The Fudan : chapter 7

1.4K 215 13
                                    

Insiden ciuman beberapa hari lalu membuat Mizan tidak bisa tidur selama 2 hari.

Laki-laki berparas bak patung itu masih saja teringat dengan raut wajah terkejut Liano dan juga rasa manis bibirnya.

"Akhhh-! Bisa gila gue lama-lama."

Mizan mengacak surainya frustasi. Mata laki-laki berparas bak patung sudah menghitam seperti panda. Membuatnya terlihat mengerikan untuk saat ini.

Alan yang sering mengunjungi Mizan saja terkejut melihat kondisinya yang mengenaskan.

"Bang, muka lo?"

Mizan menoleh ke arah pintu. "Eh, lo dateng lagi. Bawa makan nggak?"

Alan menunjukkan sekantung plastik yang dibawanya.

"Oke, siapin di meja makan. Gue mau bersih-bersih dulu."

Mizan beranjak dari ranjangnya. Berlari ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri.

Kebetulan hari ini adalah weekend. Mizan adalah anak lonely. Jadi ia sering mendekam di rumah saat weekend atau liburan musim panas.

Bukan sebuah keheranan lagi kalau Alan pasti akan mengunjungi kakak sepupunya atau bahkan menginap untuk menemani si laki-laki berparas bak patung itu.

"Dia benar-benar Airel yang kesepian. Gue harap kedatangan gue bikin dia nggak kesepian lagi."

ıllıllı The Fudan ıllıllı

"Bang, makannya pelan aja. Gue nggak minta kok."

Mizan tidak menggubris Alan. Ia terus saja menyantap makanannya dengan cepat sampai habis tanpa tersisa.

Alan menatap kagum kakak sepupunya itu. Benar-benar persis dirinya saat kelaparan.

"Gue nggak makan 1 harian kemaren."

"Uhhuk!" Alan yang minum air pun tersedak.

Laki-laki berparas bak tupai itu mengusap sisa liur di bibirnya. Dan menatap tajam si Mizan.

"Lo mau cari mati? Nggak biasanya lo kaya gitu, bang."

"Gue keinget insiden 3 hari yang lalu."

Mizan menopang wajahnya di atas meja makan. Menatap kosong ke arah Alan. Yang ditatap tau apa maksud dari kakak sepupunya itu.

"Perkara ciuman sama Aksel?" Lawan bicaranya mengangguk.

"Lo udah ketemu sama dia abis nggak kejadian itu?"

Mizan menggeleng kepala. "Belom sama sekali, sampai sekarang."

"Gue telpon dia. Lo ganti baju sana. Baju gembel dipake."

Mizan mendengus sebal. Meski diledek, ia tetap saja menuruti perkataan Alan. Bahkan menolak saja tidak.

"Gue bertaruh itu pasti Airel."

ıllıllı The Fudan ıllıllı

"Lo yakin kak mau pergi?"

Aksel menatap raut wajah khawatir adiknya. Dika benar-benar takut dirinya kenapa-kenapa.

"Gue nggak papa, Dik. Atau lo mau ikut aja? Di sana ada Alan juga kok," ucap Aksel seraya menggoda adiknya.

Dika berdecak malas jika sudah disangkut-pautkan dengan Alan. Kakaknya itu tau tentang perasaannya. Sungguh tidak adil.

"Gue ikut, tapi buat jagain elo. Bukan buat nemuin Alan."

"Alan pasti sedih lo ngomong gitu."

"Bodoamat, lo jadi pergi nggak?" Aksel mengangguk.

"Yaudah ayo!"

"Yaudah ayo!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hai!

Apa kabar kalian?

Nay dalam kondisi terombang-ambing rumus fisika wkwk.

Kalian yang masih nugas semangat ya!

[✓] The Fudan [knowjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang