30. Should We Go For A Date?

6.8K 653 29
                                    

MINJI membuka kedua kelopak matanya perlahan, Gadis itu bangkit seraya menyenderkan tubuhnya ke dashboard tempat tidur. Ia mengedarkan pandangan-nya sejenak, Setelah diam beberapa saat seperti itu untuk mengumpulkan 'Nyawa' nya, Mijji kini mulai bangkit lalu melangkahkan kaki-kaki rampingnya meninggalkan kamar tidurnya.

Gadis itu berjalan kearah dapur dengan tenang, Merasa takut menganggu atau membuat Jungkook bangun. Karena sepertinya pria itu pasti merasa cukup kelelahan, Ah mengingat hal-hal 'Konyol' yang sebelumnya ia pinta kepada pria itu semalam. Yah, Seperti itulah ibu hamil bukan? Minii hanya sedang mengidam saja, Lagipula ia tidak tahu jika pada akhirnya Jungkook akan benar-benar mencarikan dan membelikan dirinya strawberry.

Setelah meminum segelas air putih, Minji kini memutuskan untuk mengecek lemari pendingin-nya, Untung saja gadis itu memiliki beberapa bahan yang sempat dibeli olehnya beberapa hari yang lalu. Gadis itu memutuskan untuk memasakan lauk rumahan untuk Jungkook sarapan nanti, Dengan lihai dan anggun Minji kini mulai menggerakan kedua tangan-nya untuk memasak.

Tidak banyak dan juga tidak terlalu rumit, Ia hanya memasak tiga buah lauk pangan yang menurutnya akan Jungkook sukai. Entahlah, Mengingat tentang Jungkook yang selalu membenci hasil pasakan hingga membuang pasakan buatan-nya begitu saja, Atau sekedar tidak menyentuhnya membuat gadis itu sedikit ragu. Akankah Jungkook menyentuh hasil pasakan-nya kali ini? Maukah pria itu mencicipinya? Minji mengigit bawah bibirnya sekilas, Lantaran perasaan ragu mulai datang dan memenuhi rongga dadanya.

Gadis cantik bersurai cokelat sebahu itu melirik kearah Jungkook yang kian masih memejamkan kedua matanya diatas sofa, Ia menghela nafasnya sembari mengangguk dengan lembut. Coba saja dahulu, Minji harap Jungkook mau mencoba atau sekedar mencicipinya saja.

Minji meraih sebuah sendok lantaran menyicipi hasil pasakan-nya dengan hati-hati, Cukup lezat baginya namun entahlah bagaimana dengan pendapat Jungkook, Minji sedikit ragu. Takut pria itu tidak akan menyukai hasil pasakannya.

Minji memilih untuk kembali kedalam kamar tidurnya berniat untuk membasuh dirinya terlebih dahulu, Karena ia merasa sedikit malu jika Jungkook harus melihat dirinya yang seperti ini. Ah, Minji terlihat begitu lusuh dan berantakan. Jungkook mungkin akan complain dan memarahinya nanti, Jika melihat penampilannya yang seperti ini.

Tidak terlalu lama, Setelahnya Minji kembali keluar dari dalam kamar tidurnya lagi dengan keadaan yang sudah cukup lebih baik dan terkesan rapih. Rambutnya yang tergerai lurus, Dengan balutan blous putih dan rok berwarna cokelat muda atau krem membuat dirinya terlihat semakin cantik dan anggun walau hanya mengenakan pakaian sesederhana itu. Minji menelan salivanya saat melihat Jungkook sudah bangun dan kian tengah memainkan ponselnya sembari duduk dipinggir sofa dengan raut wajahnya yang begitu serius.

Pria itu melirik kearah Minji yang baru saja keluar dari kamarnya, Ia melemparkan sebuah senyuman simpul kepada Minji.

Ah, Jantungnya belum terbiasa dengan senyuman itu. Oh ayolah, Kalian tahu Jungkook itu sangat tampan. Tidak bisa Minji pungkiri lagi bahwa jika marah atau sedang bersikap dinginpun Jungkook tetap terlihat begitu tampan, Dan kini? Pria itu tersenyum secara langsung kearahnya. Itu adalah sebuah senyuman yang sangat berbahaya! Bisakah kalian membayangkan itu? Diberikan sebuah senyuman oleh seorang Jeon Jungkook? Ugh, Rasanya Minji ingin terjun bebas saja kedalam jurang. Pria itu tampan sekali, Minji bahkan masih tidak bisa percaya. Bagaimana ia bisa menikahi seseorang sesempurna Jeon Jungkook?

Rasanya seperti ada belasan belati yang menusuk tepat dipusat hatinya, Lebay memang. Tapi itulah yang Minji kian tengah rasakan, Gadis itu memalingkan wajahnya dan melangkahkan kaki-kaki rampingnya menuju dapur, Melirik makanan-nya yang sama sekali belum tersentuh. Hatinya sedikit mencelos.

EDURANCE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang