ini pertama

58.2K 4.6K 187
                                    

Nah, sekarang enaknya mulai dari mana?

Hm. Biasanya sih dari perkenalan.

Baik. Namanya Nirisha Moora. Cakep pakai banget. Rambutnya tebal, hitam pekat, panjang, dan kelihatannya sih halus. Beda banget rasanya, sama rambut di kepalaku yang setiap disisir pasti bakal rontok, belum dengan mengembangnya itu loh yang bikin aku jadi kayak singa. Makanya selalu aku kuncir. Huh, mana sekali rontok bisa sampai segenggam. Kata Bu Dewinta sih, karena aku sering gonta-ganti sampo (aku mah tipe seadanya sampo di kamar mandi aja). Sebodo amat deh.

Oke, balik.

Rambut Nirisha ini tipe-tipe rambut yang bakal dicasting sama produk-produk sampo. Ugh. Sumpah rambut Nirisha itu yang paling aku iriin (badai banget bok!), well, selain muka dan bentuk badannya. Muka Nirisha itu manis sekali, pokoknya engga bosen deh kalau dilihat. Bu Dewinta pernah bilang kalau orang cantik, kecantikannya engga akan bertahan lama ketika usianya menginjak tua (dimakan keripun di sana sini). Sedangkan orang yang manis, kemanisan wajahnya itu akan awet. (Padahal itu kayaknya karangannya doang untuk menyombongkan kalau Bu Dewinta punya wajah yang manis). Tetapi, ketika menatap wajah Nirisha kayaknya memang manisnya dia engga akan pernah luntur. Makanya aku meragukan kelaki-lakiannya si Bhadra Parasara yang sibuk sama dunianya itu, dibandingkan lihat cewek secakep Nirisha yang sibuk berceloteh di sekitarnya. Lihat saja sekarang.

"Para, kemarin kok engga balas Whatsapp-ku? Kata Buwan, kamu seharian main PS. Masa balas pesanku doang engga bisa."

Biar kujabarkan opera sabun episode ke tiga lima ini. Aku sedang di kantin. Di meja favorit, mejanya Bu Karti, lagi makan sepiring ketoprak. Posisiku itu tiga meja dari mereka. Oh ya, by the way, setahuku Buwan itu adiknya Para. Selain itu, perlu dicatat, aku bisa nikmatin opera gratis begini, hanya jika ada di kantin, karena pemeran utama kita itu, sibuk, mulai fokus karena mereka kelas 12 dan kayaknya sih juga ikut-ikutan olimpiade gitu (tahu deh, engga ngurus juga aku).

"Para, nanti aku main ke rumah ya? Aku kangen Tante Gita deh." Para melirik pada Nirisha yang duduk di depannya lalu berujar. "Main aja."

"Asiiik. Nanti aku mau masak-masak sama Tante Gita. Aku mau bikin chicken katsu. Kamu suka kan? Harus cobain masakanku ya."

Oke.

Joan yang ada di sebelah menyenggol lenganku sambil berbisik. "Gue curiga, Para tuh punya sindrom kelainan seksual. Walaupun lenjeh, Nirisha cakep banget woi."

Kali ini, aku setuju. Bukan lebai, sih. Tapi, Nirisha memang secakep itu. Mantannya kalau dideret aja lebih kali dari jerawat yang ada di mukaku (ini aku denger dari katanya-katanya), dan katanya lagi, semenjak ketemu Bhadra Parasara, Nirisha jadi ngebet gitu. Tahu deh yang dilihat apa.

Lihat sana cewek itu, bodinya sangat proporsional dengan kedua kaki yang jenjang. Sedangkan aku tampak bogel begini. Huh.

Nah. Kalau kamu penasaran. Bhadra Parasara itu sejujurnya tampan. Tapi ya buat apa? Kalau bukan cowokku haha. Jangankan jadi cowokku, tahu keberadaanku aja kayaknya engga. Aku suka wajahnya, kayak waw kok bisa ada manusia sesempurna itu. Makan apa Ibu dan Bapaknya itu. Yeah. It is so hard to not catching feeling with random handsome boy 'kan? Paham kan? Kayak setiap aku buka tiktok, dan mendapati cowok ganteng berseliweran (aku pasti akan wah wah wah).

Ya begitu lah ketika aku melihat Bhadra Parasara. Hanya dapat dipandang dan dikagumi. Kalau mengira-ngira sih tingginya mungkin 175 senti meter? Atau 180? Entahlah. Dulu, aku pernah berpapasan dengannya, dan aku hanya sedadanya. Maklum tinggi badanku 150 senti. Selain itu, kulitnya sawo matang! Seksi. Aku tahu haha. Mirip orang-orang latin. Orang-orang terutama fansnya sih bakal bilang gini, "Itu tuh eksotis."

Oke, balik.

Selain itu, yang patut diirikan dari Bhadra Parasara (selain otaknya yang amazing tingkat dewa itu) adalah bulu matanya! Aku engga pernah lihat dalam jarak dekat sih sepanjang dan selentik apa bulu matanya, buuuut everyone keep saying that he has beautiful eyes lashes.

