Bagian 33

346 48 4
                                    

.
.
.

"Haaaah, akhirnya gua bisa ngerjain ulangan dengan lancar Mel." Ucap Vania sambil memeluk Caramel dengan gemas.

Caramel tersenyum dan membalas pelukan sahabatnya itu, "semoga hasilnya memuaskan, dan lu bisa masuk SBMPTN." Ucap Caramel.

Vania menggoyang-goyangkan peluknya, "Aamiin deh, biar gua bisa satu kampus sama Rizal hehehe."

Caramel menjitak kepala temannya ini. "Iya deh yang udah punya pacar mah, maunya sama pacarnya Mulu." Caramel mengerucutkan bibirnya.

Vania melepas pelukannya, dan mengusap kepalanya. "Mangkanya suruh Jingga nembak lu dong, biar lu gak iri." Vania terkekeh sambil berjalan.

Caramel mendengus, "ngapain gua iri sama lu." Caramel melepas peluknya dan berjalan menyusuri koridor.

Di pekarangan koridor sekolah, Vania langsung berlari kecil menghampiri Rizal, dan langsung mengandeng tangan kekasihnya itu. Caramel yang melihat tingkah menjijikan sahabatnya itu hanya bisa memutar bola matanya.

"Kenapa, pengen juga?" Suara itu berasal dari Jingga yang sudah ada di samping Caramel, entah kapan dia datang.

"Pengen kaya mereka? Idih ogah." Caramel langsung berjalan meninggalkan Jingga yang terkekeh melihat tingkah Caramel.

🌼🌼🌼

Karena kesepakatan dari Caramel tadi Malam, mereka berempat memutuskan untuk makan di restoran favorit Vania, memang niat Caramel adalah membuat sahabatnya itu bahagia sebelum dirinya harus jauh dari sahabat satu-satunya itu.

Sesampainya di restoran, mereka memilih tempat dan langsung memesan makanan yang mereka mau, ya hari ini Caramel memang menraktir ke tiga temannya itu.

"Tumben banget Lu Mel, mau traktir kita. Lu jadian ya sama Jingga?" Tanya Vania sambil memainkan alisnya.

Caramel di sana hanya memutar bola matanya malas, "apaan sih gak jelas lu." Jawab Caramel yang langsung sibuk dengan makanan di depannya, sedangkan Rizal dan Vania sudah terkekeh melihat ekspresi Caramel, sedangkan Jingga yang berada di sampingnya hanya menggeleng kepalanya dan tersenyum kecil. Mereka tidak tahu seberapa sabarnya Jingga menerima penolakan dari Caramel, padahal dirinya tidak masalah jika memang mereka menjalani LDR, tapi sepertinya tidak untuk Caramel.

Caramel meletakan peralatan makannya, dan mendongak melihat Vania yang tersipu karena rayuan dari Rizal. Rasanya Caramel belum mampu memberitahu hal ini kepada Vania, Caramel hanya takut persahabatannya kembali retak seperti kemarin. Sudah cukup rasanya di jauhkan sahabat sendiri, Caramel tidak ingin mengalaminya lagi. Tapi bagaimana pun dia harus memberitahu hal ini, sebelum Vania tau dari orang lain.

"Van." Panggil Caramel.

Vania mengalihkan tatapannya ke Caramel, "Apaan?" Jawab Vania sambil menyedot minumannya.

Caramel menarik napasnya, dan sedikit tersentak melihat Jingga menggenggam tangannya, dan menatap mata Caramel dengan lembut, seolah memberikan kekuatan untuk menyampaikan hal tersebut.

"Gua mau ke Singapore."

"Hah?" Vania mengerutkan alisnya.

Secret Of Caramel Gadis 90°✓ {Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang