[KSW] Jaeffan

23 5 2
                                    

Jaeffan

"Pan, jagain adekmu!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Pan, jagain adekmu!"

"Pan, jangan lupa cuci baju!"

"Pan, cuci motor!"

"Aduh Jepaaaannnn ..... main hape mulu!"

Iya, itu adalah omelan Mama gue yang setiap harinya gak pernah absen. Sehari aja gitu gue mau bebas dari tugas rumah, padahal gue ini cowok. Ya iya sih, walaupun mbak gue udah kerja yang otomatis udah jarang dirumah, gue punya adik perempuan yang masih umur tujuh tahun, dunianya belum ngerti apa-apa kalo disuruh beres-beres. Alhasil, Mama menurunkan tugasnya kepada anaknya yang kedua, mana cowok sendiri lagi.

Kadang ya, kalo udah begini gue rasanya mau ngerasain banget jadi cewek tuh kayak apa. Tapi setelah mikir-mikir lagi, sama aja dong kalo gue jadi cewek, ujung-ujungnya disuruh lagi dengan alasan, kamu tuh loh cewek harus bisa beres-beres rumah dari sekarang.

Pernah sih waktu itu, waktu seharian Mama gak nyuruh gue, padahal dia ada dirumah. Mama yang beresin semua sendiri dari mulai bangun siapin baju gue, cuci piring, cuci baju, bahkan semua beres-beres rumah semua Mama gue lakuin. Gue yang waktu itu pulang sekolah langsung kaget kenapa Mama beresin semuanya sendiri, bahkan Mama gak marah saat gue belum ganti baju tapi udah main hape, Mama sama sekali gak marah dan ngebiarin gue gitu aja. Sampai malamnya gue tanya ketika kita lagi makan.

"Mah, ai mamah teh kunaon? Tumben gening beberes sendiri." Gue nanya, Mama kenapa, tumben banget beres rumah semuanya sendiri. Mbak gue nengok ke Mama, langsung ikut nanya.

"Mamah beresin sendiri? Gak bareng Jepan?"

Gue melihat Mama yang langsung menghentikan aktifitas makannya. Penglihatannya bergerak kearah gue, kemudian tersenyum dan menunjuk piring gue yang nasinya setengah lagi. "Udah itu makan dulu, bentar lagi Isya. Kamu sholat di masjid sono bareng Jasmin." Udah itu aja jawaban Mama, membuat gue sama mbak gak bertanya apa-apa lagi karena kita berdua yakin, Mama ada masalah yang gak mau meribetkan ketiga anaknya.

Karena gue, seorang Jaeffandra Yuwaraja adalah anak yang gak punya Ayah. Maksudnya, sekarang udah enggak. Mama sama Bapak udah cerai saat gue kelas sembilan dan gue menghargai keputusan itu. Gue sama mbak mencoba mengiklaskan kalau itu yang Mama inginkan dengan keputusannya. Tapi terkadang, gue selalu bertanya-tanya pada diri gue sendiri. Apa semua ini adalah kesalahan gue? Kesalahan gue sebagai anaknya yang saat itu gak bisa menyatukan mereka kembali, atau sekadar menenangkan Bapak yang keras kepalanya minta ampun itu.

Gue gak iri sama kehidupan orang lain yang keluarganya masih utuh, bahkan harmonis. Gue gak iri. Karena keluarga gue bisa bahagia dengan sendirinya tanpa peran dari seorang Bapak. Gue justru bersyukur, terlebih saat gue bertemu dengan Wadidaw Squad, gue benar-benar beryukur. Dari mereka yang situasinya sama seperti gue, walaupun cuma gue sama Jason yang orang tuanya gak utuh, tapi gue bisa merasakan apa yang Jewon dan Janelle rasa saat mereka mengeluh orang tuanya ribut atau Jeanka yang terkadang mengeluh dengan Mama nya yang selalu saja menuntut anak perempuan satu-satunya itu. Mereka punya ceritanya masing-masing, tapi dunia mereka dengan gue memang satu. Kita melengkapi itu semua, menyusun kepingan yang gak pernah kita dapatkan saat dirumah. Kepingan yang hilang itu, justru kita bersatu untuk melengkapinya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 20, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

When I Grow UpWhere stories live. Discover now