OOTT : 2020

1.1K 138 0
                                    

Alan menatap khawatir kakaknya. Mizan itu memang pulang ke rumah. Tapi keadaannya sangat menggenaskan.

Darah kering berceceran di mana-mana. Terlihat mengerikan sekali bak manusia yang usai digigit zombie.

"Ya Allah, kakak tidak apa-apa kan?"

"Aku baik, Aksel yang lebih parah. Dia nyelametin kakak tadi pas mau digebuk aparat."

Alan menoleh ke sebelah. Ia melihat Aksel yang cengengesan. Iya, dia cuma tertawa tidak jelas lalu duduk di sebelah Dika yang air matanya masih membekas.

"Kakak mending mandi dulu. Liat serem banget. Trus abis ini aku obatin. Kakak juga harus cerita semua yang terjadi di sana," ujar Alan.

Mizan mengangguk saja. Laki-laki itu pun pergi ke kamarnya untuk mandi. Sementara Alan mengantar Aksel ke kamar mandi yang ada di kamarnya.

-°-

"Pelan-pelan, Al. Ini sakit lho," ringis Mizan.

"Salah siapa kakak tidak hati-hati." Alan menatap kemusuhan ke arah kakaknya.

"Kami sudah hati-hati, Lan. Kami tidak melawan. Kami hanya speak up. Tapi aparat sialan itu memukuli kami," sahut Aksel.

"Cih, benar-benar anjing pemerintahan." Dika mengumpat.

"Mereka tidak salah sebenarnya. Mereka hanya dibayar untuk melindungi pemerintahan. Kalian pasti tau sisi gelap dunia politik. Di mana uang lebih berkuasa daripada pendapat orang lain.

Itu yang membuat aparat kepolisian memiliki julukan sebagai anjing pemerintahan. Ehm, aku tidak ingin bicara seperti itu. Tapi memang semua itu adalah fakta," asumsi Mizan.

"Asumsi Mizan sudah benar. Memang itu yang terjadi di negara kita. Siklus kotor politik yang terus-menerus berputar membuat rakyatnya menderita," ucap Aksel.

"Wah aku salut sama pemikiran anak mahasiswa. Jadi begini ya cara berpikir mereka?"

Mizan dan Aksel saling pandang. Lalu menatap Alan secara bersamaan.

"Aku bangga punya kakak berpikiran luas seperti kalian. Tidak seperti pejabat tinggi negara yang cuma memikirkan uang saja."

Mizan tersenyum, laki-laki itu menarik Alan ke dalam pangkuannya. Dan mengelus surai lembutnya.

"Semakin tinggi jabatan, mereka akan semakin rakus dan tidak mudah puas dengan hal-hal kecil. Seperti sekarang, mereka tidak puas untuk menganggu rakyat Indonesia. Tahun 98, di mana kakak lahir. Ada kejadian juga kan? Lebih parah itu.

Terus tahun kemarin. Karena kakak lagi wawancara. Kakak tidak ikut. Mereka juga menganggu rakyat Indonesia.

Tahun ini, kakak bisa ikut karena lagi free. Belum lagi ada drama covid-19. Mereka masih sempat-sempatnya menganggu rakyat Indonesia.

Semua itu menunjukkan mereka yang rakus dan tidak puas dengan hal-hal kecil. Mereka perlu diberi pelajaran yang besar.

Mahasiswa memang tidak mampu memberi mereka pelajaran. Tapi setidaknya otak dan mulut kami bisa menyadarkan mereka."

Alan diam menatap kakaknya. Semua yang dikatakan Mizan itu adalah fakta. Alan sekali lagi tidak menyangka kalau kakaknya sangat berpikir kritis. Ia mulai berpikir jika lebih baik Mizan yang jadi presiden.

"Alan, kakak ke kamar dulu ya? Mau istirahat. Kepala kakak pusing," keluh Mizan.

"Ya sudah, kakak kesana aja. Sekalian ajak Kak Aksel. Liat dia sudah seperti pingsan saja." Alan menatap laki-laki yang berada di sebelah Dika.

Mizan mengangguk paham. Laki-laki itu pun membopong Aksel ke kamarnya. Dan menyisakan dua laki-laki yang berada di depan tv.

"Aku masih tidak menyangka ... Mereka beneran tidak apa-apa." Dika menatap terkejut.

"Mukjizat Allah siapa tau, Dik. Memangnya siapa yang telpon tadi?"

"Kudengar dia aparat kepolisian."

Alan membuang napas. Ia tau pasti itu hanya jebakan agar dapat membungkam para demonstran.

"Bohong, tidak ada aparat yang mau menginformasikan disaat-saat seperti ini. Mereka ingin membungkam para demonstran saja."

"Tapi kita kan-"

"Alasan agar kakak kita berhenti melawan. Pikirkan itu, kamu pasti paham Dika."

Fin

Hai!

Aku double up OOTT uhhuk!

Biar endingnya ngena gitu. Ini cukup kan? Mulai besok aku bakal masuk in topik lagi. Maaf yah buat out topiknya.

Aku cuma mau menggambarkan Indonesia saat ini. Jika tidak suka silahkan diskip.

Kalau suka jangan lupa vote!

[✓] The Fudan [knowjin]Where stories live. Discover now