03. Pencitraan

19 2 0
                                    

Ucapmu buatku terpana, menukarkan luka dengan suka, dan mengingatkanku pada rasa yang sudah mulai kulupa. Namun, terkadang kau membuatku dilema atas segala tingkahmu yang tak terduga...
~ Nana

Kali ini, Nana bangun lebih pagi. Bisa dibilang ini sebuah pencitraan untuk menjaga imej nya kepada Sifa. Lebih tepatnya, agar Sifa tidak marah untuk kedua kalinya dan membuat mood Sifa kembali baik. Mereka berjalan di koridor sekolah dan akhirnya berpisah di depan kelas Nana. Sifa melambaikan tangannya dan meneruskan ke kelasnya. Nana masuk ke kelasnya. Sepi sekali, hanya ada beberapa orang disana. Lyla dan Olin belum berangkat, hanya ada Melody.

"Mel, lo ngapain?" tanya Nana sambil melihat Melody yang sedang merapikan kertasnya.

"nggak ngapa-ngapain. Iseng aja coret-coret, nggak ada temen sih. Lo tumben pagi?"

"gue lagi pencitraan ke Sifa, biar dia nggak ngambek," ucap Nana dengan percaya dirinya.

"dih, gaya lo pencitraan. Lo harusnya bener-bener berubah jadi bangun pagi, Na." terang Melody.

"nggak mau. tidur itu hobi gue, nggak ada yang boleh ganggu." Nana tetap kekeuh dengan pendiriannya.

"serah lo deh," akhirnya Melody menyerah dengan Nana. "eh btw, Na. Pagi ini jam kosong loh. Ada rapat para guru, jadi kita bebas pelajaran, yee." Melody menginfokan kabar gembira.

"hore!! akhirnya gue bisa menuntaskan hasrat gue yang tertunda," cuit Nana.

"hah? lo mau ngapain?" Melody kebingungan.

"tidur dong, kan gue harus membayar utang tidur gue pagi tadi yang terhambat gara-gara berangkat lebih awal. Nggak nyangka guru-guru kita pengertian sekali," ucapnya bangga.

"mati aja lo sana," Melody terdengar sangat sebal mendapat jawaban dari Nana. Sementara Nana hanya cekikikan mendapat jawaban dari Melody.

"mel," panggil Nana.

"paan?," jawabnya

"lo tuh gemesin, bikin gue sayang," timpal Nana. Melody merona dan menahan senyumnya membuat Nana tertawa lepas. Nana benar-benar geli dengan senyum Melody yang ditahan.

"lo nyebelin, Na," Melody kali ini ngambek. Dan lagi-lagi Nana yang menjadi penyebab ngambeknya, Nana hanya tersenyum jail ke Melody lalu membiarkannya mengutik ponselnya tanpa berniat mengganggu lagi.

Nana kembali duduk di bangkunya, menjauh dari Melody agar tidak mengganggunya lagi. Bukan sadar dan menyesal, lagi-lagi ini hanya pencitraan agar Melody tak semakin marah ke Nana. Nana memijit ponselnya, mencari sesuatu yang menarik, lalu mendengus kasar. Tidak ada yang menarik. Nana menekuk sikunya, meringkuk mencoba tidur untuk menghempas jengahnya. Namun, ada cowok jail yang mengusilinya. Nana tau itu temannya Arka, tapi Nana tak mengenalnya, namanya pun Nana tak tau. Yang Nana tau dia teman sekelas yang memang anaknya jail, ia sering menjaili teman-teman Nana juga.

"kenapa lo?", tanyanya pada Nana membuat Nana mengernyit. SKSD banget sih nih orang, batin Nana.

"ngantuk," sungutnya.

"oh, kirain sakit. Pinjemin jam tangan lo dong ntar gue balikin." pintanya enteng.

"pinjem yang lain kan ada," lagi-lagi Nana ketus.

"lo aja sekalian, ntar gue balikin. Nama gue Zakka Giovani, panggil aja Zakka,"

"nggak nanya," Nana tidak suka dengannya, sok akrab banget si Zakka itu.

"huft, gue ngasih tau. Gue mau nganterin Arka ke kelas lain. Ntar kalau lo nyari jam lo, kan pasti nyariin nama gue," terangnya. Oh iya bener juga, batin Nana.