Terusnya, Bhadra Parasara punya mata yang tajam. Ini aku juga cuma katanya-katanya (karena sekali lagi, aku engga pernah dalam jarak pandang dekat untuk menatap langsung matanya, kan aku cuma pemain belakang, teman)! Well, sepaket sama bibirnya yang penuh itu. Paling engga, begitu deskripsi Bhadra Parasara. Aku tahu it seem unbelieveable, engga manusiawi. Tapi mungkin saja, dia ada turunan dari mana gitu? Makanya dia secakep itu. Namun, dibandingkan Nirisha Moora, Bhadra Parasara tuh cuma seujung kuku (girl support girl ceritanya). Tapi, herannya justru Nirisha yang kelonjotan pengen banget jadi pacarnya.

"Para, kamu udah liat tiktok ini belum? Ayo bikin. Asik kali ya, kalau kita bikin video tukeran baju gini hihi," ujar Nirisha sambil menunjukkan sesuatu di ponselnya. Aku menoleh ke Para yang hanya melirik sekian detik sebelum fokus lagi pada piringnya.

"Nirisha kenapa engga sama Yesha aja sih. Daripada sama Para, dicukein gitu. Ya engga sih nyet?" Tanya Joan sambil menyenggol lenganku.

Oke. Kamu pasti bingung, siapa lagi si Yesha ini. Jadi, usut punya usut, Yesha Alsyakara itu cowok yang naksir sama Nirisha. Tapi ya begitu bukan konsepnya? Orang yang suka kamu terlihat tidak menarik di matamu. Sedangkan orang yang cuek dan tidak menanggapmu menarik, justru menarikmu, membuatmu menempel seperti magnet. Yes, itu juga yang terjadi pada Nirisha. By the way, aku engga tahu banyak sih dari Yesha ini, karena dia bukan anak Tribuwana.

Kuperhatikan Para yang berdiri sambil menangkat piringnya, sebelum berjalan ke penjual untuk membayar dan mengembalikkan piring kotor. Dibelakangnya tentu, dibuntuti Nirisha. Setelahnya kedua tokoh utama itu melangkah menjauhi kantin. O ya, satu lagi yang perlu ditekankan. Bhadra Parasara bukan anggota atau bahkan ketua dari suatu geng tertentu. He just him. Lagian, kamu engga akan menemukaannya di SMA Tribuwana, karena engga ada geng begituan! Alamat diciduk Pak Hadi, kesiswaan SMA Tribuwana yang serem abis!!! (Aku harus pakai pentung tiga biar bisa menyakinkan kalau emang Pak Hadi itu serem banget).

Yah, meskipun ada sih yang namanya geng-gengan, tapi ya sekadar karena sekelas lah, atau seteman bermain, dan engga ada yang menonjol banget karena tukang bullyinglah, cakep-cakep, ataupun badung itu. Nah, Bhadra Parasara tuh juga begitu, engga masuk geng ini itu. Dia pernah kelihatan sama Idris (Ketua OSIS), atau sama Wildan (Ketua PKS), tapi lebih seringnya sih sama Tama temen seolimpiade geografinya. Alias Bhadra Parasara tuh humble yang mau temanan sama siapapun. Jadi, ya gitu, Para engga punya geng-gengan, dia terkenal juga karena: pertama, dia tampan (aspek utama penunjang ketenarannya itu, dan sudah engga diragukan, terbukti ada fans klubnya yang bernama fanspra: fansnya Para haha), kedua, dia pintar (juara olmpiade nasional buat geografi) aku setuju karena pernah liat pengumumannya, ketiga, dia mantan anggota PKS dan tinggi (aspek terpenting bagi para wanita katanya), dan keempat, dia kelas 12 alias kakak kelas (cukup jelas kan?) Jadi begitu, kalau kalian tanya bagaimana Bhadra Parasara bisa terkenal.

Lalu bagaimana dengan Nirisha Moora? Jelas, dia manis. Cewek cantik ataupun manis memang cukup banyak di SMA Tribuwana dari kelas 10-12, tapi untuk yang nomor satunya ya tentu Nirisha. Untuk ukuran orang Indonesia, seseorang yang memiliki darah campuran akan menjadikan dia beda dari yang lain, dalam artian bisa bikin cantik banget. Nah, si Nirisha pun begitu. Dia punya darah campuran, katanya sih India atau Pakistan gitu. Tahu deh. Sudah cukup kan, mendeskripsikan kenapa Nirisha bisa populer?

Kalau aku? Serius nanya begitu?

Nanti deh, di chapter selanjutnya, kamu bisa puas, melihat kehidupanku lebih jauh dengan sahabat konyol, atau Mas yang nyebelin pengen aku tendang ke antariksa.

gimana gimana? suka engga? kasih tau aku dong, sukanya kenapa, engga sukanya kenapa di komen (biar bisa diperbaiki hihi). 

P.S Jangan lupa vote dan komen ya luvs! Please jangan jadi silent reader.

to be young and in love [end]Where stories live. Discover now