Sepuluh

118 39 141
                                    

Jangan Lupa Kritik saranya yah;)

Selamat membaca 💜


Tara melangkah pergi dari ruang musik, hatinya dongkol karena Oriana yang seenak udelnya sendiri mengajukan Tara mengikuti kompetisi piano itu.

"Tara! Tunggu!" ucap Oriana yang berjalan tergesa mengikuti Tara.

"Tara!" panggilnya, namun Tara tidak menggubris sama sekali.

"Tara!" Oriana mencekal pergelangan tangan Tara, iapun berhenti sesaat.

"Kok kamu main pergi gitu aja sih? Mereka meremehkan kamu loh! Seharusnya kamu balas mereka, bukan pergi gitu aja." nasehat Oriana yang membuat Tara memejamkan kedua matanya.

"Ra, kamu harus berani lawan mereka! Aku yakin kok kamu bisa." Oriana sedikit mendongak memandang wajah Tara yang ada di hadapannya.

Tara menghembuskan napasnya sesaat, ia ingin membuang jauh-jauh pening di kepalannya ini.

"Tar ..." panggil Oriana yang belum sempat lengkap.

"Diem!" Tara menghempaskan tangan Oriana yang memegang tangan kanannya.

"Tau apa lo tentang gue? Hah?!" ucap Tara dengan mata yang memerah memandang Oriana tak suka.

"Tara," cicit Oriana yang terlihat sedikit ketakutan.

"Lo nggak tau kalau gue gak bisa tampil di depan banyak orang! Lo nggak tau kalau gue ini emang pecundang!" ucap Tara menggebu, seakan kesal dengan keadaannya saat ini.

"Lo ... Lo nggak tahu, gue juga pengen hidup normal kayak mereka yang nggak terus sembunyi dari kenyataan!" Nada bicara Tara makin melirih pandangannya turun melihat dadanya sendiri yang terasa nyeri, ia terlihat putus asa saat ini.

"Cukup! Jangan ganggu hidup gue lagi!" terang Tara yang berbalik badan hendak meninggalkan Oriana.

"Tara!" Oriana ternyata tidak menyerah, ia kembali menghentikan langkah Tara dengan menarik pergelangan tangan kanan Tara.

"Itu semua cuma spekulasi kamu aja, kamu bukan pecundang! Kamu itu berbakat! Kamu bisa melakukan itu! Ayolah, coba saja! Aku yakin kamu bisa melakukannya lebih baik dari orang lain," jelas Oriana, yang tak kapok menganggu Tara.

"PERGI DARI HIDUP GUE!" teriak Tara yang refleks mendorong bahu Oriana dengan kedua tangannya hingga Oriana terjatuh dengan posisi setengah tidur di atas lantai.

"Aww." ringis Oriana, siku tangan kanannya mengeluarkan cairan segar yang berbau anyir.

Tara melihat Oriana yang meringis karena luka di sikunya dengan pandangan tak percaya dirinya bisa melakukan hal yang baru saja terjadi.

Ia mencelakakan orang? Apa benar dirinya sudah mulai gila?

Tara diam di tempatnya, ia masih memandangi Oriana yang berusaha bangun.

Oriana tersenyum padanya, bahkan dia masih bisa tersenyum setelah Tara melakukan itu padanya?

"Dengarkan aku," lirih Oriana yang memandang Tara tepat di iris hitamnya.

Tara membeku, melihat iris mata oriana yang berwarna coklat terang itu terlihat menyimpan kesedihan, bukanya binar keceriaan seperti biasa.

"Aku akan membantumu ... Untuk sembuh," lirih Oriana.

Tara tidak mengerti, pandangan dan suara Oriana membuat hatinya tersentil begitu saja, baru kali ini ia mendapatkan sebuah pandangan yang terlihat menyedihkan namun, tidak menunjukkan rasa kasihan padanya.

DISAPPEAR LIKE A MIRAGE [LENGKAP]Where stories live. Discover now