28. Cerita Tentang Masa Itu

4.9K 898 11
                                    

Hujan lebat tak kunjung berhenti sejak malam kemarin, membuat rumah yang memang sudah cukup tua itu tak sanggup untuk menampung guyuran hujan. Beberapa tempat di rumah itu mengalami kebocoran sehingga membuat seisi rumah kerepotan mencari wadah untuk menampung air yang bocor.

"Bu, bawa saja catring untuk pesanan besok ke rumah ibu, takutnya bagian dapur bocornya semakin parah." ucap seorang wanita yang terlihat berjalan kepayahan dengan perut besarnya.

"Gimana bawanya, hujan besar kayak gini." ucap si wanita paruh baya yang Daisy beri tanggung jawab pada catring setelah ibu Mariam meninggal.

"Kalau gitu jangan dulu di bungkus tidak apa-apa kan bu? tutup saja dulu, takutnya kalau di bungkus di dus makanan, dusnya basah kena air." ucap wanita hamil itu lagi.

"Ya udah gak apa-apa, kita bungkus nanti dini hari saja, mudah-mudahan hujannya sudah reda dan bocornya berhenti. Istirahatlah Daisy, ibu takut kenapa-kenapa lihat perut besarmu, lantainya licin." ucap wanita itu terlihat ngeri melihat wanita muda dengan perut besarnya yang lebih besar dari orang hamil kebanyakan karena dia mengandung bayi kembar.

"Kami pulang dulu kalau begitu, nanti dini hari kita ke sini lagi buat bungkus catringnya." ucap 3 orang ibu-ibu lain yang bekerja di catring itu juga.

"Menginap saja bu, di luar hujan deras." ucap Daisy.

"Ah tidak, nanti saja kesini lagi, kasihan anak-anak di rumah." jawab para ibu itu. Ke empatnya memutuskan untuk pulang meski di luar hujan deras,dengan payung masing-masing.

Daisy mengunci pintu dan menyerahkannya salah satu kunci cadangan pada bu Tari, penanggung jawab usaha katringnya, sekaligus ibu dari Kinara yang merupakan tetangganya, agar jika nanti dini hari para pekerja datang, tidak perlu ribet membangunkannya untuk membuka pintu.

"Hati-hati di rumah, jagain si Abhi juga. Kalau si Kinara gak sakit di rumah, ibu juga bakalan nginep di sini nemenin kamu sama si Abhi." ucap bu Tari.

"Tidak apa-apa bu, rumah kitakan deket, kalau ada apa-apa, Daisy bisa berteriak minta tolong ke ibu." ucap Daisy dengan senyum ramahnya.

"Ya udah kalau gitu, ibu pamit yah, hati-hati di rumah." ucap bu Tari sebelum pergi meninggalkan rumah dengan payung merahnya.

Bu Tari adalah satu dari sedikit orang yang tahu tentang cerita hidup Daisy dan kedua adiknya, Termasuk cerita Daisy yang diusir dari keluarga suaminya saat sedang hamil. Bu Tari juga yang membantu Daisy menjaga Abhi yang tempramennya belum terkontrol pasca kelumpuhan yang dialaminya. Ibu Tari cukup dekat dengan bu Maryam dulu, karena itulah dengan baik hatinya bu Tari mau membantu menjaga Abhi. Sebenarnya sudah ada orang lain juga yang ditugaskan mengurus Abhi dari keluarga Mawarman selama Daisy masih menjadi menantu dari keluarga itu. Tapi sekarang, keluarga Mawarman membuangnya, otomatis pengurus Abhi juga sudah tidak ada.

Daisy mengerti betapa hancurnya hati Abhi, meski lebih dari setahun berlalu, Abhi belum bisa menerima keadaannya. Usianya masihlah 19 tahun sekarang, wajar jika sulit menerima kenyataan jika dia sekarang tidak sempurna. Usia itu adalah usia paling produktif di kehidupan, usia melangkah menuju dunia dewasa. Masa yang harusnya saat aktif-aktifnya justru harus mati karena kelumpuhan yang dialaminya. Di tambah lagi dengan keadaannya sekarang, pastilah membuat beban pikiran Abhi bertambah.

Daisy mengelus perut besarnya, hari perkiraan lahirnya hanya tinggal menunggu waktu. Dia bahagia, tentu saja, dia bahagia menunggun kelahiran anak kembarnya, meskipun hidupnya tidak baik-baik saja. Dia masih merasa bahagia akan menjadi seorang ibu padahal dia tidak tahu akan seperti apa hidupnya setelah anak-anaknya lahir. Biaya mungkin bukanlah masalah yang terlalu besar untuknya, penghasilan dari catring cukup mencukupi hidupnya dengan anak-anaknya kelak. Juga uang yang dia kumpulkan sebagai uang belanja dari pria itu setiap harinya juga cukup banyak. Tapi, Daisy masih belum pasti apa yang akan dia lakukan terhadap hidupnya kedepannya.

Daisy, Undeniable DestinyWhere stories live. Discover now