Chapter 27

348 53 2
                                    

Trust me, he's crazy!

•••

Beberapa jam kemudian.

Setelah menghabiskan waktu di rumah Tuan Muda. Bibi Alice memutuskan untuk pamit. Begitu juga dengan Wendy. Wendy yang rumahnya tak jauh dari sini terlebih dahulu memilih untuk ikut mengantar Bibi Alice hingga ke tempat pemberhentian bus.

"Sungguh, kalian berdua sangat serasi. Tuan Muda sepertinya sangat menyukaimu, Nak. Hah, membuat Bibi iri saja." ucap Bibi Alice dengan nada menggoda.

"Oppa, ugh ..."

"Let me love you with body language."

Wajah Wendy bersemu merah. Pikirannya melayang jauh pada apa yang Chanyeol perbuat padanya beberapa saat yang lalu, "Ah, Bibi bisa saja."

Keduanya berjalan beriringan. Melepas rindu satu sama lain dengan bercengkerama di sepanjang jalan. Bagi Wendy, Bibi Alice sudah sama seperti neneknya sendiri. Hangat dan penyayang. Karakter yang sangat melekat pada wanita yang telah menginjak usia paruh baya itu.

"Nak Wendy."

"Ya, Bibi?"

"Bibi rasa sekarang sudah saat yang tepat untuk memberi tahu semuanya."

"Saat yang tepat? Apa maksudnya, Bibi?"

Pada tapak terakhir. Mereka berdua sudah sampai pada tempat yang mereka tuju. Wendy yang masih bingung dengan arah pembicaraan Bibi Alice hanya bisa melontarkan pertanyaan dengan kening mengkerut, menunggu sekaligus penasaran dengan apa yang ada di kepala Bibi Alice.

"Ini semua tentang Tuan Muda." Bibi Alice menggapai kedua tangan mungil Wendy, mengusapnya lembut dengan tatapan sendu, "Tapi, boleh Bibi minta 1 hal padamu, Nak?"

Wendy mengangguk walaupun ia sebenarnya ragu dengan dirinya saat ini. Apa hal yang tak pernah ia ketahui tentang Chanyeol? Walau mood pria itu kadang dapat berubah dengan drastis hingga membuat Wendy berpikir kalau pria yang dia hadapi saat itu bukanlah pria yang dia kenal. Tetapi, secara keseluruhan, Chanyeol adalah orang baik.

Ya, kalau dipikir-pikir, pria ini juga tak banyak menceritakan tentang dirinya dan masa lalunya.

"Tolong setelah ini, jangan tinggalkan Tuan Muda sendirian, Nak Wendy." wajah Bibi Alice lamban laun menjadi muram, "Dia sudah terlalu banyak menelan bebannya seorang diri. Bahkan, Bibi sempat berpikir kalau Bibi tidak akan pernah lagi melihat Tuan Muda tersenyum bahagia sejak hari itu. Tapi, semua berubah sejak Tuan Muda mengenalmu, Nak."

"Bi-Bibi, aku tidak mengerti." Wendy tersenyum kikuk.

Bibi Alice kembali mengusap kedua tangan Wendy, "Semua ini bermula, sejak hari dimana ayahnya meninggal. Tuan Muda, dia ..."

Wendy mendengarkan dengan seksama penjelasan Bibi Alice. Tanpa melewatkan setiap detail dari kisahnya. Sampai pada titik dimana ia berdiri kaku seraya menelan ludahnya sendiri.

Inti dari semua yang keluar dari bibir Bibi Alice adalah satu. Park Chanyeol, pria yang dia cintai dengan sepenuh hatinya selama ini menderita multiple personality disorder. Sekarang segala hal yang sempat menjadi puzzle kini telah menemukan titik terang. Wendy mulai mengerti, kenapa sikap Chanyeol dapat berubah tajam—180 derajat—di saat-saat tertentu menjadi orang yang berbeda.

"Chanyeol Oppa." tak tahu lagi harus berkata apa. Wendy, dia tak mampu lagi untuk menahan derai air mata yang membanjiri pelupuk matanya. Sekali lagi, dia menangis.

•••

Seulgi mengerucutkan bibirnya, matanya menyempit, tak tahan dengan perangai Wendy yang akhir-akhir ini lebih murung dari biasanya. Hampir setiap kali dia berpapasan dengan Wendy. Wajah temannya itu selalu tampak muram dan penuh dengan beban kehidupan yang entah datang darimana.

Three Faces ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang