Part 46

1K 68 29
                                    

Arlina melirik bergilir kedua remaja yang terduduk diam di hadapannya saat ini. Wanita paruh baya itu merasa heran dengan perubahan sifat kedua remaja berbeda jenis itu.

Arlina berdehem sejenak mencoba mengusir keheningan yang sedari tadi melanda mereka bertiga. "Ini kenapa kita terus diem-dieman?" tanyanya yang sama sekali tidak mendapat jawaban dari kedua remaja itu.

Amora masih terdiam dengan wajah menunduk. Amora bukannya tidak mendengar ataupun tidak mau menjawab pertanyaan Arlina. Selain tidak tahu harus menjawab apa,
Amora saat ini juga benar-benar malu pada wanita paruh baya itu setelah memergoki dirinya dan Atlas-- Ahh, Amora sendiri tidak mau mengingatnya lagi.

Ini semua gara-gara Atlas! Karena cowok itu, pasti sekarang Arlina sudah berpikir yang tidak-tidak tentang mereka. Amora yakin seratus persen bahwa Arlina sudah salah paham. Ya walaupun Arlina sama sekali tidak menyinggung masalah tadi.

Keadaan Atlas? Cowok itu justru terlihat tenang sembari dengan lahap menikmati cheese cake. Sangat berbanding terbalik dengan keadaan Amora.

Amora sangat tidak tahan lagi dengan situasi saat ini. Rasanya ia ingin pulang sekarang. Eh pulang? Amora baru teringat sudah berapa lama ia di sini. Amora sedikit melotot saat melirik jam di pergelangan kirinya. Bahkan ia sampai tidak sadar sekarang sudah malam dan jam juga sudah menunjukkan pukul setengah sembilan. Astaga, mengapa rasanya waktu berjalan sangat cepat?!

Amora menepuk keningnya pelan, kebiasaannya saat lupa. Sial, bagaimana ia bisa lupa kalau ia sama sekali belum mengabari orang rumah. Ditambah ponselnya yang lowbat Amora jadi tidak bisa mengabari Bundanya. Rasanya hari ini adalah hari tersial bagi Amora.

Amora menghela napasnya pelan sebelum perlahan mengangkat wajahnya menatap wanita yang duduk dihadapannya itu. "Em-mm Mom, Amora kayaknya harus pulang..." cicitnya pelan.

"Yahh, kok pulang." balas Arlina terlihat kecewa.

Amora mendadak tidak enak melihat raut wajah Arlina.

"Mom, 'kan sekarang udah malem. Kita udah culik anak orang lama loh." Atlas yang paham angkat suara. Cowok itu mengerti dengan perasaan Amora yang ingin segera pulang dan mencemaskan orang di rumah.

"Tapi Mommy masih pengen cerita banyak sama Amora," kekeuh Arlina. Sepertinya wanita paruh baya itu memang tidak rela Amora pulang. Buktinya wajah wanita itu terlihat cemberut.

Atlas menghela napasnya pelan melihat tingkah Mommynya yang merajuk seperti anak kecil yang ditinggalkan oleh orang tuanya. "Kan nanti Amora bisa kesini lagi. Dia juga punya rumah sama orang tua kali, Mom."

Arlina masih saja memasang wajah cemberutnya.

Sedangkan Amora hanya diam. Tidak tahu harus bagaimana menghadapi Arlina yang tengah murung itu.

"Oh, Ayolah Mom." Atlas masih berusaha membujuk Mommynya.

"Hm, baiklah. Tapi janji ya, nanti Amora kesini lagi." ujar Arlina akhirnya dengan muka menatap Amora penuh harap.

Amora tersenyum menatap Arlina. "Amora janji bakal kesini lagi." Walaupun ia sendiri tidak yakin dengan jawabannya itu.

Arlina langsung berseru antusias dan kemudian memeluk Amora hangat. "Nanti Mommy tunjukkin ya, foto tadi yang Mommy bilang," bisiknya dengan suara yang sengaja sedikit dikeraskan.

Atlas yang berada di dekat mereka dan mendengar jelas bisikan itu menaikkan sebelah alisnya. "Foto apa Mom?" tanyanya heran.

"Kepo kamu!"

Atlas memicing menatap ke arah Mommynya. Entah mengapa ia merasa curiga.

Amora tersenyum kecil seraya mengangguk. Ucapan Arlina membuat Amora jadi teringat dengan foto Atlas yang diceritakan Arlina tadi. Ia jadi tidak sabar untuk melihat foto itu dan lihat saja ia akan meledek Atlas habis-habisan nanti.

AmorAtlasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang