Chap 4

8.3K 1K 198
                                    

Saat itu...

(name) berdiri di depan kolam ikan kecil di belakang rumahnya. Tangannya sibuk menabur-naburkan makanan ikan yang sudah dibeli sebelumnya oleh Kageyama.

Hanya dengan memberi makan ikan sudah membuat (name) merasa tenang. Hal itu ia rasakan sebelum seseorang memeluknya dari belakang.

"Tobio-kun?"

Kageyama hanya diam. Dia tak membalas ucapan sang istri. Ia menaruh dagunya di salah satu pundak (name), membuat sang empu merasa geli.

Merasa tidak ada respon apapun, (name) kembali berujar. "Ada apa? Apa ada sesuatu?" tanyanya.

Terdengar helaan nafas dari mulut Kageyama.

"Aku ingin berhenti dari volly."

(name) terdiam, terkejut dengan perkataan sang suami. Ia menaruh wadah makanan ikan yang sebelumnya ia pegang di meja terdekat lalu berbalik menatap Kageyama dengan lekat.

"Apa? Kenapa? Kau bercanda kan?" ujar (name) beruntun.

Kageyama sedikit tertunduk. Dirinya seperti tidak sanggup menatap (name) yang ada di depannya.

"Aku... Tidak mau meninggalkanmu."

(name) kembali terdiam. Matanya secara tak sadar membulat sempurna.

"Sekarang aku sudah jadi atlet timnas volly Jepang. Bagaimana kalau nanti aku harus pergi keluar negeri untuk bertanding? Aku akan meninggalkanmu dalam waktu yang cukup lama. Tidak akan ada yang menemanimu di sini. Kau pasti merasa kesepian. Aku tidak mau meninggalkanmu seperti itu," tutur Kageyama.

(name) menatap lembut Kageyama lalu tersenyum.

Alasan ini... Sama seperti alasan Ushijima-san pada istrinya.

"Kau tidak perlu khawatir, Tobio-kun. Aku akan baik-baik saja. Percayalah," ujar (name).

Perlahan Kageyama menatap sang istri. Sorot matanya menggambarkan dirinya masih cemas pada (name) dan tidak yakin sepenuhnya pada sang empu.

(name) menangkup kedua pipi Kageyama. Ibu jarinya mengusap pipinya perlahan.

"Aku akan menjaga diriku baik-baik kalau nanti kau harus pergi keluar negeri. Bahkan kalau perlu, aku akan selalu mengabarimu setiap saat," terangnya.

"Jangan berhenti. Aku tau. Menjadi atlet timnas adalah bagian dari impianmu kan? Dan aku juga tau, kau masih berambisi untuk mengalahkan Hinata-kun disetiap pertandingan," sambungnya kembali.

Sorot Kageyama terlihat berubah dari sebelumnya. Manik biru tuanya seakan mendapat pencerahan dari ucapan sang istri.

"Tetaplah menjadi atlet. Tetaplah berada dimana dirimu berdiri sekarang. Impianmu tidak hanya sebatas menjadi atlet, iya kan?" ujar (name) sambil tersenyum menyipitkan matanya.

Kageyama balas tersenyum lalu mengusap kedua tangan (name) yang menempel di pipinya.

"Kau benar. Masih banyak impianku yang ingin aku wujudkan," ucapnya.

(name) tersenyum kecil. Lega rasanya ketika suaminya sudah kembali seperti semula.

"Berjanjilah kau akan selalu berada di sisiku. Terus berikan semangat padaku agar aku bisa menggapai impianku yang lain," ujar Kageyama sambil mengecup telapak tangan (name).

(name) mengangguk. Seulas senyum selalu tergambar di wajahnya.

"Aku janji."

***

"(name)."

"Ya?"

"Tanganmu... Baunya aneh."

"Eh? Oh... Tadi aku sedang memberi makan ikan sebelum kau datang."

"Kau memberi makan ikan dengan tanganmu?!"

"Iya. Memangnya kena-lho Tobio-kun?!"

"Aku mencium tanganmu yang belum kau cuci bersih, (name)!! Rasanya... Ughh tidak enak!!!"

"Hehee... Gomen, Tobio-kun."

...aku paham sekhawatir apa Tobio-kun padaku.

TBC

My Husband {Kageyama Tobio}Where stories live. Discover now