48. Bisakah Kita Melangkah Bersama?

4.5K 992 55
                                    

Daisy dan kedua adiknya mencari kedua anaknya ke sekeliling, mereka juga bertanya pada orang yang mungkin melihat kemana arah perginya dua anak itu. Mereka hanya mengalihkan perhatian mereka beberapa menit saja dan anak-anak sudah hilang entah kenapa. Daisy panik, ibu dari kedua anak itu mulai menyalahkan dirinya sendiri karena tidak becus mengawasi kedua anaknya.

Daisy menghubungi Darren untuk menanyakan anak-anak, barang kali ayah dari anak-anaknya itulah yang membawa anak-anak. Tapi, Darren masih dalam perjalan menuju rumah Andra dan belum bertemu dengan anak-anak. Memberitahukan Darren tentang hilangnya anak-anak membuat pria itu juga tak kalah panik. Pria itu berjanji akan segera tiba di taman tempat mereka berada dan membantu mencari anak-anak. Andra harus menenangkan Darren dan meminta pria itu untuk tenang menyetir hingga taman di kompleks rumahnya. Kepanikan Darren bisa terdengar dari suara pria itu, dan menyetir ketika panik hanya akan mendatangkan masalah lain.

"Anak-anak itu, ah tadi dia mengikuti langkah seorang pria dan wanita muda. Mereka pergi ke café sebrang." Ucap seorang wanita paruh baya yang membuka kedai minuman di luar taman.

Daisy bernapas lega mendengar info dari wanita paruh baya itu. Dia bergegas menuju café sebrang sendirian tanpa Andra dan Abhi yang mencari ke arah lain. Daisy memasuki café itu dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling café yang lumayan ramai itu. Daisy tidak mungkin menarik perhatian dengan berteriak-teriak memanggil nama kedua anaknya. Daisy sedikit frustasi karena keramian café membuat dia sulit untuk menemukan putra putrinya.

"Ada yang bisa di bantu bu?" tanya seorang pelayan mendekati Daisy. Mungkin pelayan itu heran karena Daisy hanya lenggak lenggok seperti sedang mencari seseorang.

"Apa ada tamu yang datang membawa dua anak kecil masuk beberapa menit lalu?" tanya Daisy pada pelayan perempuan itu.

Pelayan itu terlihat bingung mendengar pertanyaan dari Daisy, dia bertukar pandang dengan rekannya. Rekan wanita itu menggedikan bahunya tidak tahu.

"Tadi, ibu yang menjual minuman di sebrang sana mengatakan jika anak-anak saya masuk ke sini bersama sepasang orang dewasa. Bisa beritahu dimana mereka?" pinta Daisy.

"Ah, sepasang anak kembar yang menggunakan baju biru?" tanya seorang pelayan pria yang mendengar ucapan Daisy.

"Iya, mereka anak-anak saya, dimana mereka?" tanya Daisy lega.

"Mereka ada di ruang privat di lantai dua. Saya baru selesai menyerahkan pesanan dari meja mereka. 2 potong brownies coklat dengan susu hangat juga kentang goreng. Mereka hanya bersama satu pria dewasa di dalam." Ucap pelayan pria itu.

"Terima kasih." ucap Daisy pada pelayan itu setelah si pelayan menunjukan arah meja yang di tempati anak-anak dan pria dewasa yang entah siapa.

Daisy berjalan cepat menuju ruang privat yang di tunjukan si pelayan dan langsung membuka pintu yang terbuat dari kaca itu. Daisy bernapas lega ketika mendapati kedua anaknya berada di ruangan itu. Tubuh Daisy tiba-tiba melemas, mungkin karena dia terlalu memaksakan diri berlari kesana kemari di tengah rasa panik. Daisy kehilangan energinya sehingga tubuhnya melemah dan tidak bisa menopang dirinya sendiri.

"Mama..." teriak keduanya tanpa rasa bersalah dan berlari menuju ibunya yang terduduk di lantai.

Daisy memeluk kedua anaknya dan menciumi keduanya. Dia lega bisa melihat kedua anaknya sekaligus kesal karena anak-anaknya membuatnya sangat khawatir.

"Kenapa pergi tanpa izin mama? kan sudah mama bilang jangan pergi dengan orang asing, apalagi pergi tanpa izin dari mama." Ucap Daisy pada kedua anaknya yang sepertinya tidak terlalu peduli dengan ucapan ibunya. Anak-anak itu kembali duduk di kursi mereka dan menikmati kue brownies coklat dalam potongan besar yang tersaji di atas meja. Daisy tidak membayangkan akan seaktif apa anaknya sebelum mereka mengantuk nanti karena banyaknya kandungan gula yang mereka konsumsi.

Daisy, Undeniable DestinyWhere stories live. Discover now