Chapter 14

1.3K 235 92
                                    

"Apa? Kau... Apa?"

Keduanya bersemu. Dengan alasan yang berbeda. Cukup lama mereka saling menatap dalam keheningan, mengabaikan langit yang semakin menjingga dan hawa yang semakin dingin, memasuki malam hari. Setelah cukup lama, Kaiyo tersadar, melepaskan tatapannya.

Begitupula dengan Kei yang langsung memalingkan wajahnya.

"Tadi itu apa?!" pekik keduanya dalam hati.

Kei menghela napas, hendak berbicara. "Aku tahu dari Yamaguchi," intronya. Memancing Kaiyo untuk menyimaknya. "Katanya kau lah yang merawatku saat aku demam hari itu..." lanjutnya. Melirik sekilas ke arah Kaiyo yang perlahan mulai meneguk cola-nya. Terlihat lebih tenang. Gadis itu terdiam, seolah menunggu kalimat Kei selanjutnya yang terdengar menggantung.

Kei berdeham. "Yamaguchi juga berkata bahwa hari itu kau sedang sakit... Kau juga yang membuatkanku bubur, merawatku dengan telaten—"

"Cukup," potong Kaiyo menutup wajahnya dengan satu tangan. Wajahnya kembali bersemu. "Kau mengatakan itu, entah mengapa aku sangat malu. Tolong langsung ke intinya saja." lanjutnya dengan suara yang tipis. Kei mengulum bibirnya. "I-intinya..." suara Kei tercekat. Astaga, dia sudah berusaha tulus tapi mengapa sangat sulit mengeluarkan kata-kata itu?

Kaiyo menatapnya polos, menunggu. Tatapan itu seolah melunturkan rasa gengsi dan kekakuan yang ada pada diri Kei. Dengan lancar ia pun mengucapkan kalimatnya. "Intinya, aku ingin berterimakasih padamu. Karena kau telah membuat demamku turun dan juga..." Kei berhenti, menghela napas. "A-aku... Ingin meminta maaf padamu. Setelah apa yang terjadi tiga minggu yang lalu, di gymnasium. Seharusnya aku berterimakasih padamu, bukannya menggaramimu. Jadi..." Kei menghadapkan dirinya ke arah Kaiyo, memandang lekat manik sewarna buah kesukaannya, strawberry.

"Jadi aku minta maaf dan... Terima kasih atas segala bantuanmu." ucap Kei, mengakhirinya dengan tulus. Dengan senyuman tipis namun tulus terukir di bibirnya. Sedangkan Kaiyo, gadis itu memandang Kei tidak percaya. Ini seriusan Tsukishima Kei? Tsukishima Kei yang itu? Yang lebih galak daripada Levi-sensei?

Eh, nggak, nggak. Levi-sensei, penjaga perpustakaan Karasuno jauh lebih horror.

Oke, lupakan penjaga perpustakaan yang tampan namun suka menendang sembarangan itu. Kembali ke topik awal.

"Kau... Apa?" Kaiyo kembali bingung. Kei menghela napas, cemberut. "Aku tidak akan mengulanginya." balasnya. Kaiyo tersenyum tipis, "Pft—HAHAHA. Astaga, Tsukishima." tanpa sadar Kaiyo tidak dapat menahan tawanya. Tawa yang sudah lama tidak keluar dari mulutnya, kini dengan lancar terdengar oleh telinga Kei yang memandangnya dengan penuh kagum.

Gadis itu manis. Kei bahkan baru sadar wajahnya cantik. Pipinya putih, terlihat halus. Rona tipis terlukis di sana, muncul karena ia tertawa. Suara tawanya halus, bagaikan musik favoritnya yang bersedia ia dengarkan setiap hari. Ya, di mata Kei, gadis itu bercahaya.

Baru kali ini Kei melihat gadis itu tertawa dengan tulus, meskipun sedikit meledeknya, tapi itu cukup membuatnya terpaku.

"Astaga. Maafkan aku, aku tidak bermaksud menertawakanmu. Aku hanya merasa... Lega? Entahlah." ujar Kaiyo, menghentikan tawanya. Mengusap halus matanya yang berair karena tertawa. "Tsukishima, aku memaafkanmu. Aku juga minta maaf soal perilaku kasarku melempar paper bag itu padamu." ucapnya lagi, kemudian meneguk habis cola kalengan yang berada di tangannya.

Kei memalingkan wajahnya yang merona. "Y-Yasudah! Aku maafkan. Lain kali jangan begitu lagi, karena aku tidak akan memaafkanmu." ucapnya sambil mengusap tengkuknya. Kaiyo tersenyum tipis melihatnya. "Terima kasih, Tsukishima." ujar Kaiyo.

Hening.

"Ada lagi yang ingin kau katakan?" tanya Kaiyo memecah keheningan. Kei meliriknya sejenak, kemudian mengeluarkan sebuah ponsel dari saku jaket volinya-ya, dia sudah memakai jaket itu.

Salty Caramel ; (Tsukishima Kei x OC/Reader)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora