The Fudan : chapter 5

1.8K 275 60
                                    

Setelah pertemuan malam beberapa hari lalu. Aksel dan Mizan tidak pernah bertemu sapa lagi.

Meski satu sekolah, mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Contohnya Aksel, yang sibuk pake banget berkutat dengan buku di hadapannya. Untuk mengerjakan materi logatrima.

Laki-laki dingin itu berusaha sendirian. Bahkan sampai pusing. Untungnya Sephia mau bantu. Tenang aja, Sephia ikhlas bantu. Tuh anak maksa buat bantuin malah.

Aksel yang tadinya sok—usaha sendiri pun melebur. Tuh anak benaran menyerah.

"Nah, udah selese kan?" Sephia menatap kerjaannya dan Aksel di atas meja.

"Nah, udah selese kan?" Sephia menatap kerjaannya dan Aksel di atas meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sephia Shela Marcio

Laki-laki manis dengan sejuta senyuman. Punya sedikit sifat dingin. Fanboy garis keras, lebih tepatnya myday. Punya pasangan, namanya Chris.

Aksel tersenyum sekilas. "Udah kok, makasih Sep udah bantuin."

"Okei! Gue tinggal ke kantin dulu ya? Chris udah nungguin."

Aksel mengangguk. "Iya pergi aja."

Sephia tersenyum, laki-laki manis itu bergegas keluar kelasnya untuk menghampiri Chris yang sudah di depan pintu.

Aksel tau laki-laki berdarah campuran itu ada di sana. Cuma ya gitu, dia pura-pura tidak tau.

"Sel, nggak ke kantin?" tanya Alan yang baru saja bangun tidur.

Iya, si Alan tidak membantu Aksel. Malah laki-laki berparas bak tupai itu enak-enakan tidur di kursi.

"Pergi sendiri aja. Gue males." Laki-laki dingin itu membereskan buku-bukunya.

Ia beralih duduk di kursi. Memasang earphone di telinga. Sambil menikmati alunan nada indah yang masuk ke indera pendengarannya.

"Aduh, ini anak. Lagi-lagi kek gini. Bisa abis gue sama Dika kalo dia nggak makan." Alan menggerutu.

Laki-laki berparas bak tupai itu mencari cara, untuk menyeret sahabatnya itu ke kantin.

Namun naas, tidak ada ide yang terpikirkan. Selain menghubungi adiknya di kelas 10.

"Halo Dik, kakak lo nggak mau diajak ke kantin. Dia belom makan kan? Lo bawain aja ke kelas."

"....."

"Iya, gue tunggu. Eh gue nitip kaya biasa ya?"

"...."

"Oke, makasih sayang."

Alan buru-buru menutup ponselnya. Ia pun berjalan ke arah Aksel dan duduk di samping laki-laki itu.

"Sel, lo kenapa selalu gini sih?"

Laki-laki dingin itu menghela nafas. Ia melepas earphonenya dan menatap serius kearah Alan.

"Gue nggak suka diperhatiin banyak orang. Lo tau kan? Gue itu dijuluki pangeran es. Gue nggak mau punya fans banyak. Gue nggak mau kaya Mizan. Mangkanya gue sering ngurung di kelas, dan lo pasti tau kenapa sifat gue dingin."

[✓] The Fudan [knowjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang