[𝐒𝐄𝐆𝐄𝐑𝐀 𝐓𝐄𝐑𝐁𝐈𝐓]
Mageìa Forest atau hutan belantara lokasi pembangunan Mageìa High School empat tahun kemudian itu menyimpan segudang misteri, kian memunculkan berbagai macam ketakutan. Ada sebuah kutukan mengatas namakan cinta sejati di...
Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.
Ada begitu banyak hal-hal yang menuntut penjelasan di dunia ini. Hal-hal yang menjadi pertanyaan bahkan sampai kepada hal-hal yang tidak pernah dipertanyakan sekali pun. Hampir segala sesuatu merupakan teka-teki. Semua makhluk akan sibuk mencari jawaban. Apakah tentang masa depan, nasib, takdir, ataupun ... cinta.
Beberapa memilih kabur dan lari dari pertanyaan. Terlalu muak. Bermaksud mencari kepastian dan memupuk keberanian. Mereka kalah telak. Rasanya tidak berbeda dengan berlari menghabiskan seluruh tenaga, tapi hanya mendapatkan buntu di ujung jalan. Hampa. Akan kau temukan kehampaan jika yang kau lakukan hanyalah terus menjadi pengecut.
Itu termasuk soal cinta.
Beberapa orang terlalu berambisi, beberapa terlalu pengecut untuk menyuarakan hati.
Harusnya sejak awal bertanya pada diri sendiri. Apa harapanmu? Apa impianmu?
Apakah terus berdiam diri akan membantumu banyak?
Apa pentingnya dari sekadar merenungi inti kutipan?
"Aku mencintaimu lebih dari apa pun. Aku akan menjagamu, percayalah padaku."
Sepasang netra itu mengedip-ngedip lemah. Memegang kepalanya spontan, denyut nyeri menghantam tanpa ampun. Gadis itu mengerang pelan, entah apa yang baru saja terjadi, entah apa yang baru saja ia lalui. Gelap dan remang. Maniknya berpendar kelam, menelisik sekeliling yang menyuguhkan kekacauan. Apa yang baru saja terjadi?
Mendapat detak perasaan tidak enak, si gadis mendongak. Mendapati percikan remang cahaya bersinar ternyata berasal dari rembulan bulat sempurna. Purnama.
Tunggu, purnama?
Apa yang terjadi sampai seorang gadis baru saja terbangun dan berakhir di tempat terbuka di malam suntuk?
"Argh ...." Ia meringis lagi, memijit kepala dengan sebelah tangan. Kepalanya bagaikan terasa hampa, tak sanggup memberikan informasi apa pun.
"Malam ini purnama akan muncul, itulah mengapa kita sengaja berangkat hari ini. Kau ... percaya padaku, kan?"
Ia terkesiap, secercah memori mulai bermunculan. Ucapan yang barusan tereka ulang dalam benak, ia tahu siapa yang mengucapkan itu. Menoleh ke samping dengan cepat, si gadis baru mendapatkan kesadaran penuh untuk menyadari bahwa sejak tadi ia tengah bergandengan dengan seorang pemuda asing. Panik. Ia lantas berteriak. "AAAAA!!!"
"Aish! Ada apa tiba-tiba teriak di depan wajah orang?!" Pemuda itu terbangun dengan kejutan. Matanya yang masih mengantuk itu hanya bisa menatap sayu. Tak jauh berbeda, kepalanya juga sama terasa pusing. "Apa yang terjadi, uh? Kenapa ...." Omongannya terputus saat netra obsidiannya baru bisa terpaku pada sekeliling. Pemandangan hutan belantara yang lumayan menyeramkan. Lagi, mengapa bisa berakhir di sini?
"Harusnya aku yang bertanya? Apa yang terjadi sampai aku bisa berakhir di sini bersamamu, ha?!" Gadis yang bernama lengkap Choi Valda itu pun melepas tautan tangan mereka dengan kasar, ia kesal bukan main. Tegak dengan raut sebal, ia mengibaskan pakaian dan celana jeans-nya yang kotor akibat terbaring pada tanah di antara pepohonan tinggi di sana. "Jangan-jangan kau menculikku, ya?"