15. Hidup Keduanya

1.4K 194 5
                                    



Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Sungchan mati.

Sungguh kenyataan pahit yang menyakiti jiwaku dari arah manapun. Mengapa? Mengapa ia mati?

Menurut berita saat aku terbangun dari koma yang cukup panjang, Sungchan kecelakaan dan tubuhnya berdarah-darah.

Pagi itu cerah, cocok sekali untuk mengawali hari. Namun pagi itu justru merenggut hidup Sungchan; mengakhirinya dengan tragis. Truk dan motor kecil Sungchan bukanlah kombinasi yang baik.

Sungchan meninggal di tempat.

Namun tidak ada yang merasa kehilangan, selain aku, tiga hari kemudian saat terbangun dari koma.




Namun tidak ada yang merasa kehilangan, selain aku, tiga hari kemudian saat terbangun dari koma

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.




Remaja dan dewasa mereka(Shotaro dan Sungchan), mereka habiskan dengan penuh perjuangan. Mereka adalah sama. Remaja yang kemudian menjadi dewasa sebelum waktunya karena roda hidup yang kebetulan menimpa. Keras dan diwajibkan untuk tangguh.

Sungchan dan Shotaro tidak memiliki orang tua, pun saudara barang seorang pun. Tidak ada istilah keluarga atau minimal ikatan keluarga yang pernah mereka dengar satu sama lain. Yang ada di hidup Sungchan tentang keluarga adalah Shotaro, pun sebaliknya Shotaro tentang Sungchan. Teman yang berangsur-angsur menjadi keluarga.

Keduanya bekerja keras untuk hidup yang jauh-jauh lebih keras. Mengais uang, mencari ke sana kemari tanpa henti. Letihnya bukan main.


Namun suatu hari Sungchan berkata, "Sebentar lagi. Mari bekerja sangat keras sebentar lagi saja. Setelah gelar sarjana tersemat pada kita, kita tidak akan bekerja sedemikian sengsaranya."

Waktu itu pula Shotaro mengangguk setuju. Terlukis di benaknya kehidupan yang lebih baik. Yang tidak perlu menjadi kuli di usia muda, yang tidak perlu bekerja serampangan membersihkan lapangan tennis, yang tidak perlu tersita waktu tidurnya yang semakin menipis.

Namun sekali lagi. Meskipun mereka bekerja sangat keras hingga tulangnya terasa hampir remuk, realitanya adalah hidup jauh lebih keras dari apa yang mampu mereka pikirkan.




Gelar sarjana memang sudah melekat pada kedua insan ini. Namun tidak dengan pekerjaan layak yang mereka harapkan.

Sungchan dan Shotaro telah melamar kerja ini dan itu. Menyusuri sepanjang kota dengan pakaian formal yang sekiranya layak. Menunggu panggilan telepon penerimaan dengan hati yang berdebar. Namun sekali lagi, hidup lebih keras sekaligus pahit untuk mereka. Tidak ada pekerjaan pantas. Tidak ada pekerjaan yang tidak melelahkan. Tidak ada pekerjaan untuk mereka seperti yang mereka impikan. Semua terasa buram untuk masa depan mereka yang sekarang sudah hancur bahunya.




"Sial! Apa gunanya gelar sarjana!!!" adalah racau Sungchan dengan mengacak rambutnya penuh emosi.

Shotaro yang ada di hadapan Sungchan sebenarnya sangat menyetujui apa yang dikatakan partner sepernasibannya ini. Tapi ia masih diam, belum berani menyuarakan isi hati dan pikirannya yang sama semrawutnya.

"Kalau tahu akan begini, lebih baik uang hasil kerja selama ini untuk buka usaha saja. Tidak usah peduli dengan kuliah dan sarjana-sarjanaan yang tidak ada gunanya!"

Dan mereka terdiam setelahnya. Sama-sama memikirkan apa yang terjadi pada mereka ke depannya, atau bahkan sekedar nanti malam makan dengan apa.








Bersambung



Yuhu~ semoga tidak ada yg typo 😅😂




THE DAY •sungchan & shotaro• sungtaro✔Where stories live. Discover now