Chapter 1: Little Monster

1.4K 115 5
                                    

Ketika kamu masih kecil, apakah kamu pernah berpikir akan melihat sesuatu yang di luar nalar, seperti sesuatu yang sangat menyeramkan yang bisa-bisa membuatmu ingin bersembunyi di bawah kolong kasur? Kamar kita saat kecil mungkin adalah tempat yang sangat mengerikan. Aku juga merasakan hal yang sama ketika berusia 6 tahun. Aku tidak akan menyalahkan ayahku karena telah menakutiku bahwa akan ada monster di bawah kasurku jika aku tidak bisa tidur di malam hari. Bukan pula salah nenekku karena telah menakutiku bahwa akan ada hantu perempuan penculik anak kecil apabila aku tidak segera masuk kedalam rumah menjelang petang. Kau tahu, semua ini sangat lucu, tetapi juga ironis, karena semuanya tidak bisa kita masukkan kedalam akal. Namun, apakah aku sudah percaya pada hal-hal seperti itu sekarang? Mungkin kamu akan tahu jawabannya setelah aku menceritakan hal yang sangat menarik.

14 tahun yang lalu orang tuaku seringkali menakutiku supaya aku bisa menjadi anak yang baik. Aku tahu mereka tidak sengaja melakukannya, bukan pula karena mereka ingin aku memiliki trauma mendalam dengan hantu atau hal semacamnya. Mereka bahkan tidak ada niat untuk membuatku percaya bahwa hal mistis ini ada, karena aku mengerti mereka memberitahukan semua itu agar aku diam, dan aku dapat mentoleransi tindakan mereka. Waktu kecil aku adalah gadis yang sangat nakal, aku tidak bisa berhenti berlari berkeliling-keliling rumah, aku juga tidak bisa berhenti berteriak sepanjang hari dan sepanjang malam, kecuali aku tidur. Aku tahu orang tuaku pasti sangat kelelahan untuk mengurusku, tetapi ini juga bukan salahku. Aku tidak ingin menjadi seperti itu, aku tidak tahu mengapa aku begitu. Waktu itu aku hanya bocah kecil berusia 11 tahun, setidaknya aku pernah berusaha untuk menjadi anak anteng seperti Jennie, tetapi aku tetap saja tidak bisa melakukannya.

Sekarang, kalau ingat Jennie, aku jadi ingat betul dengan hal-hal yang terjadi saat kami masih kecil. Dia seringkali memberitahuku bahwa ia bisa melihat hal-hal yang tidak dapat dilihat oleh orang lain. Namun, aku selalu mengira semua hal aneh itu adalah buatan orang tuaku dan Jennie untuk menakut-nakutiku.

---

"Eonnie, apa kamu tahu kalau sedang ada yang memperhatikan kita sekarang ?" Jennie tiba-tiba mengajukan pertanyaan aneh saat kami berdua bermain dengan riang di dalam kamarku.

"Jinja, Jennie? Kamu ingin menakutiku ya?" Aku sedikit berteriak menjawabnya.

"Aniyo, eonnie. Aku serius. Sekarang ada kakek tua yang melihat kita dari luar jendela itu" Jennie memberi informasi menyeramkan ini sambil menunjuk jendela kamarku.

"Mwo?" Sontak aku menoleh, tetapi tidak ada sesuatu yang bisa aku lihat di sana.

"Jangan khawatir, eonnie. Sekarang dia sudah pergi." Jennie dengan santainya kembali bermain.

"Kau jangan bercanda." Pintaku.

"Aish, aku tidak bercanda." Dia menjawab, lalu sedikit berpikir, "Hmm, kalau kamu tidak percaya, kau ingin aku membuktikannya? Apa kau tidak merasakan ada sesuatu yang aneh sekarang?"

"Aish... Andwe! Aku akan tidur saja kalau kau mencoba menakutiku seperti ini." Aku sangat frustrasi dengan Jennie. Aku tidak percaya padanya karena tidak ada apa-apa, aku rasa dia hanya ingin menakutiku saja.

"Changkaman, sekarang dia tampak seumuran, sangat cantik dan tersenyum pada kita. Sepertinya dia ingin bermain dengan kita." Jennie memberitahuku.

"Okay, okay, let her play with us. Kalau dia cantik sih aku tidak keberatan untuk melihatnya."  Kataku dengan agak sarkastik, aku sudah tidak peduli lagi hantu atau monster atau apapun itu yang menakutkan, aku tidak akan takut. Kali ini aku hanya ingin Jennie membuktikannya padaku kalau dia tidak berbohong dan yang ia bicarakan selama ini adalah nyata.

Mixed Reality [Chaesoo] (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang