31. jangan menangis lagi

1.6K 312 52
                                    

"nih sapunya."

alis herin mengernyit dengan tangannya yang masih menyodorkan sapu lidi kepada reina.

"reina?"

kemudian reina mendongak sambil menatap herin dengan ekspresi apa?. herin yang melihat itu pun mendekat dan ikut duduk di samping reina.

"beberapa bulan ini gue liat lo beda banget ga kayak biasanya yang selalu nyeroscos bareng nancy," ucap herin dengan matanya yang menatap reina bingung "kalau ada yang bikin lo ga tenang cerita aja gue bakal jadi pendengar yang baik."

hembusan nafas reina begitu panjang wajahnya pun nampak lesu. memang sudah beberapa bulan ini dia agak murung.

"yang waktu itu teriak di rumah chenle itu temen gue. mereka mau gue balik lagi ke jakarta, dan mereka juga ngasih tau sesuatu."

"kasih tau apa?"

"temen gue ... dia udah ga ada," kepalanya menunduk sebab malu jika menangis seperti ini di depan herin.

"gue turut berduka," herin mengusap pelan punggung reina "eumm ... nama temen lo siapa?"

"eunsang."

herin kaget, dia pun semakin menatap reina untuk menjelaskan ucapannya itu "eun-eunsang? nama temen lo???"

reina mengangguk lemas sebisa mungkin untuk menahan air matanya itu untuk tidak keluar lagi.

"r-rei ... i-itu nama temen gue juga," ucap herin terbata-bata "eunsang ... dia dari Manchester?"

pandangan reina beralih kepada herin, menatapnya tidak percaya "r-rin gue gatau dia dari Manchester atau nggak nya, tapi emang waktu terakhir gue ketemu dia bilang mau kesana."

"nama panjangnya?"

"esa nandana shyam nugraha tapi dia suka banget sama nama panggilan eunsang."

mulut herin terbuka dia sangat terkejut dengan ucapan reina "i-iya, esa temen gue re. b-bener dia udah ga ada?"

reina mengangguk "iya rin tapi gue belum tau pasti apa sebabnya. waktu itu eunsang sempet kesini dia tinggal di rumah renjun satu hari buat bisa ketemu gue mungkin untuk terakhir kalinya juga. dan dia baru bilang soal penyakitnya yang ternyata udah lama banget."

herin merasakan matanya memanas—masih tidak percaya. sudah lama sekali dia tidak berjumpa dengan temannya itu.

"atau mungkin karena penyakit nya itu? eunsang bilang dia sakit apa?"

"ginjal kanannya itu udah ga berfungsi, sering bolak-balik Singapura Indonesia."

herin mengulum bibirnya, kepalanya menunduk masih sulit menerima kabar yang sangat tak terduga.

"semoga eunsang tenang disana. gue merasa bersalah banget disaat terakhirnya gue malah ga ada."

herin mendongak dan menatap reina sambil tersenyum "kita masih bisa kirim doa dari sini, iya kan?"

reina membalas dengan senyum tipisnya "iya."

"heh ciwi ciwi! ngerumpi ae lu pada tuh sapu nya ga lo pake buat terbang kan?"

tiba-tiba saja mark ikut terduduk di dekat herin lalu setelah itu berdiri lagi dan pergi dari situ.

"HEH LO GA JELAS BANGET PENGEN TAK HIHHH" reina mengangkat sapu lidi nya itu untuk melempar ke arah mark, tapi berhubung dia masih mempunyai hati jadi niatnya itu diurungkan.

"gue ke dalem ya kayak nya lami udah selesai nyapu dalem," herin beranjak dari duduknya.

"iya, makasih ya rin udah mau denger cerita gue."

herin mengangguk "sama sama." dia pun berjalan ke dalam meninggalkan reina yang masih setia terduduk di teras masjid.

"jangan menangis terus menerus, nanti eunsang bakal ikut sedih diatas sana."

reina terperanjat saat dirinya sedang memeluk lutut untuk menutupi wajahnya yang basah itu.

"sebentar lagi kelas dua belas, harus lebih fokus lagi. kalau kamu selalu menangis begini tidak ada gunanya, lebih baik kamu kirim doa buat eunsang."

dengan cepat reina menghapus jejak air matanya yang deras itu, lalu mengalihkan pandangannya kepada renjun.

"iya lo bener njun gue harus doain dia. ga baik juga kalau gue terus nangis gini, cantik gue jadi hilang ya?"

"pinjam aja handphone hyunjin, liat wajah kamu."

reina setuju dengan usul renjun dia pun mencari keberadaan hyunjin ternyata anak itu sedang beradu mulut dengan saudaranya karena memperebutkan sebuah kemoceng.

"punten ini saya teh ganggu ga ya? cuma pen pinjem hp doang sih, boleh lah euy."

"nih woi ambil aja lah gue lagi perang lo ga liat? makhluk yang satu ini emang annoying nya ngelebihin twins tower," cerocos hyunjin sambil melotot ke arah yeji.

"IDIH? LO JUGA ANNOYING BANGET MIROH WOI"

dua saudara ini semakin berisik—reina hanya menutup kedua telinganya setelah mengambil ponsel hyunjin yang di tutup kain sarung oleh pemiliknya di bawah lantai.

"bodoamat lah, gue pinjem hp nya MAKASIH PREN!"

dia pergi dari situ dan kembali pada halaman luar, renjun sedang menyapu ternyata. dia pun memencet kamera untuk melihat kondisi wajahnya itu.

"ASTAGFIRULLAH MUKA GUE GEMBEL AMAT, HUWAAAA"

renjun sampai membanting sapu lidinya saking kaget mendengar teriakan reina yang nyaring itu.

"LO KENAPA GA BILANG KALO GUE INGUSAN, YAALLAH MALU BANGET GUE"

renjun menyodorkan tisu dua-ribuan yang selalu ia bawa kemanapun—akhirnya berguna juga.

secepat kilat reina menerima sebungkus tisu itu sambil menutupi wajahnya dengan lengan kirinya. ia mengusap dan membersihkan wajahnya dengan detail.

"udah kan njun?"

"iya sudah," padahal ia asal menjawab.

reina pun malah memotret dirinya setelah merasa wajahnya itu bersih—kasihan ruang penyimpanan hyunjin yang sudah dekat ajal.

"oh iya kamu bosan ya terus menerus kerja di restoran?"

"hah?" reina berhenti dengan kegiatannya itu dan menoleh kearah renjun.

"nggak kok, gue malah seneng banget bisa ngehasilin uang dengan keringat gue sendiri."

"beneran ga bosan?"

reina mengangguk senang setelah itu memotret dirinya lagi kali ini memakai filter instagram.

"kamu sudah pernah bertemu sama yang punya restoran belum?"

reina menggeleng pandangnya itu masih fokus pada layar ponsel "kenapa emang? harus banget gue ketemu? dia masih muda? cowok atau cewek? kalau cewek cantikan gue apa dia? kalau cowok ganteng ga kayak orang di depan gue ini?"

renjun jadi pusing. kenapa reina bisa menanyakan itu dalam satu tarikan napas? wah!

"dia perempuan, namanya—"

"siapa namanya???"

"sebentar, saya kan baru mau bilang."

"iya iya gue nya ga santuy hehehe, lanjut siapa namanya?"

"namanya laras, ibu laras. sama seperti nama mama kamu."




°°°


















mencium bau2 ending ?

Amanah | Renjun ✓Where stories live. Discover now