16. Kehilangan Reinal

15.9K 1.7K 1.2K
                                    

“Aku benci saat aku tau kalau kamu adalah kelemahan terbesar aku, Sarah.” — Reinaldo Pradipta.

Chapter ini diketik 7477 kata.

Happy Reading!

***

Sarah tidak bisa tertidur, kedua matanya terus menerus menatap Reinal yang kini tengah terlelap setelah meracau karena masih merasa terpukul oleh semua kenyataan dari masa lalu.

Keduanya terbaring di atas sofa dengan lengan Reinal menjadi bantalan kepala Sarah. Keduanya saling berhadapan satu sama lain.

Tangan mungil Sarah terangkat untuk menyentuh setiap inci wajah tampan Reinal mulai dari keningnya.

Air mata Sarah kembali menetes hingga terjatuh tepat di lengan Reinal, hingga laki-laki itu sempat terusik. Sarah buru-buru menjauhkan tangannya dari wajah Reinal.

“Kenapa nangis?” Pertanyaan itu keluar dari mulut Reinal dengan mata terpejam.

Sarah mengerjap beberapa saat, laki-laki itu pasti terusik oleh sentuhan yang Sarah layangkan tadi di wajahnya.

“Aku? Nangis? Ah-enggak tuh,” alibinya.

Reinal membuka matanya dan menatap Sarah dengan tatapan yang sangat sukit diartikan.

“Gak usah bohong.”

“Kenapa?”

Sarah menghela napas, “Aku gak mau kamu pergi.” Lalu Sarah menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Reinal, menangis kembali tanpa suara.

Reinal menaikan alisnya sebelah, “Aku gak akan pergi kemanapun,”

Lagipula dia akan pergi kemana? Sekalipun Reinal akan pergi, Sarah adalah tempatnya kembali. Sarah adalah rumahnya.

Kenapa semakin dekat dengan Reinal, Sarah merasa masalah selalu datang bertubi-tubi ke kehidupan Reinal.

Apa benar kata Jordan, bahwa Sarah adalah anak pembawa sial?

Seharusnya Sarah tidak membiarkan dirinya bernapas sampai detik ini. Sarah sadar, kehadirannya benar-benar mempengaruhi kehidupan seseorang.

Memilih melabuhkan hatinya kepada Reinal, apakah termasuk sebuah kesalahan?

Jika, iya. Sarah bersedia untuk kembali berlari sejauh mungkin agar tidak ada lagi yang bisa menemukannya.

Reinal mengusap punggung Sarah lembut. Perasaannya masih kalut, Reinal masih sangat amat terpukul. Namun, dia harus terlihat biasa-biasa saja di depan Sarah. Reinal tak ingin membuat Sarah terbebani.

Setelah kurang lebih setengah jam, Reinal melihat bahwa Sarah sudah terlelap. Perlahan ia terduduk dan membaringkan tubuh Sarah, lalu Reinal menjauh dari sofa setelah menyelimuti Sarah.

Reinal berjalan mendekati jendela kaca besar itu seraya menggenggam segelas wine. Beban yang dihadapi semakin besar, Reinal harus siap dengan segala keadaan.

Mengingat, Erick kembali membuat Vegos bernapas membuat Reinal menggenggam kuat gelas wine-nya.

Ponselnya bergetar, Reinal merogohnya. Ada apa Gara menghubunginya tengah malam seperti ini?

Maaf, Mas Rei. Saya mendapat kabar, bahwa besok pagi, polisi akan mendatangi apartemen Nona Sarah.

Reinal menghela napas, sekilas melirik Sarah di sofa. Perempuan itu tidak boleh tau keberadaannya besok.

Reinalsarah [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now