"Hmm," jawab Nana. Dia melenggang pergi meninggalkan Nana yang kini kembali meringkuk untuk tidur.

Beberapa saat kemudian Nana terbangun. Duh, kampret, umpatnya. Dia merasa sakit perut, rupanya maag nya kambuh lagi. Maag nya memang sudah akut kata dokter. Nana sih nggak mikirin, dia nggak terlalu mikirin hal yang nggak penting, kronis, akut, atau apalah itu, intinya sekarang Nana sakit perut. Ia meremas-remas perutnya sambil meringis kesakitan.

Tanpa sadar ada sosok yang memotret Nana yang sedang kesakitan dan meremas-remas perutnya. Nana menyadarinya lalu tersenyum, ia nggak mau kelemahannya diketahui orang lain. Ia menegakkan kepalanya lalu melihat siapa pelaku yang memotret Nana tadi. Ternyata pelakunya cowok tengil itu.

"woy, ngapain lo? hapus foto gue!" ancam Nana ke Zakka.

"nggak mau, ini kenang-kenangan," jawabnya membuat Nana bingung. Dia pikir Nana bakal mati? dia bilang kenang-kenangan, dasar cowok jail.

"woy!! awas lo!" Nana mengejar Zakka hingga mendapat handphonenya lalu menghapus fotonya yang sangat jelek itu. Potret Nara sedang meremas perutnya, sungguh tidak epic. "nah gini, jangan jail lagi sama gue, awas lo!" ucap Nana bengis. Nana cewek kalem, tapi ia tak segan-segan memberi perhitungan ke orang yang menjailinya. Dan seketika juga, Nana membenci si cowok tengil bernama Zakka itu.

***

Malam ini, Nara benar-benar bosan. Tidak ada yang membuatnya bergairah sama sekali. Andai aja Nana punya suami, pasti malamnya akan lebih berfaedah, pikirnya. Eh tapi ia kembali sadar kalau umurnya balumlah genap 16 tahun, pikirannya mengada-ada.

klunting..

Ponsel Nana berbunyi, tertanda ada hati yang masuk. Eh? halu haha. Tertanda ada pesan yang masuk. Tapi yang masuk nomor tidak dikenal.

085********* : lo tadi kenapa?

Aynara          : siapa ya?

085********* : ini Zakka

Aynara          : owh

085********* : gue tanya lo kenapa? muka lo
                         jelek kalau kayak tadi

Aynara          : nggak papa, bukan urusan lo.
                         emang gue jelek dari lahir

085********* : lo nahan boker ya? pantes
                        ngeden gitu, sambil remes
                        remes perut lagi, haha

Aynara           : kurang ajar! gue sakit perut.
                        Maag gue kambuh. Puas?

085********* : oh gitu. Makanya jangan telat
                        makan. Kirain kan lo nahan
                        boker

Aynara          : hmm

085********* : btw, save nomor gue dong, Na

Aynara          : oke

Zakka            : oke met tidur, Na. Moga
                         mimpi indah

Nana sengaja tidak memberikan nama spesial untuk Zakka. Untuk apa juga, pikirnya. Tanpa sadar bibirnya selalu tersungging melihat setiap pesan yang dikirimkan Zakka. Nana ingat ketika dulu Rein selalu seperti ini juga kepada Nana. Nana berpikir mungkin Zakka sedang berusaha mendekati Nana. Entahlah, tapi Nana hobi menonton film dan membaca novel, jadi anggap saja ia sudah berpengalaman mengenai cinta. Seorang cowok yang menjaili dan memperhatikan setiap gerak gerik seorang cewek itu biasanya karena ada rasa tertarik atau suka. Dan titik keadaan Nana saat ini, bisa dinamakan baper. Ia terngiang-ngiang dengan sikap Zakka yang cenderung lucu. Menurut Nana, Zakka itu nyebelin, tapi dia manis. Sepertinya Nana mulai tertarik dengan cowok tengil bernama Zakka itu.

Vote dan Komentar tidak berbayar kok, tidak juga membuatmu berdosa.
Tinggalkan jejakmu ya agar author lebih semangat up ceritanya 😙
Thanks 💕

PUTRI AYNARA Where stories live. Discover now