18. Cursed Love

211 79 76
                                    

Kaki Valda melemas, pertahanannya runtuh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kaki Valda melemas, pertahanannya runtuh. Terduduk pada tanah setelah merosot di sisi Yeonjun, gadis itu menangis tersedu-sedu, terisak begitu hebat. Tak cukup hanya menangisi nasib dan keadaan, ia juga mencerosos dalam tangis, nyaris serupa menggunakan bahasa alien karena tersamarkan tangisannya. "Ak-aku ... tidak mengerti! Kenapa kita kembali ke sini?! Aku hanya ingin keluar dari sini, menemukan pacarku dan pulang ke orang tuaku! Aku ingin kembali bersekolah! Aku ingin bermain dengan teman-temanku! Aku merindukan kamarku!"

Setiap spasi kosong antara batang pepohonan hutan seakan menjadi padu, memberi rongga kelam bagi pekikan Choi Valda menggema ke seluruh penjuru hutan. Malam kian larut dan bulan purnama makin terpampang cerah dengan lingkaran sempurna di atas mereka, tetapi tangis Valda tak kunjung mereda—setidaknya tidak dalam waktu dekat.

Yeonjun memandanginya, menghela napas sebelum ikut terduduk di samping si gadis, menatap iba. "Hei, Valda ...."

"Kenapa aku malah terjebak di sini, uh? Semua hal di sini lebih terasa seperti mimpi buruk! Bagaimana bisa aku melewati ini selama satu bulan penuh? Kapan ini akan berakhir? Apa kita tidak akan pernah bebas? Apa kita akan mati seperti ini? Oh, tolong! Aku tidak mau menghabiskan sisa hidup hanya memakan buah hutan! Aku masih mau blueberry cake buatan Eomma sebagai makanan terakhir yang aku santap! Oh, Jungkook Oppa! Eomma, Appa ...."

"Kita tidak akan mati seperti ini."

"Lalu, bagaimana lagi? Bagaimana kita keluar dari sini? Aku sudah lelah dan tidak mau berusaha lagi! Berusaha adalah sia-sia! Aku menyerah saja!"

"Baiklah, aku juga. Aku mau menyerah saja," sahut Yeonjun sendu, menatap pada semak belukar di depannya. Membuat tangis Valda kian pecah, semakin parah, semakin menjadi-jadi.

"EOMMA!!!"

Terkekeh kecil, tak butuh waktu sesekon bagi Yeonjun mengulurkan sebelah tangan untuk menarik kepala Valda dan mendekap wajah si gadis dalam dekapan dadanya. Mengusap puncak kepala itu perlahan, berusaha mengirimkan ketenangan. Lelaki itu tersenyum miring. "Sudahlah, takkan kubiarkan kita berdua berakhir begini."

"Apa yang akan kau lakukan?!" sergah Valda masih menangis di dada Yeonjun, penuh bentakan dan emosi.

Yeonjun malah tertawa mendengarnya. "Berusaha. Menyerah hanya untuk pecundang. Tapi, aku mau kau juga membantuku. Sama seperti sebelumnya, kita bisa jika kita mau bekerja sama." Lelaki itu mengulum senyum, satu tangannya turun untuk mengusap punggung bergetar Valda yang semakin tenang berkat pelukan hangat yang ia berikan. Gadis itu sendiri makin mengeratkan pelukan sembari memejam nyaman, kedua tangannya meremat pakaian Yeonjun ketakutan. Ah, pelukan selalu berhasil menenangkan Choi Valda. Apakah semua gadis memang menyukai dipeluk ketika menangis?

Valda sendiri secara tidak langsung dibuat merenung dalam benaknya. Bekerja sama, ya?

Jika melihat ke belakang, semua yang mereka lalui memang terlihat seperti kerja sama yang tidak terencana. Yeonjun memberikan jas sekolahnya, Valda yang memberikan pelukan ketika lelaki itu kedinginan. Mencari ranting bersama, menghindari hujan, bergandengan ketika dikejar hewan buas, bersembunyi—saling berjaga, saling melindungi.

AdolescentWhere stories live. Discover now