Part 13 - Cemburu

10 1 0
                                    

Hiro tersenyum senang setelah bertemu dengan dosen pembimbingnya. Skripsi yang sudah melewati beberapa kali revisi pun diterima oleh sang dosen pembimbing. Dia juga sudah mendapatkan tanggal untuk sidang skripsi nanti.

"Kamu kenapa senyum-senyum gitu? Ada hal yang bikin kamu senang?" tanya Naurin yang berjalan beriringan dengan Hiro di lorong kampus.

"Iya dong Rin, akhirnya aku gak harus pusing revisi lagi. Tanggal sidang juga udah ditentuin. Sebentar lagi aku akan lulus dari sini Rin." Jawab Hiro dengan riang.

Naurin tersenyum lembut pada Hiro kemudian berkata, "Kamu akan jadi Sarjana Sastra ya? itu titel yang paling aku inginkan. Anda saja aku masih bisa mendapatkan titel Sarjana Sastra.".

Langkah kaki Hiro terhenti untuk beberapa saat. Hiro menghela nafas kemudian melanjutkan langkahnya. Kembali hatinya merasakan kesedihan setelah mendengar apa yang sudah diucapkan oleh Naurin. Dia juga merasa bersalah karena jika saja Hiro tidak berlari waktu itu, mungkin Naurin masih hidup sampai sekarang dan bisa mengejar title yang dia cita-citakan.

"Kamu gak perlu sedih, apalagi merasa bersalah." Ujar Naurin yang bisa membaca pikiran dan perasaan Hiro.

"Aku senang kamu bisa baca pikiran aku, tapi aku gak senang kalau kamu baca pikiran aku yang sedang seperti ini. Maafin aku Rin. Semua ini salahku." Dengan lirih Hiro mengucapkan kata maaf pada Naurin. Sedangkan Naurin hanya bisa menggeleng pelan dan tersenyum menjawab permintaan maaf dari Hiro.

Semua ini bukanlah kesalahan Hiro, bukan juga kesalahan apalagi kemauan Naurin. Memang ini semua sudah takdir yang digariskan oleh Tuhan.

Sepanjang langkah kakinya, banyak pasang mata yang memperhatikan Hiro sedang berbicara seorang diri. Beberapa diantara mereka juga menganggap kalau Hiro sedikit terbebani dengan skripsi yang sedang disusunnya, sehingga membuat Hiro menjadi suka berbicara sendiri. Mereka semua tidak bisa melihat dengan siapa Hiro berbicara. Kecuali Dira, dia melihat Hiro berjalan berdampingan dengan Naurin menuruni tangga.

Di mata Dira, Hiro dan Naurin yang berdampingan seperti itu terlihat sangatlah serasi. Hiro tampan, Naurin juga cantik. Mereka berdua sangatlah cocok untuk berpasangan seperti karakter utama dalam seri komik romantis. Pasangan yang sangatlah sempurna.

Tiba-tiba ponsel Dira berdering kencang dan membuat Dira memalingkan perhatiannya dari pasangan sempurna yang sedari tadi dia perhatikan. Dilihatnya nama Mas Dirga tertera di layar ponsel tersebut.

"Halo mas?" Dira menjawab panggilan telepon Dirga.

"Kamu sudah pulang belum?" tanya Dirga.

"Belum mas, masih ada satu mata kuliah lagi. Kenapa emang mas?"

"Mas sudah di depan gerbang kampus kamu. Boleh bolos aja gak? Mas Dirga mau minta antar kamu ke dokter."

"Loh mas Dirga sakit? Sakit kenapa mas?" tanya Dira penuh kekhawatiran terhadap kakaknya.

"Kamu bisa bolos aja gak? Ayo cepetan ini mas Dirga udah kepanasan nungguin kamu depan gerbang." Pinta Dirga pada adiknya.

"Iya yaudah mas, tungguin Dira ya." Dira pun langsung mengakhiri panggilan teleponnya dan berlari menuju ke tempat dimana kakaknya sedang menunggunya.

Karena ingin segera sampai dan menemui kakaknya, Dira tidak terlalu memperhatikan langkahnya dan terus berlari tanpa melihat kiri dan kanan. Lalu tiba-tiba, brruukkk! Dira terjatuh karena menabrak seseorang.

"Aduuuhhh sakiiittt" Dira merintih kesakitan sambil memegangi lututnya.

"Duuhh kamu tuh jalan pakai mata dong!" orang yang bertabrakan dengan Dira pun mengomeli Dira karena tidak melihatnya dan menabraknya sehingga mereka berdua terjatuh.

Naurin - a soul in loveWhere stories live. Discover now