Penyelamat

350 85 33
                                    

Sepulang tawuran sekolah. Sania dan Luki paginya langsung saja di beri hukuman, Sania ingin sekali membantah, tapi Luki menghalanginya. Sania juga sudah bilang pada guru BK, yang ikut bukan hanya Sania, tapi juga Chaca. Tapi, guru BK sama sekali tak menggubris perkataan Sania.

"Tuh, guru BK kenapa sih, kenapa gue sama lo doang, padahal kan Chaca juga ikutan!" protes Sania menggerutu.

"Emang kenapa? Lo nggak suka sama gue?" tanya Luki.

"Nggak," jawab Sania langsung menghormat pada tiang bendera sampai jam pelajaran selesai.

Luki meraih tangan Sania yang masih dihiasi oleh gelang yang pernah Luki kasih. "Lo mau apa?" tanya Sania.

"Nikahin lo," jawab Luki langsung saja melepas gelang itu.

"Kok di lepas? Balikin sini," pinta Sania.

"Buat apa? Katanya lo nggak suka sama gue," ujar Luki langsung duduk ditepian.

"Yaudah deh, gue suka sama lo! Sini balikin!" sahut Sania berhadapan dengan Luki.

"Nggak. Istirahat di kantin bareng gue," ujar Luki memasukan gelang milik Sania kedalam sakunya.

"Nggak bisa!" tolak Sania keras.

"Yaudah," ujar Luki beranjak dari duduknya. Sania langsung saja mencegah dengan memegang tangan Luki, yang ingin berjalan menjauh.

"Gue terima, tapi gelangnya balikin," ujar Sania menyodorkan tangannya.

"Arti gelang di hidup lo itu apa?" tanya Luki 

"Gelang itu berharga buat gue. Walaupun gelang itu dikasih sama lo, ada kenangan yang tersimpan," jawab Sania.

"Maksud lo?"

"Gue nggak bisa kasih tau," jawab Sania merebut gelangnya dan pergi.

"Berharga?" ujar Luki seperti memikirkan perkataan Sania.

***

Luki berjalan di lorong sekolah. Kedua tangannya dimasukan ke dalam saku celananya. Bajunya yang dikeluarkan. Semua siswi-siswi yang sedang berjalanpun bisa salah fokus.

"Hai Luki," sapa gadis itu.

"Hai kembali, awas jatuh airnya," ujar Luki tersenyum.

"Gue disenyumin ya Tuhan,"

"Senyum kaya teh sari murni,"

"Senyumanmu yang indah bagaikan candu,"

"Nggak sia-sia gue sekolah disini,"

Luki tetap saja berjalan angkuh dan tak menggubris bisikan-bisikan orang-orang. Tujuannya sekarang adalah Sania. Luki masih ingat kalau Sania menerima ajakan untuk kekantin bareng.

"Assalamualaikum, calon surga," ujar Luki sok alim.

"Waakaikumsallam, pangeran," jawab satu kelas.

Sania menghela nafasnya lalu menghampiri Luki. "Ja—ehh."

Sania terus saja menarik lengan Luki hingga sampai kantin. Dia tidak suka bertele-tele. "Cepetan mau pesan apa?" tanya Sania.

"Gue yang bayar, lo mau pesan apa?" tanya balik Luki.

"Gue nggak mau makan," jawab Sania.

LUKISANDonde viven las historias. Descúbrelo ahora