Lunch with Daddy - Mendekat kepada Pria Lain

7K 151 3
                                    

Langkah Jeanny berderap ketika memasuki panti tempat ibunya dirawat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Langkah Jeanny berderap ketika memasuki panti tempat ibunya dirawat. Lagi-lagi dia harus terperangah melihat kejadian yang ada di hadapannya. Namun, sebelum melangkah lebih dalam, ia menarik napas dalam-dalam. Memikirkan pemberitahuan terkait dana dari SWS yang terus mencekik lehernya tak serta-merta membuat Jeanny mau beramah-ramah pada orang lain, apalagi orang itu sudah ia tandai sebagai orang yang mencurigakan.

Di ruang bersantai, pria berkacamata itu kini berdiri dengan santai di belakang Margareth yang duduk sembari memejamkan mata. Tangan dengan jemari panjang, tapi terlihat jantan itu dengan sabar menyisir rambut hitam lurus sebahu milik Margareth. Rambut dengan warna hitam pekat.

"Aku membelikanmu ini." Mike menyelipkan sebuah jepit rambut dengan warna keemasan berbetuk ranting daun yang elegan. Begitu kontras di atas warna hitam.

Margareth membuka mata dan mengangkat cermin kecil yang sedari tadi digenggamnya.

"Ya, Tuhan! Ini cantik sekali. Mahalkah?"

Mike hanya tertawa renyah menanggapi pertanyaan itu.

"Saya rasa Anda tidak perlu repot-repot, Mr. Johansson." Jeanny masuk ke pembicaraan mereka.

Margareth menoleh dan alisnya mengerut tidak suka. "Jangan berbuat tidak sopan pada Mike, Jean! Sudah berapa kali aku bilang!"

Jeanny menarik napas. "Aku tidak suka berutang budi, Mom. Apalagi sampai diberi perhiasan emas."

"Jadi kau berpikir ini emas sungguhan?" Mike tersenyum sembari mengangkat kacamatanya sedikit ke atas. Mike merasakan kesenangan tersendiri menggoda gadis itu.

Wajah Jeanny memerah. Benar juga! Kenapa dia tak berpikir kalau itu jepit rambut emas imitasi. Jeanny terlalu sering bergaul dengan Dom hingga lupa tak semua orang mampu memberikan barang mahal ke orang lain. Apalagi orang dengan gangguan jiwa seperti Margareth.

"A-aku khawatir Mom menganggapnya begitu dan merasa terganggu." Jeanny bersikeras. Dia masih menjaga jarak dengan Mike dan berdiri dengan gaya yang sengaja dibuat angkuh.

"Emas ataupun bukan, karena ini pemberian Mike, akan kujaga baik-baik." Margareth masih memandangi rupanya di kaca. Kerut-kerut sudah mulai muncul di sudut matanya. Padahal usianya baru 30-an. Beban hidup telah mempercepat laju usianya. Padahal, wanita keturunan Rusia-Asia itu sangat-sangat cantik. Hidung mancung khas peranakan Eurasia, bibir bervolume yang seksi, juga kulit putih mulus tanpa bintik cokelat membuat semua orang setuju kalau Margareth wanita yang sangat menawan.

"Mungkin ada baiknya, kita ngobrol dengan santai, Miss Valentine. Ada banyak salah paham di antara kita berdua. Mungkin makan malam berdua di tempat yang kupilih? Aku mendapat rekomendasi sebuah tempat dari temanku di LV. Sebagai orang NYC, aku ingin juga mencicipinya."

"Pergilah. Kau sudah sangat tidak sopan pada Mike." Margaret memutar kursinya dan menghadap Jeanny. "Mike sahabatku. Kuharap kau pun bisa bersikap baik padanya. Aku akan langsung tidur." Wanita itu masih berusaha memaksa Jeanny. "Semoga bisa tidur," bisiknya lirih.

DADDY's SEXY Doll - AGE GAP WARNINGWhere stories live. Discover now