" tanya Bumi yang kini sudah menempelkan wajahnya pada perut Raina.

Raina mengalihkan tatapannya kedepan hingga kemudian menggeleng. Setelah itu ia menutup novelnya dan menyimpannya diatas nakas.

"Cape?" tanya Bumi yang kini mengambil tangan Raina untuk ia genggam. Tatapan keduanya bertemu.

"Mau gimana lagi? Ini udah resikonya" jawab Raina.

"Aku perhatiin kamu sering ngerendem kaki akhir-akhir ini, kenapa?" tanyanya untuk mencairkan suasana dengan membuka obrolan.

"Pegel" jawab Raina sambil menyisir rambut Bumi dengan jari-jarinya, namun tatapannya tetap lurus kedepan.

"Gara-gara ini?" tanya Bumi sambil menunjuk perut Raina.

"Semakin sini kan bayinya semakin berkembang, badan Rain yang terbilang kecil ini bakal ngerasa sering cape karena bawa beban yang lebih dari biasanya" ujar Raina menjelaskan.

"Mau sewa ART?" tanya Bumi sambil terus memainkan jari-jari Raina yang menurutnya sangat lucu.

"Nanti aja kalau bener-bener kerepotan" jawab Raina.

"Cincin kamu kemana?" tanya Bumi saat melihat jari manis Raina yang kosong.

"Ada, Rain simpen soalnya udah gak muat" ujar Raina.

"Sejak kapan?" tanya Bumi. Jujur saja walaupun ia sering memainkan jari-jari Raina tapi ia tidak pernah menyadari hal itu.

"4 bulan" jawab Raina.

"Yasudah, besok kita beli yang baru" ucap Bumi. Namun Raina menggeleng membuat Bumi menautkan alisnya.

"Rain gak suka pake emas, walaupun sering beli tapi cuma buat koleksi aja. Sama kalau kakak ada acara Rain pake. Masa istrinya direktur polos banget" jawab Raina yang membuat senyum Bumi terbit.

"Rain ngantuk" ujar Raina sambil mendorong pelan kepala Bumi yang ada diatas pangkuannya.

Bumi menyingkir dan Raina kini mulai berbaring kearah Bumi.

"Selamat malam" ucap Raina sambil menutup matanya. Setelah itu deru napas teratur mulai terdengar.

"Selamat malam juga sayang" jawab Bumi sambil mencium kening lalu beralih pada perut Raina. Setelah itu ia membawa istrinya kedalam dekapannya.

Jangan lupa tinggalkan jejak👣👣👣

RAINA (PROSES TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang